Cari Blog Ini

Rabu, 01 Oktober 2014

Tentang DARAH YANG KELUAR PADA WANITA YANG KEGUGURAN

Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin ditanya tentang hukum darah yang keluar dari seorang wanita setelah keguguran.

Beliau menjawab:

Para ulama berkata: Jika janin yang keluar telah jelas berbentuk manusia, maka darahnya darah nifas, dia harus meninggalkan shalat dan puasa serta tidak boleh digauli sampai suci dari darah tersebut. Jika janin yang keluar belum berbentuk manusia, maka tidak dianggap sebagai darah nifas tetapi dihukumi darah fasaq yang tidak menghalanginya dari shalat, puasa dan perbuatan lainnya.

Mereka menyatakan: Usia minimal kehamilan yang dengannya janin sudah berbentuk adalah 81 hari, karena janin dalam kandungan, sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud:
Rasulullah telah bercerita kepadaku dan beliau adalah orang yang jujur dan beritanya dibenarkan, "Sesungguhnya salah seorang di antara kalian penciptaannya dikumpulkan dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa mani, kemudian selama 40 hari berupa darah, kemudian selama 40 hari berupa daging. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh dan memberitakan tentang 4 perkara: ketentuan rizkinya, ajalnya, amalannya, dan nasibnya apakah menjadi orang yang sengsara atau bahagia.” (Muttafaq ‘alaih)

Oleh karena itu jika janin gugur sebelum usia 80 hari kehamilan, darah yang keluar bukan darah nifas karena usia tersebut belum berbentuk janin. Maka dia tetap berpuasa dan shalat dan melakukan amalan yang dilakukan oleh wanita-wanita yang dalam masa sucinya.

(Diambil dari buku Problema Darah Wanita, Ash Shaf Media)

####

Asy-Syaikh Bin Baz rahimahullah

Pertanyaan:
من الحمللي جارة حملت وسقط حملها بعد شهرين ولا يعرف هل هو ذكر أو أنثى وقد دفن في جانب من الحارة ولم يدفن في مقبرة المسلمين فما حكم هذا الدفن
Seorang wanita tetangga saya hamil dua bulan dan kemudian keguguran, tidak diketahui apakah janinnya laki-laki ataukah perempuan dan telah dimakamkan di sebelah kampung -- tidak dimakamkan di pekuburan muslimin. Apa hukum pemakaman (seperti) ini?

Asy-Syaikh Ibnu Baaz -rahimahullah- menjawab:
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﻣﻦ ﺍﻫﺘﺪﻯ ﺑﻬﺪﺍﻩ
ﺃﻣﺎ ﺑﻌـﺪ
فالمرأة إذا أسقطت جنينا فيه تفصيل
Seorang wanita jika mengalami keguguran maka ada perinciannya:
إن كان الجنين دما محضا فهذا ما يسمى جنين ولا يسمى نفاس الدم الخارج بسببه ولا يكون لها حكم النفساء بل عليها أن تصلي وأن تصوم وتحل لزوجها لأن هذا لا يسمى نفاس ما زال ابن شهرين أو ابن ثلاثة أشهر هذا في الغالب ما تخلق فهذا يكون دما فاسدا وتصلي وتصوم والدم المجتمع الذي سقط يدفن في أي مكان في البيت في الحوش ما يذهب إلى المقابر ما فيه حاجة لأن هذا ليس بإنسان وعليها أن تصلي وأن تصوم وتعتبر هذا الدم دما فاسدا مثل الدم الذي يخرج منالجراحات الأخرى دم فاسد لا يمنعها من الصلاة والصوم ولا يمنع زوجها من غشيانها لأنه دم فاسد لا يسمى نفاسا ولا يسمى حيضا
[PERTAMA]
Apabila janin tersebut (masih) berupa darah saja maka ini tidak disebut janin dan TIDAK dinamakan NIFAS darah yang keluar dengan sebabnya. Dan wanita tersebut tidak terkena hukum nifas bahkan dia tetap harus menegakkan shalat, puasa, serta halal untuk suaminya (berhubungan dengannya) KARENA ini tidak dinamakan NIFAS.
Pada usia kehamilan dua atau tiga bulan, KEUMUMANNYA masih belum berbentuk makhluk. Sehingga (darah yang keluar ini) adalah dammun faasid (darah rusak/kotor). Dan ia (wanita tersebut) melaksanakan shalat dan puasa.
Adapun gumpalan darah yang keluar ketika keguguran tersebut maka (boleh) dikuburkan di tempat mana pun: di rumah, pekarangan rumah --tidak dibawa ke kuburan--. Tidak perlu (dimakamkan di pekuburan) karena ini bukan manusia dan atasnya(wanita itu) shalat dan puasa.
Darah seperti ini dipandang sebagai darah rusak/kotor, semisal darah yang keluar dari luka yang lainnya. Darah rusak ini tidak mencegahnya dari pelaksanaan shalat dan berpuasa, tidak merintangi suaminya untuk berhubungan (jima) dengannya karena ia darah rusak dan tidak disebut nifas dan haidh.
أما إن كان الدم قد اجتمع فيه لحمة تجمع منه لحمة وفيه خلق إنسان ولو خفي رأس رجل يد إذا علم ذلك علمت به المرأة أو القابلة لها التي عندها ثقة أن هذا اللحم فيه خلق الإنسان فهذا يسمى نفاس يسمى ولد ويعتبر نفاس فليس لها حينئذ أن تصلي ولا أن تصوم وليس لزوجها أن يقربها يعني أن يطئها لأنها نفساء ما دامت اللحمة التي خرجت فيها خلق الإنسان ولو ما مر عليها أربعة أشهر في اعتقادها لأن الجنين قد يخلق فيه قبل ذلك والغالب أنه لا يخلق إلا في الطور الثالث بعد المضغة لكن جاء فيما يدل في بعض الأحاديث على أنه قد يقع قبل ذلك
[KEDUA]
Adapun seandainya darah itu itu telah memiliki jaringan daging--di dalamnya dan darinya--, mempunyai bentuk manusia padanya walau sedikit (belum sempurna); kepala, kaki, tangan. Jika telah diketahui yang demikian itu wanita itu mengetahuinya atau bidannya yang terpercaya di sisinya (menyaksikan) bahwa daging ini terdapat bentuk manusia padanya MAKA ini dinamakan NIFAS.
Sehingga, TIDAK BOLEH baginya pada saat ini untuk menegakkan shalat dan puasa, tidak diperkenankan suaminya untuk mendekatinya yaitu berhubungan (jima) dengannya KARENA ia
sedang NIFAS selama daging yang keluar berbentuk manusia walaupun belum lewat atasnya (kehamilan) empat bulan dalam keyakinannya. Sebab janin terkadang telah menjadi makhluk sebelum (empat bulan) itu.
Sedangkan keumumannya janin tidak dicipta kecuali pada fase ketiga, setelah periode
mudghoh (segumpal darah). Namun datang dalam beberapa hadits yang menunjukkan bahwa ia (penciptaan) terjadi sebelum (fase ketiga) itu.
فالحاصل إذا كان في خلق الإنسان يعتبر نفاس وعليها أن تمتنع من الصلاة والصوم وعلى زوجها أن يمتنع من إتيانها من غشيانها حتى تطهر فإذا طهرت ولو لعشرة أيام اوعشرين يوم تباح لزوجها
KESIMPULANNYA:
Apabila ia dalam bentuk manusia maka dianggap NIFAS dan wajib atasnya untuk meninggalkan shalat dan puasa, atas suaminya untuk tidak mendatanginya, tidak berhubungan dengannya sampai ia suci.
Kemudian apabila ia telah suci walaupun (nifasnya) hanya sepuluh atau dua puluh hari dibolehkan bagi suaminya (berhubungan dengannya).
ليس من شرط الطهارة أن تكمل أربعين لا لو طهرت وهي بنت عشرين أو بنت ثلاثين فالطهارة صحيحة تصلي وتصوم وتحل لزوجها وليس للنفاس حد محدود قبل الأربعين يعني ليس له حد محدود لأن النساء يختلف فقد تطهر مرأة لشهر وتطهر لخمسة وعشرين يوما وقد تطهر لأقل من ذلك أو لأكثر من ذلك كل هذا واقع والحكم مناط بالطهارة انقطاع الدم ورؤية الطهارة فإذا رأتالطهارة انقطع الدم
[PERIODE NIFAS]
Tidak disyaratkan suci (dari nifas) untuk genap empat puluh hari. Apabila ia (wanita) itu suci (dari nifas) baik ia dua puluh atau tiga puluh hari maka sucinya itu sah. Dia melaksanakan shalat berpuasa, dan halal bagi suaminya.
Dan untuk (lamanya waktu) nifas tidak ada batasan tertentu sebelum empat puluh hari, yaitu tidak ada batasan tertentu SEBAB para wanita berbeda-beda.
Terkadang seorang wanita suci (dari nifas) dalam waktu sebulan, (yang lain) suci dalam dua puluh lima hari, dan kadang kurang atau lebih dari itu. Ini semua terjadi.
Dan hukum (nifas) tergantung dengan sucinya: terputusnya (aliran) darah dan terlihat (tanda) suci.
Sehingga, apabila terlihat kesuciannya (dari nifas) terputus (aliran) darah (dari kemaluannya).
ورؤية ما يدل على الطهارة بأن ترى الماء الأبيض أو بأن تحتشي بقطنة في فرجها ونحوها من البياض فلا يتأثر تخرج وهي ما تأثرت بشيء هذه علامة الطهارة فتغتسل وتصلي وتصوم وتحل لزوجها ولو أنها ما مضى عليها من النفاس إلا عشرون يوما أو ثلاثون يوما فإن استمر الدم حتى كملت الأربعين يوم والدم معها فإن هذا الدم الزائد يعتبردما فاسدا بعد الأربعين وتصلي وتصوم وتحل لزوجها وتتحفظ في هذا الدم بالقطن ونحوه وتتوضأ في كل وقت لكل صلاة كما تفعل المستحاضات المستحاضات غير الحيض المستحاضاتالتي يستمر معهن الدم بعد الحيض والحيض شيء والمستحاضات شيء آخر
Dan terlihatnya kesucian itu dengan:
tampaknya air (cairan) berwarna putih atau dengan ia membersihkan dengan kapas pada kemaluannya, dan yang semisalnya dari (cairan) putih tidak bercampur, ia keluar dan tidak tercampur dengan sesuatu, inilah tanda suci.
Kemudian ia mandi, shalat, puasa, dan halal bagi suaminya walaupun belum lewat dari nifasnya kecuali dua puluh hari atau tiga puluh hari saja.
Kemudian, seandainya darah terus berlanjut sampai genap empat puluh hari dan darah itu tetap bersamanya MAKA darah tambahan ini, di atas empat puluh hari, dianggap darah rusak.
Ia melaksanakan shalat, berpuasa, dan halal bagi suaminya. Dan ia
menjaga/menutupi darah ini dengan kapas dan semisalnya. Ia berwudhu di setiap waktu untuk sholat sebagaimana dilakukan wanita mustahadhoh.
Mustahadhoh berbeda dengan haidh. Mustahadhoh adalah darah yang terus keluar setelah lewat periode haidh (yang normal). Haidh
adalah sesuatu dan mustahadhoh adalah sesuatu yang lainnya(tidak sama).
الحيض هن اللاتي يجلسن فوق الحيض المعتاد يقال لها حائض التي يأتيها الدم في وقتها المعتاد يعتبر دمها حيضا فهذه تسمى حائض لا تصلي ولا تصوم ولا تحل لزوجها والمستحاضة هي التي تصاب بدم زائد حال الحيض يستمر معها هذا الدم الزائد يسمى استحاضة إذا جاء تغتسل تصلي وتصوم وإذا جاء وقت الحيض المعتاد وقفت عن الصلاة والصوم وحرمت على زوجها حتى تنتهي أيام الحيض
Wanita HAIDH adalah yang mereka duduk (menunggu selesai haidhnya) pada periode haidh yang normal. Dan dinamakan ia wanita haidh adalah yang darahnya (keluar) mendatanginya dalam masa haidh yang normal/biasa, dianggap darahnya haidh. Maka wanita ini disebut sedang haidh. Tidak boleh shalat, berpuasa, dan tidak halal bagi suaminya.
Sedangkan wanita mustahadhoh adalah yang mendapatkan darah tambahan (dari masa haidh normal), terus (darah itu keluar) bersamanya (tidak terputus pada waktunya). Darah tambahan ini disebut istihaadhoh. Apabila terkena ini ia (wanita tersebut) mandi, shalat, berpuasa.
Jika datang waktu haidh yang biasa (waktu normalnya) maka ia berhenti dari shalat dan berpuasa serta haram atas suaminya (berjima dengannya) sampai selesai hari-hari haidh (hitungan normal/kebiasaannya sebelum istihaadhoh).
هذه النفساء كذلك مثل الحائض في وقت النفاس وقت الدم في النفاس لا تصلي ولا تصوم ولا تحل لزوجها فإذا ذهب هذا الدم لشهر أو عشرين يوما طهرت واغتسلت وصلت وصامت وحلت لزوجها ولو ما كملت الأربعين وهذا الدم الذي ليس فيه خلق الإنسان ليس له حكم الولد لا يغسل ولا يصلى عليه ولا يدفن في مقابر المسلمين كل هذا
Wanita yang nifas semisal wanita haidh juga pada waktu nifasnya. Sewaktu darah (mengalir) pada nifas ia tidak shalat, tidak berpuasa, dan tidak halal bagi suaminya.
Kemudian jika hilang darah itu dalam sebulan atau dua puluh hari, ia telah suci, mandi, shalat,
berpuasa, dan halal bagi suaminya. Walaupun belum sempurna empat puluh hari.
Dan darah (keguguran) yang tidak terdapat padanya bentuk manusia maka tidak dihukumi sebagai anak (manusia), tidak dimandikan, tidak disholatkan, dan tidak dimakamkan di pekuburan muslimin, seluruhnya.
أما إذا كان فيه خلق الإنسان فإنه يعتبر جنينا ويكون لها حكم النفاس لكن إذا كان ما نفخت فيه الروح ما تحرك في بطن أمه لا بأس أن يدفن في عرض البيت في حفرة في الحوش لا حرج لأنه ما صار له حكم الأموات حينئذ ما نفخت فيه الروح ما بعد تحرك في بطن أمه ليس له حكم الأموات لكن حكم الإنسان في وجوب النفاس في حكم النفاس فقط
Adapun jika didapati bentuk manusia maka ia dianggap janin (manusia) dan berlaku bagi ia (wanita) hukum nifas.
NAMUN apabila belum ditiupkan ruh padanya, belum bergerak diperut ibunya maka tidak mengapa untuk dikubur di pinggiran rumah, di dalam galian di pekarangan. Tidak mengapa karena belum berlaku hukum orang meninggal (jenazah) padanya di saat ini, belum ditiupkan ruh padanya. Akan tetapi hukum insan (janin berbentuk manusia berlaku) untuk kewajiban nifas, dalam hukum nifas saja.
أما إذا نفختفيه الروح تحرك ثم ولدته ميت أو حيا ثم مات هذا يغسل ويصلى عليه يغسل ويكفن ويصلى عليه ويدفن في مقابر المسلمين هذا الذي ينبغي هذا هو تفصيل هذه المسألة
Adapun jika telah ditiupkan ruh padanya, telah bergerak (dalam perut ibunya) kemudian dilahirkan dalam keadaan telah meninggal atau lahir hidup kemudian meninggal, (maka) ini dimandikan dan disholati atasnya.
Dimandikan, dikafani, dan disholatkan atasnya serta dimakamkan di pekuburan muslimin. Inilah yang selayaknya.
Inilah rincian untuk permasalahan ini.

Sumber:
binbaz .org .sa/mat/17661

Alih Bahasa:
Al-Ustadz Abu Yahya Al-Maidaniy (Solo) حفظه الله - [FBF-5]

WA Forum Berbagi Faidah [FBF]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar