Pengaturan Shaf Satu Imam dan Satu Makmum Laki-laki
Dalam sholat berjamaah satu imam dan satu makmum, makmum berada sejajar di sebelah kanan imam.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَانْتَهَيْنَا إِلَى مَشْرَعَةٍ فَقَالَ أَلَا تُشْرِعُ يَا جَابِرُ قُلْتُ بَلَى قَالَ فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَشْرَعْتُ قَالَ ثُمَّ ذَهَبَ لِحَاجَتِهِ وَوَضَعْتُ لَهُ وَضُوءًا قَالَ فَجَاءَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ خَالَفَ بَيْنَ طَرَفَيْهِ فَقُمْتُ خَلْفَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِي فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma beliau berkata: Saya bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dalam salah satu safar kemudian kami berhenti di tepi sungai. Nabi bertanya: Tidakkah engkau masuk ke sungai wahai Jabir. Aku berkata: Ya. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wsallam turun dan akupun masuk ke sungai. Kemudian beliau menunaikan hajatnya. Kemudian aku letakkan air wudhu untuk beliau kemudian beliau berwudhu. Kemudian beliau berdiri sholat dengan menggunakan satu baju memajukan satu ujung dan memundurkan ujung yang lain. Kemudian aku berdiri di belakang beliau (bermakmum) kemudian beliau mengambil telingaku sehingga aku berdiri di sebelah kanan beliau. (H.R Muslim)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ نِمْتُ عِنْدَ مَيْمُونَةَ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهَا تِلْكَ اللَّيْلَةَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي فَقُمْتُ عَلَى يَسَارِهِ فَأَخَذَنِي فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ فَصَلَّى ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً ثُمَّ نَامَ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma beliau berkata: Aku tidur di (rumah) Maimunah (bibi Ibn Abbas, istri Rasulullah), pada saat Nabi shollallahu alaihi wasallam bermalam di rumahnya pada malam itu. Kemudian Nabi berwudhu kemudian bangkit sholat. Maka aku berdiri di sebelah kiri beliau kemudian beliau memegangku dan memindahkan aku hingga berada di sebelah kanan beliau, kemudian beliau sholat 13 rokaat, kemudian tidur. (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas)
Jika Awalnya Hanya Berdua (Satu Imam dan Satu Makmum) Kemudian Masuk Satu Makmum Pria Lagi
Dari Jabir radhiyallahu anhuma:
ثُمَّ جِئْتُ حَتَّى قُمْتُ عَنْ يَسَارِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ بِيَدِي فَأَدَارَنِي حَتَّى أَقَامَنِي عَنْ يَمِينِهِ ثُمَّ جَاءَ جَبَّارُ بْنُ صَخْرٍ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَامَ عَنْ يَسَارِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدَيْنَا جَمِيعًا فَدَفَعَنَا حَتَّى أَقَامَنَا خَلْفَهُ
…kemudian aku datang hingga berdiri di sebelah kiri Rasulullah shollallahu alaihi wasallam kemudian beliau mengambil tanganku dan memutarku hingga aku berdiri di samping kanannya. Kemudian datang Jabbar bin Shakhr berwudhu kemudian berdiri di kiri Rasulullah shollallahu alaihi wasallam kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengambil tangan kami dan menjadikan kami berdiri di belakang beliau. (H.R Muslim)
Demikian juga atsar dari perbuatan Umar bin al-Khoththob:
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بِالْهَاجِرَةِ فَوَجَدْتُهُ يُسَبِّحُ فَقُمْتُ وَرَاءَهُ فَقَرَّبَنِي حَتَّى جَعَلَنِي حِذَاءَهُ عَنْ يَمِينِهِ فَلَمَّا جَاءَ يَرْفَأُ تَأَخَّرْتُ فَصَفَفْنَا وَرَاءَهُ
Dari Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah dari ayahnya bahwasanya ia berkata: Aku masuk ke tempat Umar bin al-Khotthob di siang hari, kemudian aku dapati beliau sedang sholat sunnah, maka aku berdiri di belakangnya. Kemudian beliau mendekatkan aku hingga aku berada sejajar di sebelah kanan beliau. Ketika datang Yarfa’ (pelayan Umar), aku mundur maka kami membuat shaf di belakang beliau. (H.R Malik dalam Muwattha’ dinyatakan sanadnya shahih oleh al-Albany)
Wanita Sholat Sendirian di Shaf Belakang Para Lelaki dan Anak-anak Lelaki
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau berkata:
صَلَّيْتُ أَنَا وَيَتِيمٌ فِي بَيْتِنَا خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأُمِّي أُمُّ سُلَيْمٍ خَلْفَنَا
Saya bersama seorang anak yatim sholat di belakang Nabi shollallahu alaihi wasallam sedangkan ibuku, Ummu Sulaim sholat di belakang kami. (H.R al-Bukhari)
Syaikh Bin Baz juga menjelaskan untuk shaf seorang imam laki dengan seorang wanita (misalnya mahram atau istrinya), maka wanita itu berdiri di belakang Imam, bukan sejajar dengan imam. (Majmu’ Fataawa Bin Baaz (12/194-195)).
Bolehkah Shaf Wanita Sejajar Laki-Laki dan Terpisah Tabir?
Pada sebagian surau atau masjid, shaf wanita berada di sebelah shaf laki-laki namun terpisah tabir/ dinding. Hal yang demikian Insya Allah sholatnya tetap sah namun menyelisihi kesempurnaan.
Nabi memerintahkan agar para wanita shafnya di belakang shaf laki-laki sebagaimana hadits-hadits di atas. Demikian juga Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu menyatakan:
أَخِّرُوْهُنَّ حَيْثُ أخَّرَهُنَّ اللهُ
Akhirkanlah mereka (para wanita) sebagaimana Allah mengakhirkan mereka. (Riwayat Abdurrozzaq, atThobarony)
Larangan Membuat Shaf Terpisah Tiang
Diriwayatkan dari Anas bin Malik:
عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ مَحْمُودٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَدُفِعْنَا إِلَى السَّوَارِي فَتَقَدَّمْنَا وَتَأَخَّرْنَا فَقَالَ أَنَسٌ كُنَّا نَتَّقِي هَذَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abdul Hamid bin Mahmud beliau berkata: Saya sholat bersama Anas bin Malik pada hari Jumat hingga kami terpaksa berada di antara tiang-tiang. Maka kami ada yang maju dan ada yang mundur (dari tiang). Anas berkata: Kami menghindari ini (shaf terpisah tiang) di masa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. (H.R Abu Dawud, dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahaby dan al-Albany)
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا نُنْهَى أَنْ نَصُفَّ بَيْنَ السَّوَارِي عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنُطْرَدُ عَنْهَا طَرْدًا
Dari Muawiyah bin Qurroh dari ayahnya beliau berkata: Kami dilarang membuat shaf di antara tiang-tiang di masa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan menghindarinya dengan sangat. (H.R Ibnu Majah, dishahihkan Ibnu Hibban dan al-Albany)
Para Ulama menjelaskan bahwa larangan membuat shaf di antara tiang itu adalah karena menyebabkan terputusnya shaf. Namun jika tidak sampai membuat terputus, misalkan semua orang dalam shaf itu berada di antara tiang, maka yang demikian tidak mengapa. Al-Imam Malik menjelaskan bolehnya shaf di antara tiang jika masjid penuh.
Keutamaan Berjalan Menutup Shaf
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
خِيَارُكُمْ أَلْيَنُكُمْ مَنَاكِب فِي الصَّلاَةِ وَمَا مِنْ خَطْوَةٍ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ خَطْوَةٍ مَشَاهَا رَجُلٌ إِلَى فُرْجَةٍ فِي الصَّفِّ فَسَدَّهَا
Sebaik-baik kalian adalah yang paling lunak bahunya dalam sholat (berjamaah) dan tidaklah ada suatu langkah yang lebih besar pahalanya dibandingkan langkah seseorang menuju celah dalam shaf kemudian ia tutup. (H.R al-Bazzar, atThobarony, dishahihkan Ibnu Hibban dan al-Albany)
(dikutip dari buku 'Fiqh Bersuci dan Sholat', Abu Utsman Kharisman)
WA al-I'tishom
WA Al Istifadah
WALIS
http://walis-net.blogspot.com/p/depan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar