Cari Blog Ini

Selasa, 16 September 2014

Tentang BERSABAR, BERDOA, DAN BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH KETIKA TERTIMPA MUSIBAH

Allah berfirman:
ﻭَﺑَﺸِّﺮِ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳْﻦَ . ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻬُﻢْ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺔٌ ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﺇِﻧَّﺎ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺭَﺍﺟِﻌُﻮْﻥَ . ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺻَﻠَﻮَﺍﺕٌ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻭَﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻬْﺘَﺪُﻭْﻥَ
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali.’ Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan shalawat dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat hidayah.” (QS. Al-Baqarah: 155-157‏)

Ummu Salamah radhiyallahu 'anha pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﺒْﺪٍ ﺗُﺼِﻴْﺒُﻪُ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺔٌ، ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ: ﺇِﻧَّﺎ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺭَﺍﺟِﻌُﻮْﻥَ، ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﺃْﺟُﺮْﻧِﻲْ ﻓِﻲ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺘِﻲْ، ﻭَﺃَﺧْﻠِﻒْ ﻟِﻲْ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ، ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﺟَﺮَﻩُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻲْ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺘِﻪِ، ﻭَﺃَﺧْﻠَﻒَ ﻟَﻪُ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ
“Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah lalu dia mengatakan: ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, berilah pahala kepada atas musibahku ini dan gantilah untukku yang lebih baik darinya.’ Kecuali Allah akan memberinya pahala atas musibahnya dan mengganti yang lebih bagi dibandingkan musibahnya itu.”
Lalu Ummu Salamah berkata:
“Ketika Abu Salamah meninggal maka saya mengucapkan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepadaku, lalu Allah pun menggantikan untukku yang lebih baik darinya, yaitu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menikahiku.” (HR. Muslim no. 918)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya pahala yang besar menyertai musibah yang berat. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridho, maka baginya keridhoan Allah. Barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4031)

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
ۗ ﻭَﻣَﻦ ﻳُﺆْﻣِﻦ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻳَﻬْﺪِ ﻗَﻠْﺒَﻪُ ۚ
“Barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya petunjuk di dalam hatinya.” (at-Taghabun: 11)
Telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abu Hatim dari Alqamah, ia berkata, “Yaitu seseorang yang ditimpa oleh sebuah musibah dan dia mengetahui bahwa semuanya datangnya dari Allah Subhanahu wata’ala, lalu dia ridha dan menerimanya.”

Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻋَﺠَﺒًﺎ ﻟِﺄَﻣْﺮِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ، ﺇِﻥَّ ﺃَﻣْﺮَﻩُ ﻛُﻠَّﻪُ ﻟَﻪُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﺫَﺍﻙَ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﺇِﻻَّ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻦِ، ﺇِﻥْ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻪُ ﺳَﺮَّﺍﺀُ ﺷَﻜَﺮَ ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻪُ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻪُ ﺿَﺮَّﺍﺀُ ﺻَﺒَﺮَ ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻪُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya baik baginya, dan sikap ini tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila kelapangan hidup dia dapatkan, dia bersyukur, maka hal itu kebaikan baginya. Apabila kesempitan hidup menimpanya, dia bersabar, maka hal itu juga baik baginya.” (HR. Muslim)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﺼِﺐْ ﻣِﻨْﻪُ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, Allah akan timpakan musibah padanya.” (HR. Al Bukhari no. 5321)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻌَﺒْﺪِﻩِ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَ ﻋَﺠَّﻞَ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻌُﻘُﻮﺑَﺔَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻌَﺒْﺪِﻩِ ﺍﻟﺸَّﺮَّ ﺃَﻣْﺴَﻚَ ﻋَﻨْﻪُ ﺑِﺬَﻧْﺒِﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻮَﺍﻓِﻲَ ﺑِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, disegerakanlah hukuman baginya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan pada hamba-Nya, Allah akan menahan dia lantaran dosa-dosanya hingga (dibalas) secara sempurna kelak pada hari kiamat.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2396)

Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (kepada ketaatan).” (as-Sajdah: 21)
Dalam Tafsir-nya, as-Suyuthi menyebutkan riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Mardawaih dari Ibnu Idris al-Khaulani, ia berkata:
Aku bertanya kepada Ubadah bin ash-Shamit radhiallahu anhu tentang ayat ini. Beliau menjawab:
Aku pernah menanyakan ayat ini kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Itu adalah musibah, sakit, dan kesusahan, sebagai azab di dunia bagi orang yang melampaui batas sebelum datang azab akhirat." Aku bertanya kembali kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, apa yang kita peroleh jika semua itu menimpa kita?" Beliau menjawab, "Suci dan bersih.”

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
ﻣَﺎ ﻳُﺼِﻴﺐُ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠﻢَ ﻣِﻦْ ﻧَﺼَﺐٍ ﻭَﻻَ ﻭَﺻَﺐٍ ﻭَﻻَ ﻫَﻢٍّ ﻭَﻻَ ﺣُﺰْﻥٍ ﻭَﻻَ ﺃَﺫًﻯ ﻭَﻻَ ﻏَﻢٍّ ﺣَﺘَّﻰ ﺍﻟﺸَّﻮْﻛَﺔِ ﻳُﺸَﺎﻛُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﻛَﻔَّﺮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺧَﻄَﺎﻳَﺎﻩُ
“Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Muttafaqun alaih)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya, Majmu’ Fatawa (10/48), menjelaskan, “Musibah-musibah adalah nikmat. Sebab, ia akan menghapus dosa-dosa dan mendorong seseorang untuk bersabar sehingga mendapatkan ganjaran. Musibah akan mengajak seseorang untuk bertobat kepada Allah Subhanahu wata’ala dan merendah diri di hadapan-Nya, berpaling dari makhluk, dan berbagai maslahat lain. Cobaan itu sendiri berfungsi menghapuskan segala dosa dan kesalahan, dan ini sendiri sudah termasuk nikmat yang sangat besar.”

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata dalam Syarh Riyadhish Shalihin (1/94), “Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Ini merupakan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang tertimpa musibah itu:
- mengingat pahala dan mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu menghapus dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha terhadap musibah).
- lupa (akan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala), maka akan sesaklah dadanya sekaligus menjadikannya lupa terhadap niat mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dari penjelasan ini, ada dua pilihan bagi seseorang yang tertimpa musibah: beruntung dengan mendapatkan penghapus dosa dan tambahan kebaikan, atau merugi, tidak mendapatkan kebaikan bahkan mendapatkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dia marah dan tidak sabar atas taqdir tersebut.”

Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan berkata:
"Allah tidaklah memberi cobaan untuk membinasakan hambanya, namun untuk menguji kesabaran dan keimanan hamba. Jika hamba ini bersabar, maka musibah menjadi anugerah dan petaka berbuah pahala. Sabar ini ada tiga macam, yaitu menahan jiwa dari amarah kepada apa yang Allah takdirkan, menahan lisan dari berkeluh kesah, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang menunjukkan ketidak relaan kepada takdir. Sabar berporos pada tiga perkara ini. Barangsiapa yang bisa memenuhinya maka baginya pahala yang tiada batas yang Allah janjikan dalam firman-Nya,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﻮَﻓَّﻰ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮُﻭﻥَ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢْ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣِﺴَﺎﺏٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (Az Zumar: 10‏)

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam mengingatkan kita dalam sabdanya:
ﻭَﺍﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺗَﻜْﺮَﻩُ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻭَﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺼْﺮَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻭَﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻔَﺮَﺝَ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻜَﺮْﺏِ ﻭَﺃَﻥَّ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻌُﺴْﺮِ ﻳُﺴْﺮًﺍ
“Dan ketahuilah bahwa dalam kesabaran terhadap apa yang tidak engkau senangi terdapat kebaikan yang sangat banyak. Ketahuilah pula, bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar (kelapangan) ada bersama kesempitan/kesulitan, dan bahwasanya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.” (HR. Ahmad)

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
”Kesabaran adalah cahaya.” (HR. Muslim dari sahabat Abu Malik Al Harits bin ‘Ashim Al Asy’ary radhiallahu anhu)

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
”Tidaklah seorang hamba diberikan dengan suatu pemberian yang lebih baik dan luas dari pada sabar.” (Mutafaqun ‘alaih dari sahabat Abu Sa’id Al Khudry radhiallahu anhu)

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Jika engkau bersabar maka bagimu adalah surga.” (Mutafaqun ‘alaih dari sahabat Ibnu Abbas radhiallahu anhu)

Allah berfirman:
“Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (asy-Syura: 30)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah (musibah yang menimpa pada seorang hamba) berupa goresan kayu (yang melukai badan), salah urat, terkena batu, terkilir, melainkan karena dosa, dan apa yang Dia maafkan dari dosa itu lebih banyak.” (Diriwayatkan oleh Hannad secara mursal pada kitab az-Zuhud melalui al-Hasan al-Bashri)
Dalam lafadz lain, “Tidaklah suatu musibah berat atau ringan, menimpa seorang hamba melainkan karena dosa, dan yang Dia maafkan lebih banyak.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu anhu)
Ibnu Sa’d meriwayatkan dari Abu Mulaikah, dari Asma’ bintu Abu Bakr ash-Shiddiq radhiallahu anhuma, beliau pernah pusing kemudian meletakkan tangannya di kepala seraya berkata, “Ini karena dosaku dan apa yang Allah ampuni lebih banyak.”
Al-Imam ath-Thabari rahimahullah memaparkan ucapan Ibnu Abbas tentang tafsir ayat ini, “Allah menjadikan hukuman bagi orang-orang mukmin karena dosa-dosa mereka (di dunia) dan tidak akan menyiksa mereka di akhirat karena dosa.”

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻻَ ﻳَﻤُﻮﺗَﻦَّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺇِﻻَّ ﻭَﻫُﻮَ ﻳُﺤْﺴِﻦُ ﺍﻟﻈَّﻦَّ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
“Janganlah salah seorang di antara kalian itu mati, kecuali dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻻَ ﻳَﺘَﻤَﻨَّﻴَﻦَّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﻟِﻀُﺮٍّ ﺃَﺻَﺎﺑَﻪُ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻻَ ﺑُﺪَّ ﻓَﺎﻋِﻠًﺎ ﻓَﻠْﻴَﻘُﻞْ : ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺣْﻴِﻨِﻲ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻟِﻲ ﻭَﺗَﻮَﻓَّﻨِﻲ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟْﻮَﻓَﺎﺓُ ﺧَﻴْﺮﺍً ﻟِﻲ
“Janganlah salah seorang kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya. Apabila memang harus melakukannya, maka hendaknya dia berdoa:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺣْﻴِﻨِﻲ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻟِﻲ ﻭَﺗَﻮَﻓَّﻨِﻲ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟْﻮَﻓَﺎﺓُ ﺧَﻴْﺮﺍً ﻟِﻲ
(Ya Allah, hidupkanlah aku bila kehidupan itu adalah kebaikan bagiku dan wafatkanlah aku bila kematian itu adalah kebaikan bagiku).” (Muttafaqun ‘alaih)

Allah dan Rasul-Nya melarang siapa yang tertimpa musibah untuk berucap atau berbuat sesuatu yang menunjukkan ketidak-ridhaan kepada keputusan Allah, seperti merobek baju, menampar pipi, menjambak rambut, menangis histeris, apalagi menyayat kepala dan dahi seperti yang dilakukan sebagian orang-orang syi’ah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bukan dari golongan kami barang siapa yang menampar pipi, merobek baju, atau meratap dengan ratapan jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar