Sutrah orang yang shalat adalah apa yang ditancapkan dan dipancangkan di hadapannya berupa tongkat atau yang lainnya ketika hendak mendirikan shalat atau sesuatu yang sudah tegak dengan sendirinya yang sudah ada di hadapannya, seperti dinding atau tiang, guna mencegah orang yang hendak berlalu-lalang di depannya saat ia sedang shalat.
Dengan sutrah ini, seseorang boleh melewati orang yang shalat dari belakang sutrah dan tidak boleh antara seorang yang shalat dengan sutrah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
ﻻَ ﺗُﺼَﻞِّ ﺇِﻻَّ ﺇِﻟَﻰ ﺳُﺘْﺮَﺓٍ، ﻭَﻻَ ﺗَﺪَﻉْ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻳَﻤُﺮُّ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻚَ ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﺑَﻰ ﻓَﻠْﺘُﻘَﺎﺗِﻠْﻪُ، ﻓَﺈِﻥَّ ﻣَﻌَﻪُ ﺍﻟْﻘَﺮِﻳْﻦَ
"Janganlah engkau shalat melainkan ke arah sutrah (di hadapanmu ada sutrah) dan jangan engkau biarkan seseorang pun lewat di depanmu. Bila orang itu menolak (tetap ngotot ingin lewat), perangilah karena bersamanya ada qarin (setan).” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya dan berkata Al-Albani dalam Ashlu Shifah Shalatin Nabi, 1/115: “Sanadnya jayyid.”)
Sutrah ini disyariatkan untuk imam dan orang yang shalat sendirian atau munfarid. Adapun makmum tidak perlu dan boleh lewat di depan makmum
Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma berkata,
ﺃَﻗْﺒَﻠْﺖُ ﺭَﺍﻛِﺒًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺣِﻤَﺎﺭٍ ﺃَﺗَﺎﻥٍ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﻗَﺪْ ﻧَﺎﻫَﺰْﺕُ ﺍﻟْﺎِﺣﺘِﻼَﻡَ ﻭَﺭَﺳﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑـِﻤِﻨًﻰ، ﻓَﻤَﺮَﺭْﺕُ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻱْ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟﺼَّﻒِّ، ﻓَﻨَﺰَﻟْﺖُ ﻭَﺃَﺭْﺳَﻠْﺖُ ﺍﻟْﺄَﺗﺎَﻥَ ﺗَﺮْﺗَﻊُ ﻭَﺩَﺧَﻠْﺖُ ﻓﻲِ ﺍﻟﺼَّﻒِّ، ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﻨْﻜِﺮْ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻲَّ ﺃَﺣَﺪٌ
“Aku datang dengan menunggang keledai betina, saat itu aku menjelang ihtilam (mimpi basah/baligh) sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang shalat mengimami manusia di Mina. Lalu aku lewat di hadapan sebagian shaf, setelahnya aku turun dari keledai tersebut dan aku membiarkannya pergi merumput. Kemudian aku masuk (bergabung) ke dalam shaf. Tidak ada seorang pun yang mengingkari perbuatanku tersebut.” (HR. Muslim no. 1124)
Benda yang Bisa Dijadikan Sutrah:
1. Tiang masjid
Yazid bin Abi ‘Ubaid berkata: Adalah Salamah ibnul Akwa’ radhiallahu 'anhu memilih shalat di sisi tiang masjid tempat menyimpan mushaf. Maka aku tanyakan kepadanya, "Wahai Abu Muslim, aku melihatmu menyengaja memilih shalat di sisi tiang ini." Beliau menjawab,
ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﻳَﺘَﺤَﺮَّﻯ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻋِﻨْﺪَﻫَﺎ
"Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memilih shalat di sisinya.” (HR. Al-Bukhari no. 502 dan Muslim no. 1136)
2. Tongkat yang ditancapkan
Ibnu ‘Umar radhiallahu 'anhuma memberitakan,
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﺮَﺝَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻌِﻴْﺪِ ﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺎﻟْـﺤَﺮْﺑَﺔِ ﻓَﺘُﻮْﺿَﻊُ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻓَﻴُﺼَﻠِّﻲ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ ﻭَﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻭَﺭَﺍﺀَﻩُ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳَﻔْﻌَﻞُ ﺫﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻔَﺮِ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila keluar ke tanah lapang untuk mengerjakan shalat Id, beliau memerintahkan pelayannya untuk membawa tombak lalu ditancapkan di hadapan beliau. Kemudian beliau shalat menghadapnya sementara manusia menjadi makmum di belakang beliau. Dan beliau juga melakukan hal tersebut dalam safarnya.” (HR. Al-Bukhari no. 494 dan Muslim no. 1115)
3. Hewan tunggangan
Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma mengabarkan,
ﺃَﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﻌَﺮِّﺽُ ﺭَﺍﺣِﻠَﺘَﻪُ ﻓَﻴُﺼَﻠِّﻲ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ
"Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melintangkan hewan tunggangannya (antara beliau dengan kiblat), lalu shalat menghadapnya.” (HR. Al-Bukhari no. 507 dan Muslim no. 1117)
4. Pohon
Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata,
ﻟَﻘَﺪْ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻨَﺎ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺑَﺪْﺭٍ، ﻭَﻣَﺎ ﻣِﻨَّﺎ ﺇِﻧْﺴَﺎﻥٌ ﺇِﻻَّ ﻧَﺎﺋِﻢٌ ﺇِﻻَّ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﺇِﻟَﻰ ﺷَﺠَﺮَﺓٍ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺻْﺒَﺢَ
"Sungguh aku melihat kami pada malam Badr, tidak ada seorang pun dari kami melainkan tertidur kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau sedang mengerjakan shalat menghadap ke arah sebuah pohon sebagai sutrahnya dan berdoa hingga pagi hari.” (HR. Ahmad 1/138. Al-Albani berkata: “Sanadnya shahih.” Lihat Ashlu Shifah Shalatin Nabi, 1/120)
5. Dinding/tembok
Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiallahu 'anhu berkata,
ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻴْﻦَ ﻣُﺼَﻠَّﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْـﺠِﺪَﺍﺭِ ﻣَﻤَﺮُّ ﺍﻟﺸَّﺎﺓِ
"Jarak antara mushalla Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan tembok/dinding adalah sekadar lewatnya seekor kambing.” (HR. Al-Bukhari no. 496 dan Muslim no. 1134)
An-Nawawi menafsirkan mushalla dalam hadits di atas dengan tempat sujud. (Al-Minhaj, 4/449)
6. Tempat tidur
Aisyah radhiallahu 'anha berkata,
ﻟَﻘَﺪْ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻨِﻲ ﻣُﻀْﻄَﺠِﻌَﺔً ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺴَّﺮِﻳْﺮِ ﻓَﻴَﺠِﻲْﺀُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻓَﻴَﺘَﻮَﺳَّﻂُ ﺍﻟﺴَّﺮِﻳْﺮَ ﻓَﻴُﺼَﻠِّﻲ
"Sungguh aku melihat diriku dalam keadaan berbaring di atas tempat tidur lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang, beliau berdiri menghadap bagian tengah tempat tidur, kemudian shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 508 dan Muslim no. 1144)
Dalam lafadz lain,
ﻟَﻘَﺪْ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺒَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ ﻣُﻀْﻄَﺠِﻌَﺔٌ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺴَّﺮِﻳْﺮِ
"Sungguh aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat sementara aku berada di antara beliau dan kiblatnya dalam keadaan berbaring di atas tempat tidur.” (HR. Al-Bukhari no. 511 dan Muslim no. 1143)
7. Benda yang tinggi
Aisyah radhiallahu 'anha berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya dalam Perang Tabuk tentang tinggi sutrah orang yang shalat. Maka beliau menjawab,
ﻣِﺜْﻞُ ﻣُﺆْﺧِﺮَﺓِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻞِ
"Semisal mu’khiratur rahl.” (HR. Muslim no. 1113)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﻭَﺿَﻊَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻣِﺜْﻞَ ﻣُﺆْﺧِﺮَﺓِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻞِ ﻓَﻠْﻴُﺼَﻞِّ، ﻭَﻻَ ﻳُﺒَﺎﻝِ ﻣَﻦْ ﻣَﺮَّ ﻭَﺭَﺍﺀَ ﺫَﻟِﻚَ
"Apabila salah seorang dari kalian meletakkan semisal mu`khiratur rahl di hadapannya maka silakan ia shalat dan jangan memedulikan orang yang lewat di belakang sutrahnya tersebut.” (HR. Muslim no. 1111)
Mu`khiratur rahl adalah kayu yang berada di bagian belakang pelana hewan tunggangan yang dijadikan sebagai sandaran si penunggang hewan tersebut. Tingginya sekitar 2/3 hasta. (Nailul Authar 3/4, Taudhihul Ahkam 2/64, Asy-Syarhul Mumti` 1/731)
Jarak antara orang yang shalat dengan sutrahnya:
Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiallahu 'anhu berkata,
ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻴْﻦَ ﻣُﺼَﻠَّﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْـﺠِﺪَﺍﺭِ ﻣَﻤَﺮُّ ﺍﻟﺸَّﺎﺓِ
"Jarak antara mushalla Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan tembok/dinding adalah sekadar lewatnya seekor kambing.” (HR. Al-Bukhari no. 496 dan Muslim no. 1134)
An-Nawawi menafsirkan mushalla dalam hadits di atas dengan tempat sujud. (Al-Minhaj, 4/449)
Bilal radhiallahu 'anhu berkata,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻜَﻌْﺒَﺔِ ﻭَﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْـﺠِﺪَﺍﺭِ ﺛَﻼَﺛَﺔُ ﺃَﺫْﺭُﻉٍ
"Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat di Ka’bah, jarak antara beliau dan dinding sejauh tiga hasta (135 cm).” (Al-Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Hadits ini diriwayatkan Ibnul Qasim dan Jama’ah dari Malik, dan sanad hadits ini lebih shahih dari sanad hadits Sahl ibnu Sa’d.” Lihat At-Tamhid 5/37-38 dan Al-Istidzkar 6/171)
Al-Baghawi berkata, “Ahlul ilmi menganggap mustahab untuk mendekat kepada sutrah, di mana jarak antara orang yang shalat dengan sutrahnya sekadar memungkinkan untuk sujud. Demikian pula jarak antar shaf.” (Syarhus Sunnah, 2/447)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar