Cari Blog Ini

Selasa, 27 Oktober 2015

Tentang MENGAMBIL UPAH DARI BERDAKWAH DAN MENGAJAR

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan tentang mengambil upah dalam dakwah dan pengajaran:

Di antara faidah yang bisa diambil dari ayat ini *) adalah semestinya seorang dai yang berdakwah menuju Allah hendaknya menjauhkan diri dari mengambil harta-harta di tangan manusia meskipun mereka memberikannya. Karena yang demikian bisa mengurangi kedudukannya jika ia menerima dalam rangka dakwah dan nasehatnya. Karena para Rasul alaihimussholaatu wassalaam tidak meminta upah kepada manusia baik dengan lisan hal maupun lisan maqol (ucapan).

Dengan ini kita mengetahui keburukan sebagian manusia –walaupun Alhamdulillah sedikit- yang memberikan nasehat yang kadang benar-benar menyentuh. Namun setelah selesai, ia berkata: sesungguhnya saya memiliki kebutuhan atau saya miskin, dan semisalnya. Maka jadilah nasehat itu untuk tujuan dunia.

Apakah bisa diambil pelajaran dari ayat ini bahwa tidak boleh mengambil upah dalam mengajarkan ilmu karena hal itu menyelisihi jalan para Rasul atau tidak? Karena yang tidak boleh diambil upah adalah dakwah untuk Allah Azza Wa Jalla. Inilah yang tidak boleh diambil upahnya karena kewajiban dakwah yang harus disampaikan manusia.

Adapun pengajaran ilmu (ta’lim) yang membutuhkan perhatian, rasa capek, dan pemberian pemahaman yang khusus, ini tidak mengapa.

Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللَّهِ
Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil upah darinya adalah Kitabullah. (H.R al-Bukhari)

(Tafsir Surat Yaasin libni Utsaimin hal 77)

(Abu Utsman Kharisman)

*) Yakni Ayat Ke-21 Surat Yaasin
اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Arti Kalimat: Ikutilah (para Rasul) yang tidak meminta upah kepada kalian dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar