Takbir tambahan pada sholat Ied berjumlah 12 takbir selain takbiratul ihram dan takbiratul intiqal.
ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ: ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻄﺮ ﻭﺍﻷﺿﺤﻰ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﺳﺒﻊ ﺗﻜﺒﻴﺮﺍﺕ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺧﻤﺲ ﺗﻜﺒﻴﺮﺍﺕ ﺳﻮﻯ ﺗﻜﺒﻴﺮﺗﻲ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha: “Takbir pada sholat Iedul Fitri dan Iedul Adha pada rokaat pertama 7 takbir dan pada rokaat kedua 5 takbir selain takbir ruku’.“ (Diriwayatkan Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Irwaul Ghalil)
"Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir pada 2 hari raya 12 takbir, 7 pada rakaat yang pertama dan 5 pada rakaat yang terakhir, selain 2 takbir shalat.” Ini lafadz Ath-Thahawi. Adapun lafadz Ad-Daruquthni: “Selain takbiratul ihram.” (HR. Ath-Thahawi dalam Ma’ani Al-Atsar dan Ad-Daruquthni)
Dalam sanad hadits ini ada seorang perawi yang diperselisihkan bernama Abdullah bin Abdurrahman At-Tha‘ifi. Akan tetapi hadits ini dishahihkan oleh Al-Imam Ahmad, ‘Ali Ibnul Madini dan Al-Imam Al-Bukhari sebagaimana dinukilkan oleh At-Tirmidzi. (lihat At-Talkhis, 2/84, At-Ta’liqul Mughni, 2/18 dan Tanwirul ‘Ainain, hal. 158)
Lima takbir tersebut (pada rakaat kedua) selain takbiratul intiqal (takbir perpindahan dari sujud menuju berdiri). Ibnu Abdil Barr menukilkan adanya kesepakatan para ulama tentang hal ini. [Al-Istidzkar, 7/52 dinukil dari Tanwirul ‘Ainain]
Al-‘Allaamah asy-Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata:
Jumlah takbir pada dua shalat Id (Fitri dan Adha) diperselisihkan para ulama sejak dahulu di zaman Salaf sampai dengan sekarang. Oleh karena itu, barangsiapa bertakbir pada rakaat pertama bertakbir tujuh kali dengan (termasuk padanya) takbiratul Ihram, dan pada rakaat kedua bertakbir lima kali setelah berdiri, maka ini baik. Dan barangsiapa berbeda dengan hal itu (pada rakaat pertama tujuh kali dengan tidak termasuk takbiratul Ihram) maka baik juga, karena semua itu datang contohnya dari para Salaf. [Majmu’ Fatawa asy-Syaikh al-Utsaimin 16/238]
Ada banyak riwayat dari para Sahabat Nabi yang menunjukkan bermacam-macam jumlah takbir tambahan tersebut pada tiap rokaatnya.
1. Total takbir tambahan: 11 takbir. Rokaat pertama: 6, rokaat kedua: 5.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ فِي الْعِيدِ، فِي الأُولَى سَبْعَ تَكْبِيرَاتٍ بِتَكْبِيرَةِ الافْتِتَاحِ، وَفِي الآخِرَةِ سِتًّا بِتَكْبِيرَةِ الرَّكْعَةِ، كُلُّهُنَّ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ
Dari Ibnu Abbas bahwasanya beliau bertakbir dalam (sholat) Ied pada rokaat pertama 7 takbir termasuk takbir permulaan dan di rokaat terakhir 6 takbir dengan takbir rokaat. Semuanya sebelum membaca (al-Fatihah). (Riwayat Ibnu Abi Syaibah, dinyatakan oleh Syaikh al-Albany sanadnya shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim)
Ini sama dengan yang dijelaskan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Fataawa Nuurun alad Darb.
2. Total takbir tambahan: 12 takbir. Rokaat pertama: 7, rokaat kedua: 5.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى فِي الْأُولَى سَبْعَ تَكْبِيرَاتٍ وَفِي الثَّانِيَةِخَمْسًا
Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwasanya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bertakbir di Iedul Fithri dan Iedul Adha, pada rokaat pertama 7 takbir dan rokaat kedua 5 takbir. (H.R Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad)
Di sini hanya disebutkan 2 jenis (jumlah takbir tambahan) yang masyhur dan shahih. Al-Imam asy-Syaukany menyebutkan 10 pendapat tentang jumlah takbir tambahan itu dalam Nailul Authar (3/366).
Al-‘Allaamah asy-Syaikh al-Utsaimin rahimahullah ditanya: Apakah hukum bagi yang mencukupkan dengan Takbiratul Ihram saja dalam Shalat Id?
Beliau menjawab: Shalatnya tetap sah apabila mencukupkan dengan takbiratul Ihram saja, karena takbir-takbir tambahan tersebut adalah sunnah. [Majmu’ Fatawa asy-Syaikh al-Utsaimin 16/238]
Tidak ada riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang shahih tentang mengangkat tangan di setiap takbir tambahan. Jumhur ulama berpendapat mengangkat tangan, sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Umar. Sementara salah satu dari pendapat Al-Imam Malik tidak mengangkat tangan, kecuali takbiratul ihram. Ini dikuatkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Tamamul Minnah (hal. 349). Lihat juga Al-Irwa‘ (3/113).
Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah li al-Buhuts wa al-Ifta' no. 19444:
Pertanyaan:
Tatkala kita bertakbir tujuh kali (pada rakaat pertama) dan lima kali (pada rakaat kedua) dalam Shalat id, apakah ketika imam bertakbir kemudian sang makmum bertakbir juga? Ataukah makmum hanya mencukupkan dengan takbir sang imam? Dan apa yang dibaca di antara takbir-takbir tersebut?
Jawab:
Takbir dalam shalat id pada rakaat pertama tujuh kali, termasuk di dalamnya Takbiratul Ihram.
Kemudian pada rakaat kedua, takbir lima kali setelah takbir bangkit dari sujud. Ini berlaku umum, baik untuk imam maupun makmum.
Imam dan makmum MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA pada setiap kali takbir. Takbir makmum setelah takbirnya imam.
Wabillahit Taufiq washallallhu ala Nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Disunnahkan untuk memuji Allah dan bersholawat kepada Nabi pada saat diam di antara takbir-takbir tersebut.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ مَسْعُوْدٍ عَمَّا يَقُوْلُهُ بَعْدَ تَكْبِيْرَاتِ اْلعِيْدِ قَالَ يَحْمَدُ اللهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ وَيُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu beliau berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang apa yang dibaca di antara takbir Ied. Beliau (Ibnu Mas’ud) berkata: Memuji dan memuja Allah dan bersholawat atas Nabi shollallahu alaihi wasallam. (Riwayat al-Atsram dan dijadikan hujjah oleh Imam Ahmad, dishahihkan al-Albany dalam Irwaul Ghalil)
Asy-Syaikh al-'Utsaimin rahimahullah berkata:
"TIDAK ADA zikir/bacaan tertentu (yang dibaca di antara takbir-takbir dalam shalat ied). Akan tetapi, ia boleh bertahmid kepada Allah, menyanjung-Nya, dan membaca shalawat Nabi sesuai yang ia inginkan. Kalau ia tidak membacanya, maka tidak mengapa. Sebab, hal ini sebatas mustahab."
(Majmu' Fatawa wa Rasail al-'Utsaimin 16/241)
Beliau juga menyampaikan:
"Aku tidak mengetahui hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menjelaskan permasalahan ini. Hanya saja, para fuqaha' menjelaskan agar bertamid, sanjungan kepada Allah, dan membaca shalawat Nabi, seperti: Alhamdullilahirabbil 'alamin, Allahumma shalli 'ala Muhammad.
Jika kamu membaca Alhamdullilahirabbil 'alamin wa ar-Rahmanir Rahim berarti kamu telah bertahmid dan memuji Allah.
Jika kamu ingin bershalawat atas Nabi, bacalah Allahumma shalli 'ala Muhammad.
Akan tetapi, sekali lagi aku tidak mengetahui ada hadits dalam masalah ini."
(Majmu' Fatawa wa Rasail al-'Utsaimin 16/241)
Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah li al-Buhuts wa al-Ifta' (no. 10577):
"Disyari'atkan untuk bertahmid, bertasbih, bertakbir, dan bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam di antara setiap dua takbir (dalam shalat id)."
Doa Istiftah, menurut pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i dan jumhur ulama, dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum takbir tambahan. (Al-Umm, 3/234 dan Al-Majmu’, 5/26. Lihat pula Tanwirul ‘Ainain hal. 149)
Fadhilatu asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullahu ta'ala berkata:
"Doa Istiftah (pada shalat 'Id) dibaca LANGSUNG SETELAH takbiratul ihram, demikianlah yang dijelaskan oleh para ulama. Dalam permasalahan ini terdapat kelonggaran. Bahkan seandainya dibaca SETELAH TAKBIR yang KETUJUH, juga TIDAK MENGAPA."
(Majmu' Fatawa wa Rasa'il al-'Utsaimin 16/237)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar