Cari Blog Ini

Kamis, 20 November 2014

Tentang NIAT YANG BENAR DALAM MENUNTUT ILMU

Ilmu merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan: “Ilmu adalah shalat yang tersembunyi dan ibadah hati.” (Hilyah Thalibul ‘Ilm, hal. 9)

Maka tentunya dibutuhkan keikhlasan dalam menuntutnya, yakni benar-benar karena Allah, bukan karena kepentingan dunia. Allah berfirman:
“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya.” (Al-Bayyinah: 5)
Nabi shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:
“Barangsiapa mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah (ilmu syariat), ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan bau jannah (surga) pada hari kiamat.” (Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi. Lihat Shahihul Jami’ no. 6159)

Juga hendaknya ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya karena bodoh itu sifat tercela, lebih-lebih menurut agama. Oleh karenanya, Nabi Musa alaihis salam berlindung kepada Allah dari kebodohan, katanya:
“Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.” (Al-Baqarah: 67)
Demikian pula Nabi Yusuf alaihis salam berlindung kepada Allah dari kebodohan. Allah juga menasehatkan hal ini kepada Nabi Nuh alaihis salam:
“Sesungguhnya Aku memperingatkanmu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Hud: 46)
Sebaliknya, ilmu syariat adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan. Maka tentu saja, niat untuk berilmu dan menghindari kebodohan adalah niat yang baik.

Al-Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya oleh muridnya yang bernama Al-Muhanna. Katanya: “Apakah amalan yang terbaik?” Jawab Al-Imam Ahmad: “Menuntut ilmu.” Aku katakan: “Untuk siapa keutamaan ini?” Jawabnya: “Bagi yang niatnya benar.” Aku katakan: “Bagaimana niat yang benar?” Jawabnya: “Berniat untuk ber-tawadhu’ padanya dan untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya.” Dalam riwayat lain: “Juga dari umatnya.” (Adab Syar’iyyah, 2/38 dan Kitabul ‘Ilmi, Ibnu ‘Utsaimin hal. 27)

Termasuk niat yang baik adalah untuk membela syariat. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, hendaknya penuntut ilmu berniat mencari ilmu untuk membela syariat. Karena membela syariat tidak mungkin dilakukan kecuali oleh para pembawa syariat itu. Ilmu itu persis seperti senjata, dan sesungguhnya bid’ah baru akan terus muncul sehingga terkadang sebuah bid’ah tidak muncul di jaman terdahulu dan tidak terdapat dalam buku-buku. Sehingga tidak mungkin membela syariat ini kecuali seorang penuntut ilmu. (Kitabul ‘Ilmi, Ibnu ‘Utsaimin, hal. 28)
Wallahu a’lam.

Sumber: Syariah Edisi 2

###

Al Imam Azzurnuji rahimahullah berkata:
"Sudah semestinya bagi orang yang menuntut ilmu agama untuk meniatkan tujuannya kepada ridha Allah dan negeri akhirat.
Juga meniatkan untuk menghilangkan kebodohan pada dirinya dari berbagai bentuk kebodohan.
Juga meniatkan pula untuk menghidupkan agama dan menegakkan Islam. Karena tegaknya Islam itu dengan ilmu. Tidak akan benar perkara zuhud dan takwa jika dengan kebodohan."
(Ta'limul Muta'allim Thariqut Ta'allum-Imam Az Zurnuji, hal. 59-60, cet. Darush Shahabah 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar