Cari Blog Ini

Selasa, 16 September 2014

Tentang BERTAUBAT DAN BERISTIGHFAR

Dikatakan kepada Imam Al-Hasan Al-Bashri Rohimahulloh:
ﺃﻻ ﻳﺴﺘﺤﻴﻲ ﺃﺣﺪﻧﺎ ﻣﻦ ﺭﺑﻪ ! ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﻣﻦ ﺫﻧﻮﺑﻪ ﺛﻢ ﻳﻌﻮﺩ ﺛﻢ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﺛﻢ ﻳﻌﻮﺩ
“Tidakkah malu salah satu dari kita terhadap Robb-nya! Dia istighfar (memohon ampun) dari dosa-dosa nya kemudian kembali (berbuat dosa) kemudian istighfar (kembali) kemudian kembali (lagi)?”
Maka Imam Al-Hasan Al-Bashri menjawab:
ﻭﺩ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻟﻮ ﻇﻔﺮ ﻣﻨﻜﻢ ﺑﻬﺬﻩ ﻓﻼ ﺗﻤﻠﻮﺍ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ
“Syaithan begitu berkeinginan kalau sekiranya dia bisa mengalahkan kalian dengan (cara) ini. MAKA JANGAN KALIAN BOSAN BERISTIGHFAR!”
(Jami' Al-'Ulum Wal Hikam, Ibnu Rojab, 1/415)

Alih Bahasa: Muhammad Sholehuddin Abu 'Abduh عَفَا اللّٰهُ عَنْهُ

WA Ahlus Sunnah Karawang | www.ahlussunnahkarawang.com

###

Berkata Al Imam Al Hasan Al Bashriy - رحمه الله - :
أكثروا من الإستغفار في بيوتكم، و على مواعدكم، و في طرقكم، و في أسواقكم، و في مجالسكم، أينما كنتم فإنكم ما تدرون متى تنزل المغفرة
"Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah kalian, di meja-meja hidangan kalian, di jalanan kalian, di pasar-pasar kalian, di majelis-majelis kalian, dan dimanapun kalian berada, karena sesungguhnya kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan."
(At Taubah Ibnu Abi Ad Dunya No. 158)

WA SaLaM

https://telegram.me/happyislamcom

###

Pertanyaan: Bila seorang muslim ingin terlepas dari dosa yang pernah dia lakukan, apa saja syarat yang wajib ditempuh terkait dengan orang yang bertaubat dari dosanya? Apa pula nasihat Anda bagi orang yang melakukan perbuatan maksiat, agar dia mau bertaubat sebelum ajal menjemputnya, sehingga dia akan rugi dan menyesal?

Jawab:

Pertama, dia bertaubat dengan taubat yang jujur dan murni, dan menyesali dosa yang telah dia lakukan, lalu bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, dan mengembalikan kezaliman (yang pernah dia ambil) kepada yang berhak. Yang terakhir ini terkait dengan hal-hal yang bisa dikembalikan, seperti harta. Kemudian dia meminta kerelaan dan maaf dalam hal-hal yang tidak bisa dikembalikan, sembari mendoakan kebaikan bagi yang dia zalimi dan memuji mereka atas kebaikan mereka yang dia ketahui.

Kedua, kami menasihati dia untuk membaca Al-Qur’an dan hadits-hadits tentang targhib wa tarhib (anjuran untuk melakukan kebaikan dan ancaman dari melakukan keburukan). Juga agar dia mengingat akhirat beserta kengeriannya. Juga agar dia bergaul dengan orang-orang yang baik sekaligus menjauhi orang-orang yang jelek. Semoga dia bisa bertaubat dari dosa-dosanya, memohon ampun kepada Rabbnya, dan mencerca dirinya sendiri atas maksiat yang dia lakukan.

Wabillahit taufiq, washallalahu ‘ala nabiyyina Muhammad, wa alihi wa shahbihi wa sallam.

Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-’Ilmiyyah wal Ifta`
Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Wakil: Abdurrazzaq Afifi
Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud

(Fatawa Al-Lajnah, 24/297-298, Pertanyaan keenam dari fatwa no. 3866)

###

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah

Pertanyaan: Saya seorang pemuda, Allah telah memberi saya hidayah untuk meniti jalanNya yang lurus, saya memohon kepada Allah keteguhan hati. Akan tetapi saya masih memiliki sisa-sisa dosa yang saya belum mampu terbebas darinya. Hanya saja, saya bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa ini, saya memohon ampun kepadaNya, akan tetapi saya mengulanginya dan saya terjatuh padanya. Setelah hal itu terjadi, saya menyesal dan bertaubat kepada Allah akan tetapi tanpa faedah. Maka saya mengharap bimbingan apa yang mesti saya lakukan agar saya bisa mendidik jiwaku untuk beribadah kepada Allah, dan mantaati-Nya, dan bermaksiat terhadap nafsuku yang sangat mengajak kepada kejelekan. Apakah saya berdosa dengan taubatku dari suatu dosa kemudian kembali diriku mengulangi dosa tersebut?

Jawaban:

Segala pujian kesempurnaan milik Allah yang telah memberimu petunjuk untuk bertaubat, dan mengkaruniakanmu untuk kembali kepada Allah subhanahu wata’aala. Ketahuilah wahai saudara, bahwasanya taubat itu menghapus dosa yang lalu. Sebagaimana islam juga menghapus dosa yang lalu. Selama engkau -bihamdillah- setiap kali terjatuh pada sebuah dosa, engkau bersegera bertaubat dengan jujur, maka engkau di atas kebaikan insyaa Allah.

Maka taubat itu menghapus dosa yang lalu, engkau tidak akan disiksa atas dosa yang engkau telah bertaubat darinya, karena sebab engkau mengulangi dosa tersebut sekali lagi. Engkau hanya akan disiksa dengan dosa yang engkau ulangi yang engkau lakukan. Kemudian jika engkau bertaubat dari hal itu, akan dihapus darimu dosa itu juga, dan demikian seterusnya. Ini adalah karunia dan kebaikanNya Jalla wa’ala. Jika engkau jujur dalam bertaubat, dan engkau menyesali atas apa telah lalu, engkau bertekad dengan tekad yang jujur untuk tidak mengulangi dan engkau meninggalkan dosa itu. Kemudian ternyata engkau diuji lagi dengannya setelah itu, maka Allah memaafkan atas apa yang telah lewat dengan taubat yang telah lalu.

Dan engkau mesti melawan nafsumu untuk tidak terjatuh dalam dosa lagi, hal ini dengan beberapa cara, di antaranya:
Pertama: Bersandar penuh kepada Allah dan memohon hidayah, taufik dan penjagaan padaNya. Agar Allah menolong dirimu menghadapi nafsumu dan melawannya. Agar Allah menolongmu menghadapi syaitanmu sampai engkau selamat darinya. Dan Allah Yang Maha Suci berfirman
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺳَﺄَﻟَﻚَ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱ ﻋَﻨِّﻲ ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﻗَﺮِﻳﺐٌ ﺃُﺟِﻴﺐُ ﺩَﻋْﻮَﺓَ ﺍﻟﺪَّﺍﻉِ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﻋَﺎﻥِ
”Dan apabila hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku ini dekat. Aku mengkabulkan doanya orang yang berdoa jika dia berdoa padaKu.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Dialah yang berfirman Yang Maha Suci:
ﺍﺩْﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ
”Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku akan kabulkan untuk kalian.” (QS. Al-Ghafir: 60)

Yang kedua: Engkau harus menjauhi sebab-sebab yang bisa menyeretmu kepada maksiat. Jika engkau berteman dengan orang-orang yang melakukannya, maka mesti engkau jauhi mereka sehingga mereka tidak menyeretmu kepada maksiat. Jika engkau masuk rumah-rumah yang bisa menyeretmu kepada maksiat, maka jauhilah rumah-rumah tersebut dan berhati-hatilah darinya. Demikian, lihatlah sebab-sebab (maksiat) dan jauhilah.

Perkara ketiga: Melihat kepada akibat buruk maksiat, renungilah akibat-akibat tadi, bahwasanya akibatnya itu sangat buruk, akibatnya sangat buruk. Kadang engkau akan tertimpa tidak bisa bertaubat, maka engkau akan merugi, wal’iyadzu billah. Maka hati-hatilah engkau dari akibat buruk dosa-dosa. Dan fikirkanlah sering-sering, bahwasanya engkau terkadang mendapat taufik untuk bisa taubat, kadang tidak mendapat taufik untuk bertaubat. Hati-hatilah dari maksiat dan jauhilah. Teruslah bertaubat dan jangan engkau tinggalkan. Maka ketika engkau diberi taufik untuk perkara-perkara ini, maka Allah akan menjagamu dari kejelekan nafsumu, dari syaitanmu.

Hanya Allahlah pemilik taufik.

Sumber: binbaz .org .sa

Alih Bahasa:
Ustadz Abu Hafs Umar al Atsary

###

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله

Pertanyaan:
فضيلة الشيخ أنا شاب تبت توبة صادقة -ولله الحمد- ولكن بعد مدة إذ بي أقع في معصية ثم أتوب ثم أشتاق للمعصية ثم أندم وأتوب.. وهكذا أفدني جزاك الله خيرا ماذا أفعل مع بداية هذا العام
Yang Mulia Asy-Syaikh (Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin), saya adalah seorang pemuda yang telah bertaubat dengan taubat yang jujur walhamdulillah. Namun setelah beberapa waktu tiba-tiba saya terjatuh kedalam kemaksiatan lagi lalu sayapun bertaubat kemudian saya kembali terjatuh lagi kedalam kemaksiatan tersebut lalu sayapun menyesal dan bertaubat dan demikianlah keadaannya, berilah saya faidah semoga Allah membalas anda dengan kebaikan, apa yang semestinya saya lakukan seiring permulaan tahun ini?

Jawab:
أسأل الله أن يتوب علينا جميعا ونهنئ أخانا بالتوبة ونسأله تعالى أن يثبت عليها. عليه أن يحمي نفسه من هذه المعصية بقدر المستطاع لكن إذا غلبته نفسه ثم ندم وتاب توبة نصوحا عازما على ألا يفعل في المستقبل فإن الله يتوب عليه لأن هذا مسرف على نفسه بلا شك في إصراره على هذه المعصية وقد قال الله تعالى: قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب جميعا إنه هو الغفور الرحيم
فنحن نهنئ أخانا بما من الله عليه من التوبة ونوصيه بأن يصمد أمام نزعات الشيطان وهوى النفس وأن يتصبر وهو إذا عسف نفسه وتصبر هان عليه ترك المعصية التي كان يألفها من قبل
Aku meminta kepada Allah Ta'ala agar menerima taubat kita semuanya, dan kita bersyukur kepada saudara kita dengan taubatnya, dan kita memohon kepada Allah Ta'ala agar mengokohkan di atas taubatnya, wajib atasnya untuk menjaga dirinya dari kemaksiatan tersebut dengan kadar kemampuannya, akan tetapi apabila ia terkalahkan oleh kemaksiatannya kemudian menyesal dan bertaubat dengan taubat nashuha, dan bertekad kuat untuk tidak lagi melakukannya di masa yang akan datang maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.
Karena yang demikian itu tidak diragukan lagi telah melampaui batas (kemampuan) dirinya karena adanya gejolak yang kuat untuk melakukan kemaksiatan tersebut, dan sungguh Allah Ta'ala telah berfirman:
قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب جميعا إنه هو الغفور الرحيم
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Azzumar 53)
Maka kita bersyukur kepada saudara kita dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepadanya dari pertaubatannya.
Dan kami menasehatkan kepadanya untuk berpegang kuat dalam menghadapi godaan syaithan dan hawa nafsu serta untuk berusaha tetap bersabar, dalam keadaan apabila ia mengontrol dirinya serta tetap berusaha bersabar niscaya akan mudah atasnya untuk meninggalkan kemaksiatan yang dahulu ia senangi.

Sumber:
Silsilatu Al-liqoi Asysyahri / Al-Liqau Asysyahri 44

Alih Bahasa:
Abu 'Alifah Ayyub Balikpapan حفظه الله -[FBF 4]

WA Forum Berbagi Faidah [FBF]

###

Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah

P E R T A N Y A A N :
إنسانأصيب بمرض الإيدز وقرر الأطباء أن عمره في هذه الحياة قصير جدا فما الحكم في توبتهفي هذا الوقت
Seseorang yang terkena penyakit AIDS dan para dokter menetapkan bahwa umurnya sangatlah pendek, apa hukum taubat di waktu tersebut?

J A W A B :
عليه أن يبادر بالتوبة ولو في لحظة الموت لأن باب التوبة مفتوح مهما كان ما دام عقله معه وعليه أن يبادر بالتوبة والحذر من المعاصي ولو قالوا : إن عمرك قصير فالأعمار بيد الله وقد يخطئ ظنهم فيعيش طويلا وعلى كل تقدير فالواجب البدار بالتوبة والصدق في ذلك حتى يتوب الله عليه لقول الله تعالى: وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون
وقوله سبحانه: وإني لغفار لمن تاب وآمن وعمل صالحا ثم اهتدى
وقول النبي صلى الله عليه وسلم: إن الله يقبل توبة العبد ما لم يغرغر والمعنى ما لم يتغرغر بها الإنسان ويزول شعوره
والله المستعان
Wajib baginya untuk segera bertaubat, meskipun pada masa mendekati kematian, karena pintu taubat masih terbuka bagaimanapun juga kondisinya, selama ia masih berakal (sadar dan bisa berpikir).
Wajib baginya untuk menjauhi kemaksiatan meskipun para dokter menyatakan bahwa umurnya pendek. Umur-umur makhluq itu ada di Tangan Allah, bisa jadi prasangka dokter tersebut salah sehingga dia bisa hidup dalam waktu yang lama.
Intinya, WAJIB bagi setiap orang untuk SEGERA BERTAUBAT kepada Allah dengan jujur sehingga Allah akan menerima taubatnya, berdasarkan Firman Allah:
وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Dan juga Firman Allah:
وإني لغفار لمن تاب وآمن وعمل صالحا ثم اهتدى
Dan Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إن الله يقبل توبة العبد ما لم يغرغر
Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum di kerongkongan.
Yakni: sebelum nyawanya berada di kerongkongan (sakaratul maut) dan hilang kesadarannya.
Dan Allahlah tempat memohon pertolongan.

Sumber: Kitab Al-Fatawa al-Mutaalliqah bith-thibbi Wa ahkamil-mardha | Kumpulan fatwa yang ditulis oleh Asy-Syaikh Allamah Doktor Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafidzahullah

alifta .net/Fatawa/FatawaChapters .aspx?languagename=arView=PagePageID=396PageNo=1BookID=16

Alih Bahasa: Al-Ustadz Abu Abdillah Al-watesy (Jember) حفظه الله

WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www .alfawaaid .net

###

Al Ustadz Abdul Haq Balikpapan hafizhahullah

Tanya:
Apakah dosa syirik akan diampuni Allah jika bertaubat sebelum meninggal?

Jawab:
Iya, jadi apabila seorang bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata'ala dengan memenuhi kriteria dengan syarat-syarat diterimanya taubat, maka insya Allahu Ta'ala diterima sebesar apapun dosanya.
قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب جميعا
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya." (QS Az-Zumar: 53)
Allah itu maha pengampun, apabila seorang ingin bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha yang memiliki persyaratan diterimanya taubat. Yang pertama apa?
(1) Ikhlas, ini modal utama, ikhlas meninggalkan kesyirikan. Bukan karena orderan sudah kurang, bukan karena sudah bosen dengan kesyirikan. Tapi betul-betul tulus, menyesali perbuatannya. Ingin taat kepada Allah, mengganti kemaksiatannya dengan ketaatan kepada Allah, ikhlas, dia niatkan ibadah.
Yang kedua,
(2) an nadm, dia harus ada sifat, sikap penyesalan, nyesal.
Yang ketiga adalah,
(3) al iqla', meninggalkan kemaksiatan. Jangan meninggalkan praktek syirik, amalan kesyirikan.
Yang keempat,
(4) bertekad untuk tidak mengulangi lagi.
Ini syarat-syarat diterimanya taubat. Demikian pula bertaubat di waktu masih diterimanya taubat, yaitu sebelum meninggal.
إن الله يقبل توبة العبد ما لم يغرغر
Allah Jalla Wa 'Ala masih saja akan menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai kepada kerongkongan. (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, dihasankan Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami no. 1903)
Sehingga kalau misalkan awalnya dia kafir, musyrik, ingin taubat, laa bas. Bertaubat dengan taubatan nasuha. Adapun makna dari firman Allah Subhanahu Wata'ala:
إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء
"Sesungguhnya Allah itu tidak akan mengampuni dosa kesyirikan, dan mengampuni dosa di bawah kesyirikan." (QS An-Nisa: 48)
Maka maksudnya di sini yaitu ketika seorang belum ataupun meninggal dalam keadaan belum bertaubat kepada Allah dari kesyirikannya. Tidak akan diampuni dosanya sampai dia bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Wallahu ta'ala a'lamu bishawab.

TIS (Thalab Ilmu Syar'i)

###

Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahim al-Bukhari hafizhahullah

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya serta para shahabatnya.

Barusan saja pembawa acara menghimbau kepada saudara sekalian untuk berkumpul dan bermajlis bersama para tholabah untuk saling mengingatkan satu sama lain, semoga Allah memberikan manfaat pada beberapa kalimat yang akan disampaikan.

Pertama kami ucapkan semoga Allah menerima amal shalih kita semua dan memberikan barakah padanya, serta kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla terkabulnya amalan kita, sesungguhnya Dia Dzat yang Maha Pemurah dan Maha Mulia. Tidak diragukan lagi bahwa mengucapkan kalimat selamat hari ‘Id merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan telah berjalan di atasnya para shahabat radhiyallahu ‘anhum. Hanya saja, ucapan selamat tersebut akan menjadi sempurna jika seorang hamba menyempurnakan amalan shalih yang telah diamalkannya, kemudian mengiringinya dengan amalan shalih yang dia kerjakan pada hari-hari penuh barakah tersebut. Aku katakan, dia mengiringinya dengan amal-amal shalih lainnya. Karena sesungguhnya di antara nikmat Allah kepada seorang hamba, Allah memberikan kepadanya taufiq untuk amal shalihnya berkesinambungan dan senantiasa mengiringi amalan-amalan shalih, serta terus menerus kembali bertaubat kepada Allah. Karena sesungguhnya seluruh pemberian ini dan musim-musim ini adalah musim-musim kebaikan dan musim menanam. Barang siapa yang padanya menanam kebaikan maka dia akan memperoleh kebaikan pula, dan barang siapa yang tidak (menanam kebaikan) maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri karena dia adalah orang yang menggampangkan.

Allah telah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk bertaubat kepada-Nya, Allah berfirman:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺗُﻮﺑُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮْﺑَﺔً ﻧَﺼُﻮﺣًﺎ
“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nashuha.”
Makna taubat nashuha adalah berlepas diri dari dosa dengan penuh rasa penyesalan serta tekad untuk tidak mengulanginya kembali. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu sebagaimana dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah (berkata), “Taubat nashuh adalah bertekat untuk tidak kembali,” yakni: kepada dosa.

Tidak diragukan lagi wahai segenap saudara bahwa ayat-ayat dan hadits-hadits dalam permasalahan taubat kepada Allah sangatlah banyak, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, serta yang lainnya, bahwa beliau beristigfar dalam satu majelis lebih dari seratus kali, dalam riwayat lain disebutkan lebih dari tujuh puluh kali. Padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang. Disebutkan pula dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa ketika beliau shalat malam hingga kaki beliau bengkak, maka Ummul mukminin ash-Shiddiqoh putri ash-Shiddiq mengatakan kepada beliau, “Masihkah engkau lakukan hal ini padahal dosa anda telah diampuni yang lalu maupun yang akan datang?” Maka jawaban beliau adalah: “Tidakkah boleh aku menjadi hamba yang selalu bersyukur?”

Maka wajib atas seorang hamba untuk membalas apa yang telah Allah berikan kepadanya dengan bersyukur kepada-Nya, terus menyebut-nyebutnya, dan mengakui keutamaan-Nya, serta mengarahkan anggota tubuhnya, hatinya, dan lisannya untuk bersyukur kepada-Nya, berdzikir kepada-Nya, dan beribadah kepada-Nya dengan sebaik-baiknya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits shahih riwayat al-Imam at-Tirmidzi dan yang lainnya:
‏ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻘْﺒَﻞُ ﺗَﻮْﺑَﺔَ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪِ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﻐَﺮْﻏِﺮْ‏
“Sesunguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum sampai ke tenggorokan.”
Maknanya: selama kematian belum datang menjemputnya.
Juga di antara penghalang diterimanya taubat, atau tidak akan diterima taubat seorang hamba jika matahari telah terbit dari barat.

Maka hendaknya seorang hamba bersegera pada musim-musim ini, di mana Allah telah menganugrahkannya kepadanya, hendaknya dia benar-benar memanfaatkannya dan senantiasa memperbarui taubatnya kepada Allah, serta memperbanyak istighfar (mohon ampunan) dan memperbanyak pula amalan-amalan ketaatan, karena sungguh merupakan tanda diterimanya taubat dan amalan shalih seorang hamba adalah dengan ditunjukkannya hamba tersebut kepada amalan shalih berikutnya dan dia mengiringi amalannya dengan amalan sholih yang berikutnya, maka ini merupakan taufiq dari Allah ‘Azza wa Jalla untuknya dan anugrah Allah untuknya. Diriwayatkan oleh al-Imam Ibnu Abi Syaibah dalam kitabnya “al-Mushannaf” dengan sanad yang hasan dari Hisyam bin ‘Urwah bahwa ayah beliau 'Urwah bin az-Zubair berkata kepadanya, “Wahai putraku apabila engkau melihat seorang melakukan amal ketaatan, maka ketahuilah bahwa amalan tersebut di sisinya ada saudara-saudaranya. Dan apabila engkau melihat seorang melakukan kemaksiatan maka ketahuilah bahwa kemaksiatan tersebut di sisinya juga ada saudara-saudaranya. Amal ketaatan akan menunjukkan kepada saudaranya dan kemaksiatan juga akan menunjukkan kepada saudaranya.”

Maka hendaknya seorang hamba bersemangat dan mempergunakan kesempatan yang telah dianugrahkan kepadanya ini, sungguh engkau dalam masa hidupmu ini -segala puji bagi Allah- Allah masih memberimu umur hingga jam ini, maka jadilah seorang hamba yang dekat dengan Allah dan jauh dari kemaksiatan kepada-Nya. Tatkala seorang hamba semakin dekat dengan Allah maka maka semakin jauh pula dia dari kemurkaan Allah. Akan tetapi kerugian dan penyesalan adalah bagi seorang yang terluput darinya kesempatan ini. ‘Abdullah bin al-Mu’taz sebagaimana dalam kitab al Jami' al Khothib berkata, “Sebuah kesempatan itu sangat cepat hilangnya dan sangat lambat kembalinya.”

Di sana ada beberapa orang dahulu bersama kita pada beberapa waktu yang lalu, kemudian mereka telah mendapati dan melakukan ibadah Haji pada tahun lalu dan berhari raya bersama manusia pada tahun lalu, namun sebagian mereka tidak lagi bertemu dan melakukan ibadah haji di tahun ini tidak pula hari raya di tahun ini, demikianlah hari ini terus berputar.
Setiap anak Adam walaupun panjang
keselamatannya
Tetap pada suatu hari nanti dengan
keranda mayat dia akan dipikul

Maka seseorang tidak akan mendapati kecuali apa yang dahulu ia amalkan. Hendaknya seorang hamba bersegera dan memperbarui tekadnya, serta senantiasa meneliti dan mengoreksi dirinya, karena “hari ini adalah hari untuk beramal dan tidak ada hisab padanya, sedangkan esok adalah hari hisab dan tidak ada amal padanya.”

Jadilah engkau wahai hamba Allah seorang yang memiliki semangat yang tinggi dalam mengoreksi dan melihat dirimu, kembali kepada Allah dari apa yang kamu kurang atau berlebihan, dan ingatlah bahwa apabila seorang hamba melakukan sebuah kemaksiatan dan dosa karena dia lalai atau lupa kemudian dia segera memperbarui taubatnya kepada Allah maka ini merupakan kebaikan yang Allah inginkan untuknya. Allah membantunya dan mengingatkannya serta memberi kepadanya ilham dengan membimbingnya untuk segera taubat dan kembali kepada Allah. Allah berfirman mengingatkan hambanya:
ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﺇِﻧَّﻪُ ﺃَﻭَّﺍﺏٌ
“Sebaik-baik hamba, sesungguhnya dia adalah hamba yang selalu kembali kepada Allah.”
Yakni senantiasa kembali.

Pintu taubat masih terbuka, dan engkau wahai orang mukmin masih bisa untuk memperbaiki amalan, baik yang lalu ataupun yang akan datang. Akan tetapi yang terpenting adalah engkau memperbaiki amalan yang sedang engkau kerjakan, pada waktu yang engkau ada padanya.

Al-Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab “al-Fawaid” tatkala beliau berbicara tentang seseorang memperbaiki kondisinya, “Seseorang memperbaiki keadaan yang telah lalu, memungkinkan bagi dia memperbaiki apa yang telah berlalu. Memungkinkan juga bagi dia memperbaiki apa yang akan datang, dan memperbaiki keadaan yang dia sedang ada padanya, tanpa rasa berat dan rasa capek. Adapun memperbaiki keadaan yang telah lalu adalah dengan penyesalan dan bertaubat serta kembali kepada Allah dari apa yang telah diperbuatnya dan yang telah dilanggarnya pada hari-hari yang yang lalu, memohon ampun kepada Allah dari yang telah berlalu dan bertekad untuk tidak mengulanginya serta menyesal dari amalan yang telah diperbuatnya.”
Riwayat dari al-Imam Ahmad dan lainnya dengan sanad yang hasan, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Penyesalan adalah taubat.”

Ibnul Qayyim rahimahullah melanjutkan, “Maka ini adalah bentuk perbaikan dari keadaan yang telah lalu.” Yakni engkau memperbaiki keadaan yang telah lalu dengan bertaubat kepada Allah dan bertekad serta menyesal atas apa yang telah engkau langgar dan lakukan. Engkau beristighfar (meminta ampun) kepada Allah ‘Azza wa Jalla atas apa yang telah engkau perbuat, maka inilah bentuk perbaikan keadaan yang telah lalu.
ﻓَﺄُﻭﻟَـٰﺌِﻚَ ﻳُﺒَﺪِّﻝُ ﺍﻟﻠَّـﻪُ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺗِﻬِﻢْ ﺣَﺴَﻨَﺎﺕٍ
“Maka mereka akan Allah ganti kesalahan mereka dengan kebaikan.”
Perbaikan ini padanya tidak perlu ada kesungguhan, yakni engkau bekerja dengan kedua tanganmu dan padanya ada kecapekan pada fisik. Namun, cukup engkau mulai sementara engkau tetap pada tempat dan posisimu, maka Allah akan melihat dari dirimu kebaikan, kejujuran, taubat, dan kembali kepada Allah. Inilah bentuk perbaikan keadaan yang lalu.

Kemudian Ibnul Qayyim melanjutkan, “Adapun memperbaiki keadaan yang akan datang adalah dengan mengkokohkan tekad agar seorang hamba tidak melakukan yang dimurkai Allah.” Dia bertekad jika Allah masih memberinya umur maka dia tidak akan bermaksiat kepada Allah dan dia bersungguh-sungguh untuk tidak bermaksiat kepada Allah. Ini juga tidak butuh amal dan kecapekan. Karena dia bisa memperbarui janji dia kepada Allah ‘Azza wa Jalla, bersikap jujur kepada-Nya, dan memohon kepada-Nya pertolongan dan bantuan. Apabila dia telah menerapkannya maka dia telah memperbaiki hari-harinya yang akan datang.

Kemudian Ibnul Qayyim melanjutkan, “Adapun memperbaiki hari yang engkau ada padanya sekarang, atau waktu yang engkau ada padanya sekarang, maka ini lebih berat dari kedua jenis perbaikan sebelumnya.” Karena perbaikan yang pertama dan kedua sebagaimana yang aku katakan tadi, tidak perlu ada kecapekan pada badan. Adapun perbaikan waktu yang engkau ada padanya atau hari yang engkau ada padanya, maka inilah permasalahan yang sesungguhnya. Karena perbaikan ini butuh ada darimu kesungguhan dan keseriusan. Engkau harus menahan dirimu dan mengajaknya untuk sabar agar tidak melakukan sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Engkau berupaya serius melakukan perkara yang
diperintahkan. Jadi engkau butuh terhadap apa? Engkau butuh kepada kesungguhan yang besar dan menahan diri serta mengekang hawa nafsu. Karena hawa nafsu itu liar, jika engkau tidak mengekangnya dengan tali kekang taqwa maka dia akan lepas kembali. Oleh karena itu Allah berfirman:
ﻭَﻟِﺒَﺎﺱُ ﺍﻟﺘَّﻘْﻮَﻯٰ ﺫَٰﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ
“Dan pakaian taqwa itu adalah lebih baik.”
Dan Allah berfirman:
ﻭَﺗَﺰَﻭَّﺩُﻭﺍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟﺰَّﺍﺩِ ﺍﻟﺘَّﻘْﻮَﻯٰ
“Berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.”

Jadi, mungkin bagi seorang hamba untuk memperbaiki dirinya terkait dengan yang telah lalu, yang akan datang, dan di hari yang dia ada padanya. Maka bersungguh-sungguhlah wahai saudara yang saya cintai, untuk mempergunakan kesempatan ini, yang telah Allah anugrahkan kepadamu, dengan memperbarui janji kepada Allah Ta’ala, dan kembali serta taubat kepada-Nya. Al-Imam Ibnul Qayyim dalam kitab “al Wabil ash Shayyib“ berkata, “Terkadang amalan ketaatan bisa memasukkan pelakunya ke dalam an-Naar (neraka) dan terkadang kemaksiatan bisa memasukkan pelakunya ke dalam al-Jannah (surga).”

Kemudian beliau berkata: Maknanya adalah, bisa jadi sebagian orang melakukan ketaatan kepada Allah, kemudian dia mengungkit-ungkitnya kepada Allah dan merasa bahwa dia sudah melakukan apa yang wajib atasnya. Dia terus berada pada keadaan ini dan musibah ini, sampai dia tidak lagi melaksanakan apa yang Allah wajibkan atasnya. Sehingga tiba-tiba an-Naar datang menghampirinya –kita berlindung kepada Allah darinya–. Sifat riya’ dan pamer ini akan menghapuskan amalan.
ﻳَﻤُﻨُّﻮﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃَﻥْ ﺃَﺳْﻠَﻤُﻮﺍ ﻗُﻞ ﻟَّﺎ ﺗَﻤُﻨُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻲَّ ﺇِﺳْﻠَﺎﻣَﻜُﻢ ﺑَﻞِ ﺍﻟﻠَّـﻪُ ﻳَﻤُﻦُّ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺃَﻥْ ﻫَﺪَﺍﻛُﻢْ ﻟِﻠْﺈِﻳﻤَﺎﻥِ
“Mereka mengungkit-ungkit kepadamu keislaman mereka. Katakanlah: janganlah kalian mengungkit-ungkit kepadaku keislaman kalian, bahkan Allah lah yang telah menganugrahkan kepada kalian untuk mendapatkan hidayah iman.” (al-Hujurat : 17)

Kemudian beliau berkata: Dan terkadang kemaksiatan memasukkan pelakunya ke dalam al-Jannah. Maknanya: bahwa seorang hamba terkadang melakukan sebuah dosa, namun dia senantiasa ingat bahwa itu dosa. Kemudian dia segera bertaubat dan memperbaruinya, serta menambah dengan berbagai amalan shalih dengan harapan semoga Allah menghapus dosa yang telah diperbuatnya. Maka dia senantiasa berada dalam ketaatan menuju ketaatan berikutnya dari sikap kembali kepada Allah kepada yang berikutnya. Dengan sebab dosa ini akan terbuka pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak dari berbagi amalan shaleh, sehingga akan menjadi sebab masuknya dia ke dalam al-Jannah.

Oleh karena itu, wahai yang saya cintai, ketahuilah dengan yakin bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih, Dzat yang Maha Memberi Ampun, Dzat yang Maha Menyayangi, akan tetapi Dia juga Maha dahsyat.hukumannya dan mencintai dari hamba-Nya taubat.
ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺒْﺴُﻂُ ﻳَﺪَﻩُ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻟِﻴَﺘُﻮﺏَ ﻣُﺴِﻲﺀُ ﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻭَﻳَﺒْﺴُﻂُ ﻳَﺪَﻩُ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻟِﻴَﺘُﻮﺏَ ﻣُﺴِﻲﺀُ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻄْﻠُﻊَ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻣِﻦْ ﻣُﻐْﺮِﺑِﻬَﺎ
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar bertaubat orang yang melakukan dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar bertaubat orang yang berbuat dosa di malam hari. (Demikian seterusnya), sampai matahari terbit dari arah barat.”
Sebagaimana sabda Rosululloh dalam kitab ash-Shahih dalam riwayat al-Bukhari dan yang lainnya.

Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kita semua termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa kembali dan bertaubat. Semoga Allah memberikan kita semua amalan yang baik dan niat yang jujur. Sesungguhnya Dia adalah Dzat yang Maha Pemurah dan Maha Mulia. Semoga shalawat, salam, dan barakah Allah tercurah kepada Rasulullah, keluarganya dan para shahabatnya.

Sumber:
Ceramah berjudul “Apa setelah Haji?”

ar .miraath .net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar