Cari Blog Ini

Selasa, 16 September 2014

Tentang BERZIKIR, BERSALAWAT DAN BERDOA KETIKA MENDENGAR MUAZIN MENGUMANDANGKAN AZAN

Bismillah
Dalam menjawab adzan, terdapat lima sunnah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiga di antaranya terdapat dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma:
ﺇِﺫَﺍ ﺳَﻤِﻌْﺘُﻢُ ﺍﻟْﻤُﺆَﺫِّﻥَ ﻓَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻣِﺜْﻞَ ﻣَﺎ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺛُﻢَّ ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻰَّ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻰَّ ﺻَﻼَﺓً ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﻬَﺎ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﺛُﻢَّ ﺳَﻠُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻟِﻰَ ﺍﻟْﻮَﺳِﻴﻠَﺔَ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣَﻨْﺰِﻟَﺔٌ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻻَ ﺗَﻨْﺒَﻐِﻰ ﺇِﻻَّ ﻟِﻌَﺒْﺪٍ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻭَﺃَﺭْﺟُﻮ ﺃَﻥْ ﺃَﻛُﻮﻥَ ﺃَﻧَﺎ ﻫُﻮَ ﻓَﻤَﻦْ ﺳَﺄَﻝَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻟِﻰَ ﺍﻟْﻮَﺳِﻴﻠَﺔَ ﺣَﻠَّﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﻔَﺎﻋَﺔ
“Apa bila kamu mendengar muadzdzin mengumandangkan adzan,
(1) Ucapkanlah seperti yang dia ucapkan (kecuali hayya ‘alashshalat, dan hayya ‘alalfalah),
(2) Kemudian bershalawatlah untukku, karena siapa yang bershalawat untukku satu kali, niscaya Allah bershalawat untuknya sepuluh kali.
(3) Kemudian, mintalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla wasilah untukku, yaitu sebuah tempat di jannah yang tidak pantas kecuali hanya untuk salah seorang dari hamba-hamba Allah Ta’ala, dan aku berharap akulah hamba (yang memperoleh tempat) itu. Karena itu, siapa yang memintakan kepada Allah wasilah untukku, niscaya halal baginya syafaatku.”
(4) Dia mengucapkan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sa’d bin Abi Waqqash:
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺍﻟﻤُﺆَﺫِّﻥَ: ﺃﺷْﻬَﺪُ ﺃﻥْ ﻻَ ﺇﻟَﻪ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ، ﻭَﺃﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪﺍً ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ، ﺭَﺿِﻴﺖُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﺭَﺑّﺎً، ﻭَﺑِﻤُﺤَﻤَّﺪٍ ﺭَﺳُﻮﻻً، ﻭَﺑِﺎﻹﺳْﻼﻡِ ﺩِﻳﻨﺎً، ﻏُﻔِﺮَ ﻟَﻪُ ﺫَﻧْﺒُﻪُ
“Siapa yang mengucapkan –ketika mendengar muadzdzin (tasyahhud): ”Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah, satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad itu adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Aku ridha Allah itu Rabbku, Aku ridha Muhammad itu sebagai Rasul, dan Aku ridha Islam sebagai agama,” niscaya diampuni dosanya.”
(5) Berdoa kepada Allah, setelah menjawab azan dan bershalawat untuk Rasul-Nya, memintakan wasilah untuk beliau.

Faedah Dari:
Ustadz Idral Harits

###

Disunnahkan bagi orang yang mendengar adzan menirukan setiap potongan kalimat yang dilantunkan muadzin kecuali lafaz hayya alal falah dan hayya alash sholah. Ketika muadzin melantunkan dua lafadz ini orang yang mendengarnya menjawab dengan la haula wala quwwata illa billah.

Disunnahkan juga bersholawat kepada nabi shallallahu alaihi wasallam setelahnya.

Disunnahkan bagi kita mengucapkan dzikir:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺏَّ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺪَّﻋْﻮَﺓِ ﺍﻟﺘَّﺎﻣَّﺔِ، ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻤَﺔِ، ﺁﺕِ ﻣُﺤَﻤَّﺪﺍً ﺍﻟْﻮَﺳِﻴﻠَﺔَ ﻭَﺍﻟْﻔَﻀِﻴﻠَﺔَ، ﻭَﺍﺑْﻌَﺜْﻪُ ﻣَﻘَﺎﻣﺎً ﻣَﺤْﻤُﻮﺩﺍً ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻭَﻋَﺪْﺗَﻪُ
Jika adzan telah selesai dikumandangkan.

Disunnahkan pula membaca dzikir berikut ketika muadzin mengucapkan dua kalimat syahadat:
Dari Sa’ad bin Abi Waqash, dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, artinya:
“Barang siapa ketika mendengar adzan menucapkan:
ﺃﺷْﻬَﺪُ ﺃﻥْ ﻻَ ﺇﻟَﻪ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ، ﻭَﺃﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪﺍً ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ، ﺭَﺿِﻴﺖُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﺭَﺑّﺎً، ﻭَﺑِﻤُﺤَﻤَّﺪٍ ﺭَﺳُﻮﻻً، ﻭَﺑِﺎﻹﺳْﻼﻡِ ﺩِﻳﻨﺎً
Maka Allah akan mengampuni dosanya.” (HR. Muslim)

Disunnahkan memperbanyak doa di antara waktu adzan dan iqomat berdasarkan hadits yang artinya tidak akan ditolak suatu doa yang dipanjatkan di antara adzan dan iqomat.

Faedah dari:
ummuyusuf .com

###

Syaikh Muqbil bin Hadi

Tanya:
ﻣﺎ ﺻﺤﺔ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ: ‏(ﺇﻧﻚ ﻻ ﺗﺨﻠﻒ ﺍﻟﻤﻴﻌﺎﺩ‏) ﻓﻲ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺑﻌﺪ ﺍﻷﺫﺍﻥ ﻋﻠﻤﺎ ﺃﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻣﻦ ﺻﺤﺤﻬﺎ ﻭﻗﺎﻝ: ﺇﻥ ﺳﻨﺪﻫﺎ ﺻﺤﻴﺢ ﺣﻴﺚ ﺃﺧﺮﺟﻬﺎ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﺑﺴﻨﺪ ﺻﺤﻴﺢ
Apa shahih tambahan:
ﺇﻧﻚ ﻻ ﺗﺨﻠﻒ ﺍﻟﻤﻴﻌﺎﺩ
di dalam dzikir setelah adzan? Karena ada ulama yang menshahihkannya dan berkata: sanadnya shahih, sebab Al Baihaqy mengeluarkan (tambahan tersebut) dengan sanad yang shahih?

Jawab:
ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﺗﻌﺘﺒﺮ ﺷﺎﺫﺓ ﺫﻟﻚ ﺃﻧﻪ ﺗﻔﺮﺩ ﺑﻬﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻮﻑ ﺍﻟﻄﺎﺋﻲ ﻭﺧﺎﻟﻒ ﺗﺴﻌﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ ﻓﻴﻤﺎ ﺃﺫﻛﺮ ﻓﻬﻮ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﺷﺎﺫﺍ ﻭﻻ ﻧﻐﺘﺮ ﺑﻔﻬﻢ ﻣﺎ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﺍﻟﺼﺤﺔ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻄﺮﻕ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: ﺍﻟﺒﺎﺏ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﺗﺠﻤﻊ ﻃﺮﻗﻪ ﻟﻢ ﻳﺘﺒﻴﻦ ﺧﻄﺆﻩ. ﻓﻬﻲ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﺷﺎﺫﺓ ﻭﻻ ﻳﻨﻔﻊ ﻛﻮﻥ ﺍﻟﺴﻨﺪ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﺍﻟﺼﺤﺔ
Tambahan ini dianggap Syadzah (lemah), karena Muhammad bin 'Auf Ath Thaa-iy bersendirian (dengan riwayat tambahan tersebut), bahkan menyelisihi 9 ahli hadits yang saya sebutkan, maka (tambahan tersebut) dianggap syadz. Sehingga jangan terkecoh dengan zhahir shahih (tambahan tersebut) menurut Al Baihaqi. Karena harus dikompromikan jalan-jalan (riwayatnya). 'Ali ibnul Madini rahimahullah mengatakan: Bab (masalah tersebut) jika tidak dikompromikan jalan-jalan (riwayatnya), maka tidak nampak kekeliruannya. Sehingga ia merupakan tambahan syadzah, dan tidak manfaat keadaan sanad yang shahih secara zhahirnya.

Sumber: Ar Rihlatul Akhiroh hal. 151

Alih bahasa: Al Ustadz Abdul 'Aziz As Samarindy hafizhahullah

TIS (Thalab Ilmu Syar'i)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar