Allah berfirman:
“Berkatalah Rasul: Wahai Rabb-ku sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang diabaikan.” (Al-Furqan: 30)
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:
Sepantasnya bagi orang yang memiliki mushaf untuk membacanya dengan melihat mushaf beberapa ayat setiap hari, agar tidak termasuk ‘menjadikan Al-Quran sesuatu yang diabaikan’. (Al Adab As Syariyah, 2/300)
###
Fatwa asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu Ta’ala
Pertanyaan:
Syaikh, apa nasehatmu bagi orang-orang yang berlalu sebulan bahkan beberapa bulan, tidak menyentuh Kitabullah al-Karim tanpa udzur dan engkau dapati salah seorang di antara mereka senantiasa mengikuti perkembangan majalah-majalah yang tidak berfaedah?
Jawaban:
Disunnahkan bagi seorang mukmin dan mukminah untuk memperbanyak membaca Kitabullah disertai dengan tadabur dan merenungi maknanya, baik melalui mushaf atau hafalannya, berdasarkan firman Allah Subhanah,
ﻛِﺘَﺎﺏٌ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ ﻟِﻴَﺪَّﺑَّﺮُﻭﺍ ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻟِﻴَﺘَﺬَﻛَّﺮَ ﺃُﻭﻟُﻮ ﺍﻟْﺄَﻟْﺒَﺎﺏِ
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [Q.S. Shad: 29]
Dan firman-Nya,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺘْﻠُﻮﻥَ ﻛِﺘَﺎﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺃَﻗَﺎﻣُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺃَﻧْﻔَﻘُﻮﺍ ﻣِﻤَّﺎ ﺭَﺯَﻗْﻨَﺎﻫُﻢْ ﺳِﺮًّﺍ ﻭَﻋَﻠَﺎﻧِﻴَﺔً ﻳَﺮْﺟُﻮﻥَ ﺗِﺠَﺎﺭَﺓً ﻟَﻦْ ﺗَﺒُﻮﺭَ ﻟِﻴُﻮَﻓِّﻴَﻬُﻢْ ﺃُﺟُﻮﺭَﻫُﻢْ ﻭَﻳَﺰِﻳﺪَﻫُﻢْ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﺇِﻧَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺷَﻜُﻮﺭٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Menyukuri.” [Q.S. Fathir: 29-30]
Qiraah yang disebutkan mencakup qiraah dan ittiba. Qiraah yang disertai tadabbur, dicerna dengan akal dan ikhlas karena Allah merupakan pengantar menuju ittiba’ dan terdapat padanya pahala yang besar. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alalihi wasallam,
ﺍﻗﺮﺀﻭﺍ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺄﺗﻲ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺷﻔﻴﻌﺎ ﻷﺻﺤﺎﺑﻪ
"Bacalah al-Quran, sesungguhnya dia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pengikutnya.” Diriwayatkan oleh al-Imam Muslim pada kitab Shahihnya [no. 1337].
Beliau shallallahu ‘alalihi wasallam juga bersabda,
ﺧﻴﺮﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﻠﻢ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻋﻠﻤﻪ
"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.” Diriwayatkan oleh al-Imam Al-Bukhari [no. 4639].
Beliau shallallahu ‘alalihi wasallam juga bersabda,
ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺣﺮﻓﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻠﻪ ﺣﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﺑﻌﺸﺮ ﺃﻣﺜﺎﻟﻬﺎ ﻻ ﺃﻗﻮﻝ [ﺃﻟﻢ ]، ﺣﺮﻑ. ﻭﻟﻜﻦ ﺃﻟﻒ ﺣﺮﻑ ﻭﻻﻡ ﺣﺮﻑ ﻭﻣﻴﻢ ﺣﺮﻑ
"Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah, mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa ‘Alif Lam Mim’ satu huruf. Namun Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.“ [H.R. at-Tirmidzi no. 2910]
Nabi shallallahu ‘alalihi wasallam pernah berkata kepada Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, “Bacalah al-Quran setiap bulan.” Dia berkata, ‘Sesungguhnya saya mampu lebih banyak daripada itu.’ Beliau bersabda, “Bacalah dalam waktu tujuh hari.” [H.R. Muslim no. 1964]
Dahulu para shahabat Nabi shallallahu ‘alalihi wasallam mengkhatamkan al-Quran dalam waktu tujuh hari. Wasiatku bagi seluruh pembaca al-Quran untuk memperbanyak membaca al-Quran disertai dengan penuh tadabur dan merenunginya, ikhlas karena Allah dan bermaksud untuk meraih faedah dan ilmu. Hendaklah dia mengkhatamkannya setiap bulan. Jika mungkin baginya untuk mengkhatamkan kurang dari tujuh hari, itu suatu kebaikan yang besar. Boleh baginya untuk mengkhatamkannya kurang dari tujuh hari, namun yang afdhal tidak mengkhatamkannya kurang dari tiga hari, karena ini merupakan batasan terkecil yang dibimbingkan oleh Nabi shallallahu ‘alalihi wasallam kepada Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma. Dan qiraah yang kurang dari tiga hari menyebabkan ketergesa-gesaan serta tidak menadaburinya.
Tidak boleh membaca dari mushaf kecuali dalam keadaan suci. Adapun jika membacanya melalui hafalannya, tidak mengapa untuk membacanya tanpa harus berwudhu. Adapun orang junub, tidak boleh untuk membaca dari mushaf, tidak pula dari hafalannya hingga dia mandi. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dan ahli Sunan dengan sanad yang hasan dari shahabat Ali radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, "Dahulu Nabi shallallahu ‘alalihi wasallam, tidak ada yang menghalangi beliau untuk membaca al-Quran selain junub." [H.R. an-Nasai no. 266]
Hanya kepada Allah kita memohon taufik.
Sumber:
Majmu’ Fatawa al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullah jilid 24 hal. 415-418
Alih bahasa: Abu Bakar Jombang
###
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu Ta’ala
Soal:
سماحة الشيخ عبد العزيز بن عبد الله بن باز سلمه الله، السلام عليكم ورحمة الله وبركاته، أما بعد: فإن بعض الناس يأخذون المصحف ويطالعون فيه دون تحريك شفتيهم، هل هذه الحالة ينطبق عليها اسم قراءة القرآن، أم لا بد من التلفظ بها والإسماع لكي يستحقوا بذلك ثواب قراءة القرآن؟ وهل المرء يثاب على النظر في المصحف؟ أفتونا جزاكم الله خيراً. وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz semoga Allah menjaganya, as-salamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu, amma badu:
Sebagian orang mengambil mushaf dan menelaahnya tanpa menggerakkan kedua bibirnya. Apakah semacam ini dapat dikategorikan membaca al-Quran atau ia harus melafadzkan dan memperdengarkannya supaya berhak mendapatkan pahala membaca al-Quran? Apakah seorang itu diberi pahala hanya dengan menelaah mushhaf? Berilah fatwa kepada kami, semoga Allah membalas anda kebaikan.
Waalaikumus salam warahmatullahi wa barakatuhu.
Jawab:
لا مانع من النظر في القرآن من دون قراءة للتدبر والتعقل وفهم المعنى، لكن لا يعتبر قارئاً ولا يحصل له فضل القراءة إلا إذا تلفظ بالقرآن ولو لم يسمع من حوله، لقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعاً لأصحابه)) رواه مسلم. ومراده صلى الله عليه وسلم بأصحابه الذين يعملون به، كما في الأحاديث الأخرى، وقال صلى الله عليه وسلم: ((من قرأ حرفاً من القرآن فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها)) خرجه الترمذي، والدارمي بإسناد صحيح، ولا يعتبر قارئاً إلا إذا تلفظ بذلك، كما نص على ذلك أهل العلم، والله ولي التوفيق
Tidak mengapa menelaah al-Quran tanpa membaca (qiraah) untuk mentadabburi, merenungi, dan memahami maknanya. Namun ia tidak teranggap sebagai orang yang membaca al-Quran dan tidak mendapatkan keutamaan membaca (qiraah) kecuali bila ia melafadzkannya meskipun orang yang ada disekitar tidak sampai mendengarnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه رواه مسلم
Bacalah al-Quran karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pemiliknya. (HR. Muslim)
Yang diinginkan oleh beliau shallallahu alaihi wa sallam bagi pemiliknya yaitu orang-orang yang mengamalkannya, sebagaimana dalam hadits-hadits yang lainnya. Dan beliau bersabda:
من قرأ حرفا من القرآن فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها
Barang siapa membaca satu huruf dari al-Quran, maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisalnya. (HR. at-Tirmidzi dan ad-Darimi dengan sanad yang shahih)
Dan tidak teranggap sebagai orang yang membaca al-Quran kecuali bila dengan melafadzkannya sebagaimana ditegaskan oleh para ulama. Dan Allah jualah yang memberi taufik.
Sumber:
www .binbaz .org .sa/node/2013
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
Forum Salafy Indonesia
###
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Membaca satu ayat saja namun dengan tafakkur dan upaya memahaminya, lebih baik daripada membaca (al-Quran) sampai khatam namun tanpa tadabbur dan upaya memahaminya, dan lebih bermanfaat bagi hati, serta lebih mengantarkan kepada memperoleh iman, juga merasakan manisnya Al-Quran.”
(Miftah Daris Saadah I/553)
Majmuah Manhajul Anbiya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar