Cari Blog Ini

Minggu, 21 September 2014

Tentang HAKIKAT PETIR DAN KILAT

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa (24/263—264):

“Adapun petir dan kilat, terdapat keterangan pada hadits marfu’ yang diriwayatkan dalam kitab Sunan at-Tirmidzi dan lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ar-ra’d (petir). Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
ﻣَﻠَﻚٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔِ ﻣُﻮَﻛَّﻞٌ ﺑِﺎﻟﺴَّﺤَﺎﺏِ، ﻣَﻌَﻪُ ﻣَﺨَﺎﺭِﻳﻖُ ﻣِﻦْ ﻧﺎَﺭٍ ﻳَﺴُﻮﻗُﻬَﺎ ﺑِﻬَﺎ ﺣَﻴْﺚُ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠﻪُ
“Malaikat dari malaikat-malaikat Allah yang ditugasi mengatur urusan awan di tangannya ada makhariq (cambuk) dari api untuk mengarak awan menurut kehendak Allah.” [1]

Pada kitab Makarim al-Akhlaq karya al-Kharaithi, terdapat atsar dari Ali Radhiyallahu ‘anhu:
ﺃَﻧَّﻪُ ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺮَّﻋْﺪِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻣَﻠَﻚٌ. ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺒَﺮْﻕِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻣَﺨَﺎﺭِﻳْﻖُ ﺑِﺄَﻳْﺪِﻱ ﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ. ﻭَﻓِﻲْ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔٍ ﻋَﻨْﻪُ: ﻣَﺨَﺎﺭِﻳْﻖُ ﻣِﻦْ ﺣَﺪِﻳْﺪٍ ﺑِﻴَﺪِﻩِ.
Beliau ditanya tentang petir, maka beliau menjawab, “Malaikat.” Beliau ditanya lagi tentang kilat, beliau menjawab, “Cambuk-cambuk di tangan para malaikat.” Pada riwayat lain beliau berkata, “Cambuk-cambuk dari besi di tangan malaikat.”

Telah diriwayatkan pula atsar-atsar yang semakna dengan ini. Begitu pula telah diriwayatkan keterangan lain dari beberapa salaf yang tidak menyelisihi
keterangan di atas, seperti ucapan sebagian mereka, “Sesungguhnya petir itu adalah (suara) benturan subtansi-subtansi (zat-zat) awan akibat adanya tekanan udara dalam awan.” Keterangan ini tidaklah kontradiksi dengan keterangan di atas karena ar-ra’d (petir/guruh) adalah mashdar dari ﺭَﻋَﺪَ ‏ (ra’ada artinya telah berguruh), ﻳَﺮْﻋُﺪ‏ (yar’udu artinya sedang/akan berguruh, ﺭَﻋْﺪًﺍ (ra’dan artinya guruh/petir‏). Demikian pula ﺍﻟﺮَّﺍﻋِﺪُ ‏ (ar-ra’id artinya yang berguruh) dinamakan ﺭَﻋْﺪًﺍ‏ ra’dan (petir/guruh), seperti halnya ﺍﻟْﻌَﺎﺩِﻝُ‏ (al-‘adil artinya yang adil) dinamakan ﻋَﺪْﻻًً (‘adlan artinya adil‏). Gerakan yang ada mengharuskan keluarnya suara, sementara para malaikatlah yang menggerakkan (mengarak) awan. Mereka memindahkannya dari satu tempat ke tempat lainnya. Seluruh gerakan yang terjadi di alam atas dan alam bawah, yang mengaturnya adalah para malaikat. Suara manusia pun bersumber dari benturan anggota-angota tubuhnya, yaitu kedua bibirnya, lidahnya, gigi-giginya, anak lidah, dan tenggorokan. Bersama dengan itu, manusia disifati bahwa dia bertasbih kepada Rabbnya, memerintahkan kepada yang kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Jika begitu, petir adalah suara menghardik awan.

Begitu pula halnya dengan kilat. Telah dikatakan, “(Kilat itu) kilauan air atau kilauan api.” Hal ini pun tidak menafikan (menampik) bahwa kilat itu adalah cambuk yang ada di tangan malaikat, karena api yang berkilau di tangan malaikat seperti cambuk, seperti penggiring hujan. Malaikat menggiring (mengarak) awan seperti halnya penunggang menggiring binatang tunggangannya."

Catatan kaki:
[1] Setelah itu beliau ditanya lagi tentang suara petir yang terdengar itu. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
ﺯَﺟْﺮُﻩُ ﺑِﺎﻟﺴَّﺤَﺎﺏِ ﺇِﺫَﺍ ﺯَﺟَﺮَﻩُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻨْﺘَﻬِﻲَ ﺇِﻟَﻰ ﺣَﻴْﺚُ ﺃُﻣِﺮَ
“Hardikannya terhadap awan jika ia menghardiknya (untuk mengaraknya) hingga berhenti di tempat yang diperintahkannya.”
Ini adalah hadits Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma dengan riwayat at-Tirmidzi (pada Kitab Tafsir al-Qur’an, Bab Wa min Surah ar-Ra’d no. 3117) tentang kedatangan sekelompok Yahudi menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya tentang petir. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad, ath-Thabarani, adh-Dhiya’ al-Maqdisi, dan lainnya dengan lafadz:
ﺃَﻗْﺒَﻠَﺖْ ﻳَﻬُﻮﺩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ: ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﺍﻟْﻘَﺎﺳِﻢِ، ﻧَﺴْﺄَﻟُﻚَ ﻋَﻦْ ﺃَﺷْﻴَﺎﺀَ ﺇِﻥْ ﺃَﺟَﺒْﺘَﻨَﺎ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺍﺗَّﺒَﻌْﻨَﺎﻙَ ﻭَﺻَﺪَّﻗْﻨَﺎﻙَ ﻭَﺁﻣَﻨَّﺎ ﺑِﻚَ … ﻓَﺄَﺧْﺒِﺮْﻧَﺎ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺮَّﻋْﺪِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﺍﻟﺮَّﻋْﺪُ ﻣَﻠَﻚٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ ﻣُﻮَﻛَّﻞٌ ﺑِﺎﻟﺴَّﺤَﺎﺏِ ‏( ﺑِﻴَﺪَﻳْﻪِ - ﺃَﻭْ ﻓِﻲْ ﻳَﺪِﻩِ - ﻣِﺨْﺮَﺍﻕٌ ﻣِﻦْ ﻧَﺎﺭٍ ﻳَﺰْﺟُﺮُ ﺑِﻪِ ﺍﻟﺴَّﺤَﺎﺏَ‏) ﻭَﺍﻟﺼَّﻮْﺕُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳُﺴْﻤَﻊُ ﻣِﻨْﻪُ ﺯَﺟْﺮُﻩُ ﺍﻟﺴَّﺤَﺎﺏَ ﺇِﺫَﺍ ﺯَﺟَﺮَﻩُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻨْﺘَﻬِﻲَ ﺇِﻟَﻰ ﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻣَﺮَﻩُ
Sekelompok orang Yahudi menemui Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Abul Qasim, kami akan bertanya kepadamu tentang beberapa hal. Jika engkau menjawabnya, kami akan mengikutimu, membenarkanmu dan beriman kepadamu … Kabarkan kepada kami tentang petir, apakah itu?" Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Petir adalah salah satu malaikat Allah yang ditugasi mengurus awan, (di kedua tangannya—atau di tangannya—ada cambuk dari api untuk menghardik awan), dan suara yang terdengar darinya adalah hardikannya terhadap awan jika ia menghardiknya hingga berhenti di tempat yang diperintahkannya."
Yang dalam kurung adalah tambahan lafadz dari adh-Dhiya’ pada salah satu riwayatnya.
Dinyatakan berderajat sahih oleh al-Albani. Lihat ash-Shahihah no. 1872.

————————————————
Sumber: Majalah Asy Syariah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar