Alqamah bin Qais an-Nakha’i rahimahullah (62 H) berkata, “Sungguh Syi’ah telah berlebihan terhadap Ali sebagaimana Nashara berlebihan terhadap ‘Isa bin Maryam.” (As-Sunnah, 2/548)
‘Amir Asy-Sya’bi rahimahullah (105 H) berkata,
أحــذركم الأهــواء المضلة وشرها الـــرافضة وذلك أن منهـــم يهودا يغمصــون الإسلام لتحيا ضلالتهـــم كما يغمص بولس بن شاول ملك اليهود النصرانية لتحيا ضلالتهم
“Saya peringatkan kalian dari hawa nafsu yang menyesatkan dan dari kejelekan Syi’ah Rafidhah, karena di antara mereka ada seorang yahudi yang berpura-pura masuk Islam untuk menyebarkan kesesatan mereka sebagaimana Baulus bin Syawil (atau disebut juga dengan Paulus) seorang raja Yahudi yang berpura-pura masuk agama nashara untuk menyebarkan kesesatan mereka.” (Lihat Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah al-Lalika`i, 8/1461)
Al-Imam Amir asy-Sya'bi rahimahullah berkata, “Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syiah.” (as-Sunnah karya Abdullah bin al-Imam Ahmad 2/549)
Berkata Al Imam 'Aamir asy-Sya'bi rahimahullah (wafat tahun 105 hijriah):
لم يدخلوا في الإسلام رغبة ولا رهبة من الله ولكن مقتا لأهل الإسلام
"Tidaklah mereka masuk Islam karena mengharapkan pahala dan tidak pula karena takut akan peringatan Allah, akan tetapi karena kebencian kepada kaum muslimin."
[Lihat As Sunnah oleh Al Khalaal juz 1 hal 497]
Dan berkata Thalhah Bin Musharrif rahimahullah (wafat pada tahun 112 Hijriah):
الـــرافضة لا تنكح نساؤهــم ولا تؤكــل ذبائحهـــم لأنهم أهــل ردة
"Orang-orang Syi'ah Rafidhah, tidak dinikahi wanita-wanita mereka dan tidak dimakan sembelihan mereka KARENA mereka orang-orang murtad."
[Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah Al 'Akbari dengan sanadnya (lihat Al Ibanah Sughra hal 161)]
Al Imam Ahmad bin Yunus rahimahullah berkata: “Sesungguhnya kami tidak mau memakan sembelihan seorang Syi’ah Rafidhah, karena kami menganggap mereka telah murtad (kafir).” [Lihat As Sunnah karya Al Khallal, 1/499]
Dan berkata Abu Hanifah rahimahullah (wafat pada tahun 150 Hijriah):
الجماعة أن تفضل أبا بكر وعمر وعليا وعثمان ولا تنتقص أحدا من أصحاب رسول الله
"Al-Jamaa'ah adalah engkau memuliakan Abu Bakr, Umar , 'Ali dan Utsman dan engkau TIDAK MERENDAHKAN SEORANGPUN dari sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam."
[Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abdil Barr dari Hammad Bin Abi Hanifah (lihat Al Intiqaa' fi fadhaaili Atstsalaatsatil Aimmah Al Fuqahaa' hal 163)]
Dan Beliau apabila disebutkan kata "Syi'ah", beliau akan berkata:
ﻣـﻦ ﺷــﻚ ﻓـﻲ ﻛـﻔـﺮ ﻫـﺆﻻﺀ ﻓـﻬـﻮ ﻛـﺎﻓـﺮ ﻣـﺜـﻠـﻬـﻢ
"Barang siapa yg ragu akan kafirnya mereka maka ia pun kafir seperti mereka (Syi'ah Rafidhah)."
Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah ketika ditanya tentang seseorang yang mencela Abu Bakr dan Umar (yakni Syiah) berkata, “Ia telah kafir kepada Allah Subhanahu wata’ala.” Kemudian ditanya, “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata, “Tidak, tiada kehormatan (baginya).” (Siyar A’lamin Nubala karya al-Imam adz-Dzahabi 7/253)
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata tentang mereka yang mencela para Shahabat:
إنما هؤلاء أقوام أرادوا القدح في النبي صلى الله عليه وسلم فلم يمكنكم ذلك، ﻓﻘﺪﺣﻮﺍ ﻓﻲ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ، ﺣﺘﻰ ﻳُﻘﺎﻝ: ﺭﺟﻞ ﺳﻮﺀ، ﻭ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺭﺟﻼً ﺻﺎﻟﺤﺎً ﻟﻜﺎﻥ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺻﺎﻟﺤﻮﻥ
“Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk menjatuhkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam namun tidak mampu. Akhirnya, mereka mencela para sahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa beliau (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam) seorang yang jahat. Sebab, kalau memang beliau orang saleh, niscaya para sahabatnya adalah orang-orang saleh.” (ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimirrasul karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hlm. 580)
Berkata al-Imam Malik rahimahullah:
“Seorang yang mencela sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada bagian untuknya dalam Islam.”
(Al-Ibanah ash-Shughra hal 123)
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah (179 H), ketika ditanya tentang seorang yang berpemikiran Syi’ah Rafidhah beliau menjawab, “Jangan kamu berbicara dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan hadits dari mereka karena mereka adalah pendusta.” (Minhajus Sunnah, 1/61)
‘Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah (198 H) berkata, “Keduanya adalah agama lain, yaitu: “Jahmiyah dan Syi’ah Rafidhah.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad)
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (204 H) berkata, “Aku tidak pernah melihat dari para pengikut hawa nafsu yang lebih dusta di dalam ucapan, dan bersaksi dengan saksi palsu dari Syi’ah Rafidhah.” (Al-Ibanah al-Kubra, 2/545. Lihat juga Mizanul I’tidal karya al-Imam adz-Dzahabi 2/27—28)
Yunus bin Abdul A’la rahimahullah berkata: “Aku mendengar celaan yang dahsyat dari Asy-Syafi’i –jika menyebut Syi’ah Rafidhah– seraya mengatakan: ‘Mereka adalah sejelek-jelek kelompok’.” (Manaqib Asy-Syafi’i, 1/468)
Al-Imam Al-Buwaithi rahimahullah berkata: “Aku bertanya kepada Asy-Syafi’i, ‘Apakah aku boleh shalat di belakang seorang yang berakidah Syi’ah Rafidhah?’ Maka beliau menjawab: ‘Jangan shalat di belakang seorang yang berakidah Syi’ah Rafidhah, seorang yang berakidah Qadariyyah, dan seorang yang berakidah Murjiah’.” (Lihat Manhaj Al-Imam Asy-Syafi’i fi Itsbatil Akidah, 1/480)
Berkata al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah:
“Barang siapa yang mencela para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kami tidak merasa aman bahwa ia telah keluar dari agama Islam.”
(As-Sunnah Lil Khalal hal 779)
Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, Umar, dan Aisyah) itu orang Islam.” (as- Sunnah karya al-Khallal 1/493)
Berkata Imam Ahmad bin Hanbal tentang Rofidhoh:
هم الذين يتبرأون من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم و ينتقصونهم و يسبونهم ﻭ ﻳﻜﻔﺮﻭﻥ ﺍﻻﺋﻤﺔ ﺇﻻ ﺃﺭﺑﻌﺔ: ﻋﻠﻲ ﻭ ﻋﻤﺎﺭ ﻭ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺩ ﻭ ﺳﻠﻤﺎﻥ ﻭ ﻟﻴﺴﺖ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ ﻣﻦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻓﻲ ﺷﺊ
Mereka adalah orang-orang yang berlepas diri dari para Shahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, mencela dan memaki mereka. Dan mengkafirkan para Imam kecuali empat orang, yaitu: Ali, Ammar, Miqdad, dan Salman radhiyallahu anhum. Dan Rafidhah bukanlah bagian dari Islam sedikitpun. (As Sunnah lil Imaami Ahmad hal. 82)
Al-Imam al-Bukhari rahimahullah berkata:
ﻣﺎ ﺃﺑﺎﻟﻲ ﺻﻠﻴﺖ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﺠﻬﻤﻲ ﻭ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﻲ ﺃﻡ ﺻﻠﻴﺖ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ، ﻭﻻ ﻳﺴﻠﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﻳﻌﺎﺩﻭﻥ ﻭﻻ ﻳﻨﺎﻛﺤﻮﻥ ﻭﻻ ﻳﺸﻬﺪﻭﻥ ﻭﻻ ﺗﺆﻛﻞ ﺫﺑﺎﺋﺤﻬﻢ
“Bagiku sama saja shalat di belakang Jahmi (seorang penganut akidah Jahmiyah) dan Rafidhi (Syiah) atau di belakang Yahudi dan Kristen. Mereka tidak boleh diberi salam, tidak boleh pula dikunjungi ketika sakit, dinikahkan, dijadikan saksi, dan dimakan sembelihannya.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hlm. 125)
Berkata Ibnu Hazm rahimahullah tentang Rofidhoh ketika berdebat dengan nashoro dan mereka mendatangkan kitab-kitab rofidhoh dalam rangka membantahnya:
ﻭﺃﻣﺎ ﻗﻮﻟﻬﻢ (ﻳﻌﻨﻲ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ) ﻓﻲ ﺩﻋﻮﻯ ﺍﻟﺮﻭﺍﻓﺾ ﺗﺒﺪﻳﻞ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺮﻭﺍﻓﺾ ﻟﻴﺴﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﺇﻧﻤﺎ ﻫﻲ ﻓﺮﻗﺔ ﺣﺪﺙ ﺃﻭﻟﻬﺎ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺕ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺳﻨﺔ .. ﻭﻫﻲ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﺗﺠﺮﻱ ﻣﺠﺮﻯ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻭﺍﻟﻜﻔﺮ
Adapun ucapan mereka (nashoro) tentang anggapan rofidhoh bahwa al Quran telah dirubah, maka sesungguhnya orang-orang rofidhoh itu bukan termasuk muslimin. Mereka itu hanyalah kelompok yang muncul dua puluh lima tahun setelah meninggalnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Mereka adalah kelompok yang sejalan dengan yahudi dan nashoro dalam hal dusta dan kufur. (al Fashl fil Milal wan Nihal: 2/213)
Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berdoa, “Ya Allah, aku telah bosan dengan mereka (Syiah) dan mereka pun telah bosan denganku. Maka dari itu, gantikanlah untukku orang-orang yang lebih baik dari mereka, dan gantikan untuk mereka seorang yang lebih jelek dariku.” (Nahjul Balaghah, hlm. 66—67, dinukil dari asy-Syiah wa Ahlul Bait karya Dr. Ihsan Ilahi Zhahir, hlm. 300)
Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Demi Allah! Menurutku, Mu’awiyah lebih baik daripada orang-orang yang mengaku sebagai Syiah-ku, mereka berupaya untuk membunuhku dan mengambil hartaku.” (al-Ihtijaj, karya ath-Thabrisi hlm. 148, dinukil dari asy-Syiah Wa Ahlul Bait karya Dr. Ihsan Ilahi Zhahir, hlm. 300)
Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhu berdoa, “Ya Allah, jika Engkau memberi mereka (Syiah) kehidupan hingga saat ini, porak-porandakan mereka dan jadikan mereka berkeping-keping. Janganlah Engkau jadikan para pemimpin (yang ada) ridha kepada mereka (Syiah) selama-lamanya. Sebab, kami diminta untuk membantu mereka, namun akhirnya mereka justru memusuhi kami dan menjadi sebab terbunuhnya kami.” (al-Irsyad, karya al-Mufid hlm. 341, dinukil dari asy- Syiah wa Ahlul Bait karya Dr. Ihsan Ilahi Zhahir, hlm. 302)
Al-Imam Ali bin Husain Zainal Abidin rahimahullah berkata, “Mereka (Syiah) bukan dari kami, dan kami pun bukan dari mereka.” (Rijalul Kisysyi, hlm. 111, dinukil dari asy-Syiah wa Ahlul Bait karya Dr. Ihsan Ilahi Zhahir, hlm. 303)
Al-Imam Muhammad al-Baqir rahimahullah berkata, “Seandainya semua manusia ini Syiah, niscaya tiga perempatnya adalah orang-orang yang ragu dengan kami, dan seperempatnya adalah orang-orang dungu.” (Rijalul Kisysyi, hlm. 179, dinukil dari asy-Syiah wa Ahlul Bait karya Dr. Ihsan Ilahi Zhahir, hlm. 303)
Al-Imam Ja’far ash-Shadiq rahimahullah berkata, “Allah Subhanahu wata’ala berlepas diri dari orang-orang yang membenci Abu Bakr dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.” (Siyar A’lamin Nubala’ karya al-Imam adz-Dzahabi 6/260)
Al-Imam Abu Zur’ah ar-Razi rahimahullah berkata, “Jika engkau melihat orang yang mencela salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ketahuilah bahwa ia zindiq (seorang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran). Sebab, Rasul bagi kita adalah haq dan al-Qur’an adalah haq. Sesungguhnya yang menyampaikan al-Qur’an dan as-Sunnah adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka mencela para saksi kita (para sahabat) dengan tujuan untuk meniadakan al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka (Syiah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah orang-orang zindiq.” (al-Kifayah karya al-Khathib al-Baghdadi, hlm. 49)
Berkata al-Qadhi Iyadh,
“Barang siapa yang melemparkan tuduhan kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan apa yang telah Allah bebaskan dirinya dari tuduhan tersebut (yaitu tuduhan zina, ed), maka ia telah kafir tanpa ada perselisihan.”
(Lihat: Ash-Sharimul Maslul juz 3 hal 1066)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan:
وَأَنَّ أَصْلَ كُلِّ فِتْنَةٍ وَبَلِيَّةٍ هُمُ الشِّيعَةُ وَ مَنِ انْضَوَى إِلَيْهِمْ
Bahwa SUMBER setiap fitnah dan musibah, adalah SYI’AH dan siapapun yang terkait/bergabung dengan mereka. (Minhajus Sunnah 6/370)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Rafidhah (Syi’ah) adalah kelompok yang tidak memiliki andil apa pun selain menghancurkan Islam, memutuskan ikatannya, dan merusak kaidah-kaidahnya.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah)
Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
فالرافضة: يستعينون بالكفار والفجار ﻋﻠﻰ ﻣﻄﺎﻟﺒﻬﻢ، ﻭﻳﻌﺎﻭﻧﻮﻥ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﺍﻟﻔﺠﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﻣﺂﺭﺑﻬﻢ، ﻭﻫﺬﺍ ﺃﻣﺮ ﻣﺸﻬﻮﺩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺯﻣﺎﻥ ﻭﻣﻜﺎﻥ
Rofidhoh, mereka meminta bantuan dengan orang-orang kafir dan fajir atas keinginan mereka (Rofidhoh), dan membantu orang-orang kafir dan fajir atas tujuan-tujuan mereka (orang kafir dan fajir). Ini adalah perkara yang bisa disaksikan pada setiap waktu dan tempat. (Minhajus Sunnah: 4/111)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
“Syiah Rafidhah adalah keledainya Yahudi yang mereka tunggangi dalam setiap fitnah.”
(Minhajus Sunnah 1-20/21)
Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
“Orang-orang Nashara yang mana kaum muslimin pernah memerangi mereka di Syam, ternyata orang-orang Syi’ah Rafidhahlah yang paling banyak membantu mereka (kaum Nashara tersebut).”
(Al-Minhaj Juz 3 Hal 378)
Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
“Kaum Syi’ah Rafidhah termasuk di antara manusia yang paling bodoh dan yang paling sesat, sebagaimana kaum Nashara termasuk di antara manusia yang paling bodoh. Dan juga Syi’ah Rafidhah termasuk manusia yang paling buruk, sebagaimana kaum Yahudi termasuk di antara manusia yang paling buruk. Sehingga pada Syi’ah Rafidhah terdapat bagian dari kesesatan Nashara dan terdapat pula bagian dari keburukan Yahudi.”
(Minhajus Sunnah juz 2 hal 65)
Berkata Ibnu Taimiyyah Rahimahullah :
“Kaum Syi’ah Rafidhah, peribadatan yang paling besar menurut mereka adalah melaknat kaum muslimin dari kalangan wali-wali Allah, baik para wali yang terdahulu maupun yang belakangan.”
(Majmu’ al-Fatawa juz 28 hal 488)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
الرافضة أمة مخذولة، ليس لها عقل صريح، ولا نقل صحيح، ولا دين مقبول، ولا دنيا مقصورة
Rofidhoh adalah ummat yang tidak tertolong. Tidak memiliki akal yang jelas dan naqli yang benar. Tidak juga memiliki agama yang bisa diterima dan dunia yang tertolong.
(Iqtidhou Ash shiroothol Mustaqim: 2/815)
Berkata Ibnul Qayyim Rahimahullah:
“Dan sungguh mereka kaum Syi’ah Rafidhah telah menjadi jelek di mata anak cucu Adam, sehingga setiap orang yang berakal akan menganggap rendah mereka.”
(Al-Manar al-Munif hal 152)
Berkata Ibnul Arobi al Maliky tentang aqidah syiah:
كفر بارد، لا تسخنه إلا حرارة السيف
فأما دفء المناظرة فلا تؤثر عليه
Kufur yang dingin. Tidak bisa menghangatkannya melainkan PANASNYA PEDANG. Adapun panasnya perdebatan maka itu tidak bisa mempengaruhinya. (Al Awaashim minal Qowaashim hal. 259)
Berkata Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah:
من قَدِر على إنكار صنيع الرافضة ولم يفعل فقد رضي بأن تُنتهك حرمة الإسلام وأهله، وسكت على ما هو كفر متضاعف
˝Barangsiapa yang mampu untuk mengingkari perbuatan Rofidhoh dan dia tidak melakukannya (tidak mengingkarinya), maka dia telah ridho untuk dicabik-cabik kehormatan Islam dan pemeluknya, dan diam atas sebuah kekufuran maka berlipat ganda (dosanya).˝
[Natsrul Jauhar (115)]
###
Asy-Syaikh al-Allamah Zaid bin Muhammad al-Madkhaly rahimahullah
Dan sungguh telah ada pada zaman ini sebuah firqah yang membinasakan di antara mereka.
Ketahuilah mereka adalah al-Hutsiyyun, yang mengumpulkan antara keyakinan Rafidhah (Syiah) dan keyakinan Khawarij.
Dan sungguh telah ada penjelasan tentang kekafiran mereka dalam nash-nash dan atsar-atsar, akan aku sebutkan sebagiannya di sini:
1. Riwayat yang datang dari Abdullah bin Abbas radhiyallaahu anhuma, dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam :
DAN AKAN ADA SEBUAH KAUM DI AKHIR ZAMAN YANG MEREKA MENAMAKANNYA RAFIDHAH, YANG MENOLAK ISLAM NAMUN MELAFAZHKANNYA. MAKA PERANGILAH MEREKA KARENA MEREKA ADALAH ORANG-ORANG MUSYRIK.
(1) diriwayatkan oleh Abdun bin Hamid dalam musnadnya (hal. 232, nomor 698), dan al-Harits bin Usamah dalam musnadnya (2/945, nomor 1043, al-Baghiyyah), dan Abu Yala dalam musnadnya (4/459, nomor 2586), dan Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah (2/375, nomor 981), dan Abdullah bin Ahmad dalam Zawaidu Fadhailis Shahabah (652 702), dan at-Thabarany dalam al-Kabiir (12/242, nomor 12997), dan Abu Nuaim dalam al-Huliyyah (4/95).
2. Dan dalam lafazh yang lain, dari Ibnu Abbas radhiyallaahu anhuma, dia berkata: Aku pernah berada di dekat Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dan di dekat beliau juga ada Ali radhiyallaahu anhu, maka Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:
WAHAI ALI, AKAN ADA PADA UMMATKU YANG MENGAKU CINTA KEPADA KITA, AHLUL BAIT. MEREKA MEMILIKI JULUKAN YANG MEREKA NAMAKAN RAFIDHAH. MAKA PERANGILAH MEREKA KARENA MEREKA ITU ORANG-ORANG MUSYRIK.
(2) At-Thabarani dalam al-Kabiir (12/242, nomor 12998), dan Abu Nuaim dalam al-Huliyyah (4/95). Berkata al-Haitsamy dalam Mujammiuz Zawaaid (10/11): Sanadnya hasan.
3. Dan hadits yang tsabit dari Ali radhiyallaahu anhu, dia berkata: Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:
Akan muncul di akhir zaman sebuah kaum yang mereka namakan Rafidhah, mereka menolak Islam.
(3) Abdullah bin Ahmad dalam az-Zawaaid alal Musnad (1/103) dan dalam as-Sunnah (2/546-547), al-Bazzar dalam Musnadnya (2/137, nomor 499), al-Ajurry dalam asy-Syariah (5/2518, nomor 2010), dan ad-Daany dalam al-Waaridah fil Fitan (3/613-614, nomor 278).
4. Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu anhu, dia berkata: Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam:
Sepeninggalku nanti akan datang suatu kaum, mereka memiliki julukan yang dikatakan untuk mereka Rafidhah. Jika kalian bertemu dengan mereka maka perangilah mereka karena mereka adalah orang-orang musyrik.
Aku bertanya: Ya Rasulallaah, apakah tanda pemahaman (mereka)?
Beliau menjawab: Mereka memujimu (Ali) dengan sesuatu yang tidak ada padamu, mencela dan mencaci-maki para shahabatku.
(4) As-Sunnah karya Ibnu Abi Ashim (2/474, nomor 978), dan asy-Syariah karya al-Ajurry (5/2516, nomor 2008).
Sumber:
at-Taliqul Matiin ala Kitaabi Ashlis sunnah watiqaadid Diin lil Imaamain ar-Razain, hal 49-51
[dari grup WA Syaikhain yang memposting kalam Syaikh Zaid Al Madkhaly Syaikh Ahmad An Najmi rahimahumallah]
tukpencarialhaq .com
###
Al Imam Al Muhaddits Asy Syaikh Muqbil bin Hadiy Al Wadiiy rohimahulloh
Soal:
ما صحة قول من قائل: إن الروافض والشيعة أشد على الإسلام من اليهود والنصارى، هل يعني ذلك تكفيرهم، وما هي ضوابط التكفير، ومتى يكفر الإنسان كفراً أكبر يخرج به من الملة؟
Bagaimanakah kebenaran ucapan seseorang: Sesungguhnya Rofidhoh dan Syiah itu lebih jahat terhadap Islam daripada Yahudi dan Nashoro? Apakah ucapan itu berarti mengafirkan mereka? Apa sajakah batasan takfir? Dan kapankah seseorang dikafirkan dengan kafir akbar yang dengan hal itu ia dikeluarkan dari agama?
Jawab:
الحمد لله وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن والاه. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله. أما بعد
فهذا القول صحيح؛ أن الروافض والشيعة أضر على الإسلام من اليهود والنصارى، بمعنى كما قال شيخ الإسلام ابن تيمية ونقله عنه تلميذه الذهبي وابن كثير في البداية والنهاية: أن لهم مواقف مع اليهود والنصارى ضد المسلمين، وليس معناه أنهم يكفرونهم
Ucapan ini adalah benar. Bahwa Rofidhoh dan Syiah lebih berbahaya terhadap Islam daripada Yahudi dan Nashoro, dengan makna sebagaimana kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan yang dinukilkan dari beliau oleh muridnya adzDzahaby dan Ibnu Katsir dalam kitab al Bidayah wan Nihayah, bahwa Rofidhoh memiliki sikap-sikap bersama Yahudi dan Nashoro untuk melawan muslimin, dan ini tidaklah bermakna bahwa mereka mengkafirkan Syiah (secara mutlak/merata).
ومن الأمثلة على هذا: أن ابن العلقمي الخائن كان وزير للمستعصم وزين له أن يقلل جيشه ففعل، وبعد هذا قرب التتار ابن العلقمي ونصير الدين الطوسي الذي يلقب بنصير الدين لكنه نصير الشرك والإلحاد كما قال ابن القيم رحمه الله تعالى في إغاثة اللهفان، بعد هذا لما قرب التتار وكانت في قلوبهم هيبة أيما هيبة من قتل الخليفة ومن دخول بغداد قال ابن العلقمي الخائن لهم: ابقوا ههنا قريبين ونحن سنخرج الخليفة إليكم، فذهب إلى الخليفة وقال: هم ما يريدون غزو بلادك ولا يريدون قتلك، يريدون أن يزوجوك بابنة رئيس التتار، فخرج وعند أن خرج إليهم مسكوه وسجنوه بين البغال، وبعد ذلك قتلوه رحمه الله تعالى بسبب خيانة ابن العلقمي، بعد أن نفذ لهم هذه الخيانة ماذا عمل التتار؟! نبذوه ولم يلتفتوا إليه، حتى أن امرأة قالت له: أيما أحسن عند أن كنت وزيراً في الدولة العباسية أم الآن وهو ماشي في الشوارع ضايع، فيقال إنه مات كمداً
Dan di antara contoh atas hal ini adalah bahwasanya Ibnul Alqomiy si pengkhianat dulu adalah menteri dari Khalifah al Mustashim. Dan dia menghias-hiasi kepadanya agar mengurangi jumlah pasukannya, lalu Khalifah pun melakukan hal itu.
Setelah itu, bangsa Tatar mendekati Ibnul Alqomiy dan Nashiruddiin at Thouwsy yang digelari dengan Nashiruddin (penolong agama) namun pada hakekatnya dia adalah penolong kesyirikan dan atheisme sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitab Ighatsatul Lahfaan.
Setelah itu, tatkala Tatar mendekat (dan ketika itu dalam hati mereka ada rasa kagum yang sangat hebat jika berhasil membunuh khalifah dan memasuki Baghdad), berkatalah Ibnul Alqomy si pengkhianat kepada mereka:
Tetaplah berada di dekat sini dan kami akan mengeluarkan khalifah pada kalian.
Lalu pergilah ia menghadap Khalifah dan mengatakan: Mereka tidak ingin memerangi negara anda, dan tidak pula ingin membunuh anda. Mereka ingin menikahkan anda dengan putri Pimpinan Tatar.
Kemudian keluarlah beliau. Dan tatkala beliau keluar pada mereka, mereka menahan dan memenjarakan beliau di antara baghal (peranakan kuda dan keledai). Dan setelah itu mereka membunuhnya, rahimahullaah Taala, dengan sebab pengkhianatan Ibnul Alqomiy.
Setelah melaksanakan pengkhianatan ini pada mereka, apa yang dilakukan bangsa Tatar?! Mereka mencampakkannya dan tidak menoleh kepadanya, hingga ada seorang wanita berkata padanya: Mana yang lebih baik bagimu, tatkala kamu menjadi menteri untuk Daulah Abbasiyah ataukah yang sekarang (dalam keadaan dia terlantar, berjalan di jalan-jalan)? Lalu ada yang mengatakan bahwa dia mati dalam keadaan menderita.
وهكذا في زماننا هذا شاهدنا الشيعة يتعاطفون مع الشيوعيين فعلي سالم البيض وهو إشتراكي شيوعي لا يأمن على نفسه إلا إذا كان في صعدة بين الروافض في باقم أو في غيره ويقولون: مرحباً بأبي هاشم، مرحباً بأبي هاشم، وهو شيوعي إشتراكي
Dan demikian pula di zaman kita ini. Kita saksikan Syiah bermesraan dengan para atheis/komunis. Maka Ali Salim al Baidh dan dia adalah seorang sosialis-komunis, dia sendiri tidak merasa aman kecuali jika dia berada di Shodah, di antara para Rofidhoh, di Baqim atau di tempat lainnya. Dan para Rafidhoh pun menyambutnya:
Selamat datang Abu Hasyim! Selamat datang Abu Hasyim! Padahal dia seorang sosialis-komunis.
فلهم مواقف مع اليهود والنصارى ضد المسلمين والله المستعان هذا معناه
Jadi, mereka memiliki sikap-sikap tertentu bersama Yahudi dan Nashoro untuk memerangi kaum muslimin, wallaahul Mustaan. Inilah maknanya.
وأما التكفير يكفر منهم من قال: إن قرآننا ناقص، أو قال: إن جبريل خان الرسالة، ومن حرف كتاب الله، على أن الشيعة على جميع أصنافهم يردون سنة رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم، ويعتمدون على كتبهم، وكتبهم أشبه بكتب اليهود والنصارى خالية من الأسانيد لا يعتمد عليها، فهم يعتمدون على كتبهم، ولا يعتمدون على ما في صحيح البخاري، و صحيح مسلم وبقية الأمهات الست والله المستعان
Dan adapun tentang takfir, maka dikafirkan di antara mereka orang yang mengatakan: Sesungguhnya al Quran kita ini kurang (tidak lengkap), atau mengatakan: Sesungguhnya Jibril mengkhianati risalah, dan orang yang menyimpangkan Kitabullah. Atas dasar bahwasanya Syiah pada seluruh golongannya menolak sunnah Rosulullah shallallaahu alaihi wa ala aalihi wa sallam, dan mereka bersandar pada kitab-kitab karangan mereka sendiri, padahal kitab-kitab mereka itu mirip dengan kitab-kitabnya Yahudi dan Nashoro, tanpa disertai sanad-sanad dan tidak bersandar pada sanad-sanad tersebut. Jadi, mereka bersandar pada kitab-kitab mereka dan tidak bersandar pada apa yang ada dalam Shahih al Bukhory, Shahih Muslim, dan kitab-kitab hadits yang induk yang enam. Wallaahul Mustaan.
وما هي ضوابط التكفير، ومتى يكفر الإنسان كفراً أكبر يخرج به من الملة؟ من رد شيئاً مقطوعاً به، أو سجد لصنم أو غير ذلك هذا يعتبر كافراً، ومن المؤسف جداً أن حد الردة توقف في كثير من البلاد الإسلامية والله المستعان، مع أنه قد قدم معاذ بن جبل إلى أبي موسى فوجد رجلاً مربوطاً فقال معاذ: ما هذا يا أبا موسى؟ قال: هذا رجل ارتد بعد إسلامه، قال معاذ: لا أنزل حتى تقتله، قال: ما ربطناه إلا لنقتله، فقتل في ذلك الوقت والله المستعان والحمد الله
Dan apakah batasan-batasan takfir? Dan kapan seseorang dikafirkan dengan kafir akbar yang dengannya dia dikeluarkan dari agama? Siapa yang menolak sesuatu (dari al Quran dan sunnah) maka diputuskan dengan takfir itu, atau sujud pada berhala, atau hal-hal yang lainnya. Yang seperti ini teranggap sebagai kafir.
Dan sangat disayangkan, bahwasanya hukuman had untuk orang yang murtad tidak dilaksanakan pada kebanyakan negara Islam, Wallaahul Mustaan. Padahal Muadz bin Jabal pernah menghadap kepada Abu Musa. Lalu dia melihat ada seorang yang terikat, lalu Muadz bertanya: Ada apa ini wahai Abu Musa? Abu Musa menjawab: Orang ini murtad setelah masuk Islam. Muadz berkata: Aku tidak akan turun hingga anda membunuhnya. Abu Musa menjawab: Tidaklah kami mengikatnya kecuali agar kami bisa membunuhnya. Lalu Abu Musa membunuhnya pada saat itu juga. Wallaahul Mustaan, walhamdulillah.
لكن في كثير من البلدان الإسلامية يعطلون حد الردة وبقي ههنا [السعودية] لا بأس بهذا البلد جزاهم الله خيراً يقيمون الحدود من أجل هذا منّ الله عليهم بالأمن، وبارك الله لهم في أعمالهم وسعيهم والله المستعان
Namun pada kebanyakan negara Islam, mereka menghilangkan hukum had untuk orang yang murtad, dan tersisa disini (di negara Saudi) yang masih memberlakukannya, tidak mengapa di negara ini. Jazahumullaahu khoiron. Mereka melaksanakan hukum-hukum had karena hal ini. Semoga Allah menganugrahkan keamanan pada mereka dan memberkahi mereka dalam pekerjaan-pekerjaan dan usaha-usaha mereka. Wallaahul Mustaan.
Dari kaset:
Al Ajwibah Al Ilmiyyah alal As`ilatil Wushobiyyah
www .muqbel .net/fatwa .php?fatwa_id=293
www .ittibaus-sunnah .net
❂Ashhabus Sunnah❂
Tidak ada komentar:
Posting Komentar