Cari Blog Ini

Jumat, 17 Oktober 2014

Tentang MENGUNJUNGI DAN MENJENGUK SAUDARA SESAMA MUSLIM

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda:
ﺇِﺫَﺍ ﻋَﺎﺩَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺃَﺧَﺎﻩُ ﺃَﻭْ ﺯَﺍﺭَﻩُ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻪُ : ﻃِﺒْﺖَ ﻭَﻃَﺎﺏَ ﻣَﻤْﺸَﺎﻙَ، ﻭَﺗَﺒَﻮَّﺃْﺕَ ﻣَﻨْﺰِﻻً ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Jika seseorang menjenguk saudaranya atau mengunjunginya, maka Allah mengatakan kepadanya: Semoga kehidupanmu menjadi baik dan langkahmu menjadi baik, dan engkau telah mempersiapkan sebuah tempat tinggal di surga.“

Syaikh Zaid bin Muhammad al-Madkholy rahimahullah, ketika menjelaskan hadits yang terdapat dalam kitab al-Adabul Mufrod tersebut, beliau berpendapat:

Dan dalam hadits ini terdapat hasungan dan dorongan agar seorang muslim mengunjungi saudara muslim yang lain dalam rangka mencari dan mengharap pahala dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan sangat menginginkan (rakus) terhadap pahala yang telah dijanjikan ini. Dan yang demikian itu, ketika seseorang mengunjungi saudaranya:
✔ Jika saudaranya itu sakit maka dia menjenguk/membesuknya, mendoakannya dan menghiburnya.
✔ Dan jika saudaranya itu sehat maka dia menghiburnya, mengingatkannya dan mendoakan kebaikan untuknya.

Maka sesungguhnya dengan kunjungan ini dan besukannya itu akan mengakibatkan apa yang disabdakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa Allah ‘Azza wa Jalla mengatakan kepadanya, “Semoga kehidupanmu menjadi baik dan langkahmu menjadi baik, dan engkau telah mempersiapkan sebuah tempat tinggal di surga.”

Dan ini adalah seruan yang penuh berkah. Bagaimana tidak, seruan ini berasal dari Dzat yang Maha Penyayang dari semua penyayang, yang Maha Pemurah dari semua dermawan, Dialah Robb semesta alam. Dan ini adalah di antara kemuliaan dan puncak tujuan (cita-cita) bagi seorang mukmin, yaitu: dia dicintai oleh Sang Robb Tabaroka wa Ta’ala. Dan Dia menganugrahinya sebuah tempat tinggal di surga, negeri keabadian.

Dan yang perlu diperhatikan adalah hendaknya kunjungan dan besukan tersebut dilakukan dengan cara yang baik/sopan, dan tiada lain niat melakukannya adalah untuk mengharap pahala, memasukkan rasa senang kepada saudara muslimmu dengan kunjungan tersebut, dan mendoakan kesembuhan jika dia sakit, dan mendoakan agar senantiasa mendapat perlindungan, taufiq dan kelurusan jika dia selamat dan sehat. Semua itu termasuk di antara tuntutan syariat dan termasuk anugrah yang indah. Maka segala puji bagi Allah dan rasa syukur terpanjat kepada-Nya atas kebaikan dan kemurahan-Nya kepada para hamba-Nya yang beriman nan penuh kelemahan yang mereka mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan yang ringan namun Dia memberi pahala yang banyak atas amalan itu.

(‘Aunul Ahadis Shomad, Syarhul Adabil Mufrad, hal 345)

WhatsApp Salafiyyin Jogja

###

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﺯَﺍﺭَ ﺃَﺧًﺎ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﻗَﺮْﻳَﺔٍ ﺃُﺧْﺮَﻯ ﻓَﺄَﺭْﺻَﺪَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺪْﺭَﺟَﺘِﻪِ ﻣَﻠَﻜًﺎ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﺗَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻗَﺎﻝَ: ﺃَﻳْﻦَ ﺗُﺮِﻳﺪُ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﺃُﺭِﻳﺪُ ﺃَﺧًﺎ ﻟِﻲ ﻓِﻲ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻘَﺮْﻳَﺔِ. ﻗَﺎﻝَ: ﻫَﻞْ ﻟَﻚَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﻧِﻌْﻤَﺔٍ ﺗَﺮُﺑُّﻬَﺎ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﻟَﺎ ﻏَﻴْﺮَ ﺃَﻧِّﻲ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘُﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ. ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺑِﺄَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻗَﺪْ ﺃَﺣَﺒَّﻚَ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘَﻪُ ﻓِﻴﻪِ
Ada seseorang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Maka Allah Subhanahu wata’ala mengutus malaikat-Nya untuk menjaganya di dalam perjalanannya. Maka tatkala malaikat tersebut menemuinya, malaikat itu bertanya, “Kamu hendak pergi ke mana?” Dia menjawab, “Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.” Malaikat itu bertanya lagi, “Apakah kamu memiliki suatu kenikmatan yang bisa diberikan kepadanya?” Dia menjawab, “Tidak. Hanya saja aku mencintai dia karena Allah Subhanahu wata’ala.” Maka malaikat itu menyatakan, “Aku adalah utusan Allah Subhanahu wata’ala kepadamu (untuk mengabarkan kepadamu) bahwa Allah Subhanahu wata’ala sungguh mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya karena-Nya.” (HR. Muslim)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata:
Abu Bakr berkata kepada ‘Umar setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam meninggal, “Berangkatlah bersama kami mengunjungi Ummu Aiman sebagaimana biasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengunjunginya.” Maka setelah keduanya sampai, Ummu Aiman menangis. Keduanya bertanya, “Apa yang menjadikan kamu menangis? Tidakkah kamu yakin bahwa apa yang di sisi Allah Subhanahu wata’ala itu lebih baik bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam?” Ummu Aiman radhiyallahu anha menjawab, “Aku menangis bukan karena aku tidak meyakini bahwa apa yang ada di sisi Allah Subhanahu wata’ala itu lebih baik bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Akan tetapi aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit.” Maka dia menyebabkan keduanya (Abu Bakr dan ‘Umar radhiyallahu anhuma) menangis. Sehingga mulailah keduanya menangis bersamanya. (HR. Muslim 3454)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata:
“Ziarah (kunjungan) itu memiliki banyak faedah, di antaranya: akan membuahkan pahala yang besar, melunakkan dan menyatukan hati, mengingatkan saudaranya yang lupa, memperingatkan saudaranya yang lalai, serta mengajarkan ilmu kepada saudaranya yang jahil. Dan di dalamnya ada kebaikan yang banyak. Orang yang mengamalkannya akan mengetahui kebaikan tersebut.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 2/116)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ﺣَﻖُّ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﺧَﻤْﺲٌ؛ ﺭَﺩُّ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡِ، ﻭَﻋِﻴَﺎﺩَﺓُ ﺍﻟْﻤَﺮِﻳﺾِ، ﻭَﺍﺗِّﺒَﺎﻉُ ﺍﻟْﺠَﻨَﺎﺋِﺰِ، ﻭَﺇِﺟَﺎﺑَﺔُ ﺍﻟﺪَّﻋْﻮَﺓِ، ﻭَﺗَﺸْﻤِﻴﺖُ ﺍﻟْﻌَﺎﻃِﺲِ
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: membalas salam, menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, memenuhi undangan, dan menjawab orang yang bersin.”
Dalam riwayat Muslim:
ﺣَﻖُّ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﺳِﺖٌّ. ﻗِﻴﻞَ: ﻣَﺎ ﻫُﻦَّ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻘِﻴﺘَﻪُ ﻓَﺴَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺩَﻋَﺎﻙَ ﻓَﺄَﺟِﺒْﻪُ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺍﺳْﺘَﻨْﺼَﺤَﻚَ ﻓَﺎﻧْﺼَﺢْ ﻟَﻪُ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻋَﻄَﺲ ﻓَﺤَﻤِﺪَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻓَﺴَﻤِّﺘْﻪُ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻣَﺮِﺽَ ﻓَﻌُﺪْﻩُ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﻓَﺎﺗَّﺒِﻌْﻪُ
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam. Ditanyakan: “Apa saja wahai Rasulullah?” Beliau berkata: “Bila engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, bila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, bila dia meminta nasihat maka berilah dia nasihat, bila dia bersin lalu memuji Allah maka jawablah, bila dia sakit maka jenguklah, dan bila dia mati maka ikutilah (jenazahnya‏).”

###

Syaikh Shalih Fauzan

Jika terdapat saudaramu (yang muslim) ada yang sakit, maka sudah semestinya engkau menengoknya dalam rangka:
- Melapangkan dirinya
- Menenangkan kekhawatirannya
- Mendoakan kesembuhan untuknya.

Ketika engkau mengunjunginya, maka akan menghasilkan suatu pengaruh positif padanya, di antaranya adalah: 
Akan baik jiwanya dan lapang dadanya. 
Karena orang sakit itu jiwanya terasa sempit.

Ketika ada saudaranya datang menjenguknya, maka tidak diragukan lagi, rasa sakitnya akan terasa ringan.

Tapi jangan engkau katakan ketika menjenguknya dengan ucapan: 
"Kamu ini orang sakit."
Atau ucapan,
"Sakitmu sepertinya bertambah parah."
Laa haula wala quwwata illa billah!

Hendaknya engkau ucapkan:
"Masya Allah, engkau hari ini terlihat lebih membaik."
Atau ucapan yang semisal.

Kecuali jika memang pada dirinya terdapat tanda-tanda kematian, maka engkau ingatkan kepadanya urusan wasiat dan syahadah.

(Silahkan lihat Tas-hilul Ilmam-Syaikh Shalih Fauzan, jil. 6, hal. 155-156)

###

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit

Para pembaca rahimakumullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan beberapa keutamaan menjenguk orang sakit. Di antaranya adalah:

1. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا خُرْفَةُ الْجَنَّةِ قَالَ جَنَاهَا
“Barang siapa menjenguk saudaranya yang sakit maka dia senantiasa berada di Khurfatul jannah sampai dia pulang.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa khurfatul jannah itu? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Memetik buah-buahan di surga.” (HR. Muslim no. 2568 dari sahabat Tsauban radhiyallahu ‘anhu)

2. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻳَﻌُﻮﺩُ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻏُﺪْﻭَﺓً ﺇِﻟَّﺎ ﺻَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺳَﺒْﻌُﻮﻥَ ﺃَﻟْﻒَ ﻣَﻠَﻚٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻤْﺴِﻲَ، ﻭَﺇِﻥْ ﻋَﺎﺩَﻩُ ﻋَﺸِﻴَّﺔً ﺇِﻟَّﺎ ﺻَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺳَﺒْﻌُﻮﻥَ ﺃَﻟْﻒَ ﻣَﻠَﻚٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺼْﺒِﺢَ، ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺧَﺮِﻳﻒٌ ﻓِﻲ ﺍﻟﺠَﻨَّﺔِ
“Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lain pada pagi hari melainkan 70.000 malaikat akan bershalawat (mendoakan ampunan) baginya sampai sore hari. Jika menjenguk pada sore hari maka 70.000 malaikat akan bershalawat baginya sampai pagi hari. Dia pun berhak untuk memiliki buah-buahan yang dipetik di surga.” (HR. at-Tirmidzi dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu)

Adab Menjenguk Orang Sakit

Ada beberapa adab dan bimbingan bagi seseorang yang menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Di antaranya adalah:

1. Hendaknya meniatkan amalan tersebut karena Allah subhanahu wa ta’ala dan meneladani baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan untuk tujuan dunia.

2. Berharap agar amalan yang dilakukannya itu bisa memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi saudaranya yang sedang sakit.

3. Alangkah baiknya jika kesempatan menjenguk dimanfaatkan untuk menghibur si sakit dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti mengingatkan untuk bersabar, bertaubat, beristighfar, dan yang semisal dengan itu. Jangan menyampaikan hal-hal yang dapat menambah beban si sakit.

4. Jangan lupa mendoakannya, di antara doa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:
ﻻَ ﺑَﺄْﺱَ ﻃَﻬُﻮْﺭٌ ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠﻪُ
“Tidak mengapa, insya Allah (sakit ini) sebagai pembersih.” (HR. al-Bukhari dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum datang ajalnya lalu dia mengucapkan doa,
ﺃَﺳْﺄَﻝُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢَ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢِ ﺃَﻥْ ﻳَﺸْﻔِﻴَﻚَ
“Aku meminta kepada Allah yang Maha Kuasa, Rabb al-’Arsy yang agung, agar memberikan kesembuhan kepadamu” sebanyak 7 kali, niscaya Allah akan memberikan kesembuhan kepadanya.” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Dawud dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)

5. Tidak mengapa membawa sesuatu untuk dihadiahkan kepada si sakit, karena dengan hadiah akan semakin erat tali persaudaraan dan kasih sayang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺗَﻬَﺎﺩُﻭْﺍ ﺗَﺤَﺎﺑُّﻮْﺍ
“Saling memberikan hadiahlah di antara kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

6. Hendaknya tidak berkunjung atau menjenguk di waktu-waktu yang memberatkan si sakit, seperti waktu-waktu tidur atau istirahat.

7. Meruqyah si sakit dengan membacakan kepadanya bacaan-bacaan yang disyariatkan yaitu ayat-ayat Al-Qur`an atau doa-doa yang tidak mengandung kesyirikan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ﻭَﻧُﻨَﺰِّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82)
Al-Qur`an itu mengandung obat dan rahmat. Namun kandungan tersebut tidak bermanfaat bagi setiap orang dan hanya bermanfaat bagi orang yang beriman dengannya, yang membenarkan ayat-ayat-Nya, dan mengilmuinya. Adapun orang-orang yang zalim, yang tidak membenarkannya atau tidak beramal dengannya, maka Al-Qur`an tidak akan menambahkan kepada mereka kecuali kerugian. (Lihat Tafsir as-Sa’di)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk sebagian keluarganya yang sakit lalu beliau mengusap si sakit dengan tangan kanannya sambil membaca:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺏَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺃَﺫْﻫِﺐِ ﺍﻟْﺒَﺄْﺱَ، ﺍﺷْﻒِ، ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻲْ ﻻَ ﺷِﻔَﺎﺀَ ﺇِﻻَّ ﺷِﻔَﺎﺀُﻙَ، ﺷِﻔَﺎﺀً ﻻَ ﻳُﻐَﺎﺩِﺭُ ﺳَﻘَﻤًﺎ
“Ya Allah, Rabb seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Sembuhkanlah, Engkau adalah Dzat yang Maha Menyembuhkan. (Maka) tidak ada obat (yang menyembuhkan) kecuali obatmu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (Muttafaqun ‘alaih)

8. Jika yang menjenguk itu dari kalangan orang yang berilmu hendaknya mengajarkan hal-hal penting yang belum diketahui si sakit, seperti tata cara bersuci dan shalat bagi orang sakit dan yang lainnya.

9. Lihatlah bagaimana keadaan si sakit. Jika si sakit merasa senang dengan berlama-lama di rumahnya maka hendaknya tidak segera pulang demi memberikan kebahagiaan kepada si sakit. Namun jika si sakit merasa gelisah dan kurang nyaman berlama-lama dengannya maka hendaknya tidak berlama-lama di rumahnya dan bersegera meminta izin pulang.

10. Jika memang memungkinkan, boleh bagi si penjenguk meminta kepada si sakit agar mendoakannya dengan kebaikan karena keadaan sakit merupakan salah satu momen dikabulkannya doa.

11. Jika ternyata si sakit berada di tempat pengobatan umum, seperti rumah sakit dan semisalnya maka hendaknya memperhatikan kerapian diri serta memperhatikan tata tertib dan aturan di tempat tersebut. Seperti berpakaian yang rapi dan sopan, melihat jadwal waktu-waktu berkunjung, tidak membuat gangguan bagi si sakit dan pasien yang lain semisal merokok, berkata kotor, gaduh, tidak sopan, dan yang lainnya.

12. Jangan lupa, ketika sedang menjenguk si sakit untuk banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan kepadanya. Karena seseorang itu seringkali menyadari kadar nikmat Allah subhanahu wa ta’ala ketika melihat orang lain yang kehilangan nikmat tersebut, baik karena dicabut oleh Allah subhanahu wa ta’ala atau belum dikaruniai nikmat tersebut atau ketika dirinya sendiri telah kehilangan nikmat tersebut.

Nasehat untuk Keluarga si Sakit

Perlu saya nasehatkan kepada keluarga dan kerabat si sakit untuk senantiasa bersabar atas ujian yang menimpanya. Hendaknya senantiasa menjadikan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bimbingan ketika melayani si sakit. Termasuk ketika mengobati si sakit hendaklah menempuh cara-cara yang syar’i dan meninggalkan cara-cara yang tidak syar’i seperti membawanya ke dukun atau paranormal.
Begitu juga ketika diketahui ada tanda-tanda ajal akan menjemputnya maka hendaknya menalqinkan atau memerintahkannya untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Talqinkanlah kepada orang yang menjelang kematiannya kalimat Laa ilaaha illallah. Barang siapa yang akhir ucapannya Laa ilaaha illallah maka dia akan masuk surga…” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis: Ustadz Abdullah Imam hafizhahullahu ta’ala

Sumber: Ma’had As-Salafy Jember

WA Salafy Manokwari
via WA Al-Manshuroh

Fawaaid WA Salafy Ahlussunnah wal Jama'ah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar