Cari Blog Ini

Senin, 15 September 2014

Tentang MENCARI, MENGHIDUPKAN KEMBALI, ATAU MELESTARIKAN BEKAS-BEKAS PENINGGALAN

Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullahu

Kemudian sesungguhnya bertepatan dengan diselenggarakannya seminar ilmiyah di Universitas Islam Madinah yang bertemakan “Hak-Hak Nabi shallallahu alaihi wa sallam Terhadap Manusia” saya berharap kepada moderator seminar ini untuk menjelaskan bahwa termasuk hak Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang paling besar adalah mengikuti dan meneladani beliau. Allah Ta’ala berfirman:
ﻓَﺎﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺑِﻪِ ﻭَﻋَﺰَّﺭُﻭْﻩُ ﻭَﻧَﺼَﺮُﻭْﻩُ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮْﺍ ﺍﻟﻨُّﻮْﺭَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻣَﻌَﻪُ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮْﻥَ
"Maka orang-orang yang beriman kepada beliau, membelanya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang diturunkan bersama beliau, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A’raf: 157)
Juga firman-Nya:
ﻭَﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻛُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝُ ﻓَﺨُﺬُﻭْﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﻧَﻬَﺎﻛُﻢْ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﺎﻧْﺘَﻬُﻮْﺍ
"Dan apa saja yang diberikan oleh Rasul maka ambillah, sedangkan apa saja yang beliau larang maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Juga firman-Nya:
ﻭَﺇِﻥْ ﺗُﻄِﻴْﻌُﻮْﻩُ ﺗَﻬْﺘَﺪُﻭْﺍ
"Dan jika kalian mentaati beliau, pasti kalian mendapatkan hidayah.” (QS. An-Nuur: 54)
Termasuk bentuk ketaatan dan sikap mengikuti beliau adalah meninggalkan sikap berlebihan dalam mengagungkan bekas-bekas peninggalan beliau berupa tempat-tempat di Madinah dan di tempat lain, dan tidak mencari-carinya serta tidak menghidupkannya kembali atau melestarikannya. Kecuali tempat-tempat yang memang disyariatkan untuk mengunjunginya dan mengerjakan shalat padanya, seperti Masjid Nabawi dan Masjid Quba’. Adapun selainnya yang tidak memiliki dalil pensyariatannya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk diziyarahi maka ditinggalkan. Adapun komplek pekuburan maka diziyarahi untuk mengucapkan salam untuk orang-orang yang meninggal, mendoakan mereka, dan mengambil nasehat dan pelajaran darinya. Seperti ziyarah ke Baqi’ dan kuburan para syuhada’ di Uhud. Jadi agama dan kebaikan itu dengan cara mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bukan dengan mengada-adakan bid’ah. Semoga Allah memberi taufik kepada semuanya agar bisa mentaati-Nya dan mengamalkan syari’at-Nya, serta mengikuti Nabi-Nya dan mentaati beliau.
ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Anggota Hai’ah Kibarul Ulama

###

Ibnu Wahdhah meriwayatkan bahwasanya Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk menebang sebuah pohon di tempat para sahabat membaiat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di bawah naungannya (pohon dalam kisah Bai’at ar-Ridhwan). Alasannya, banyak manusia mendatangi tempat tersebut untuk melaksanakan shalat di bawah pohon itu. Beliau radhiyallahu ‘anhu mengkhawatirkan timbulnya fitnah pada mereka nantinya seiring perjalanan waktu. (al-Bida’ wan Nahyu ‘anha hlm. 42, al-I’tisham 1/346)

Al-Hafizh rahimahullahu berkata dalam Fathul Bari (7/448), “Aku menemukan dalam (kitab) Ibnu Sa’d dengan sanad yang sahih dari Nafi’ bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu mendengar berita tentang orang-orang yang mendatangi pohon tersebut untuk menunaikan shalat di sampingnya. Umar radhiyallahu ‘anhu kemudian mengancam mereka dan memerintahkan agar pohon tersebut ditebang. Pohon tersebut pun akhirnya ditebang.”

Al-Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata, “Pada tahun berikutnya, kami kembali ke tempat tersebut. Tidak ada seorang pun yang sepakat tentang letak pohon tempat kami berbaiat di bawahnya. Hal itu adalah rahmat dari Allah Subhanahu wa ta’ala.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hikmahnya adalah agar tidak terjadi fitnah karena pernah terjadi kebaikan di bawah pohon.tersebut. Andai saja pohon itu tetap ada, tentu tidak dirasa aman dari bentuk pengagungan terhadap pohon tersebut oleh sebagian orang-orang jahil. Bahkan, mungkin saja akan mendorong mereka untuk meyakini bahwa pohon tersebut dapat mendatangkan manfaat atau menolak mudarat, sebagaimana hal tersebut kita saksikan pada zaman ini terhadap sesuatu yang lebih rendah kedudukannya. Tentang hal inilah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu memberikan isyarat, ‘Hal tersebut adalah rahmat.’ Artinya, tersembunyinya pohon tersebut adalah rahmat dari Allah Subhanahu wa ta’ala.”

###

Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah berkata, “(Di antara perilaku jahiliah) adalah menjadikan jejak tempat para nabi sebagai tempat ibadah.”
Beliau juga berkata, “(Di antara perilaku jahiliah adalah) mencari berkah jejak peninggalan orang-orang besar mereka, seperti darun nadwah.”
Dan berbangga-bangganya orang yang memiliki peninggalan orang besar. Seperti dikatakan kepada Hakim bin Hizam, “Kamu menjual kemuliaan Quraisy.” Beliau menjawab, “Telah hilang semua (sebab) kemuliaan kecuali ketakwaan.” (Masail Jahiliah)

Tiga perbuatan jahiliah inilah yang sering dilakukan sekarang ini; menghidupkan dan mengenang jejak para nabi dan orang saleh serta mencari berkah dengannya. Akhirnya, orang-orang kafir berani memberikan dana yang banyak untuk melakukan proyek “jahiliah” ini. Sebab, mereka tahu ini adalah salah satu sarana menjauhkan muslimin dari agamanya. Yang dimaksud jejak di sini adalah tempat yang pernah didatangi oleh seorang nabi, orang saleh, tempat shalat, atau tempat-tempat persinggahan mereka. Sekarang ini sering dilakukan pencarian jejak (situs) para nabi dan orang shaleh kemudian dijadikan tempat kunjungan dengan niat beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala di tempat-tempat tersebut. Mereka beranggapan, shalat di tempat tersebut adalah satu keutamaan. Bahkan, akhirnya sebagian orang mencari-cari dan mendatangi tempat yang pernah didatangi oleh tokoh-tokoh dari negara tertentu; melakukan napak tilas untuk mencari berkah dengan kunjungan tersebut. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

Di antara sekian tempat yang dijadikan tempat kunjungan dengan niat tabaruk adalah Gua Tsur dan Gua Hira. Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, “Sekarang ini seperti yang pergi ke Gua Hira dengan alasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beribadah di situ sebelum diangkat jadi nabi. Mereka pergi ke sana untuk shalat dan berdoa di sana, padahal nabi saja tidak mengunjungi gua tersebut setelah diangkat menjadi nabi, juga tak ada seorang sahabat pun yang pernah ke Gua Hira karena mereka tahu hal tersebut tidak disyariatkan. Demikian pula mereka pergi ke Gua Tsur, dengan alasan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersembunyi di sana sebelum hijrah. Namun orang-orang sekarang ini pergi ke Gua Tsur untuk shalat di sana, meletakkan wewangian di sana, dan kadang melemparkan uang ke sana. Ini semua adalah perbuatan jahiliah, jahiliahlah yang telah mengagung-agungkan jejak nabi mereka.” (Syarah Masail Jahiliah)

Tatkala di zaman Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu ada orang-orang yang berbolak-balik mengunjungi pohon tempat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membaiat para sahabat Anshar. Ketika Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengetahuinya beliau pun memerintahkan untuk menebang pohon tersebut. Dan beliau berkata, “Dengan amalan seperti inilah agama hancur.”
Di antara tempat yang dijadikan tempat cari berkah adalah Jabal Rahmah. Sebagian rombongan umrah dari Indonesia bahkan dianjurkan oleh pembimbing mereka untuk berdoa di Jabal Rahmah, minta jodoh atau poligami. Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada kita dan kepada para pembimbing jamaah haji dan umrah, agar senantiasa beramal sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Di antara sebab kesyirikan yang saat ini gencar dilakukan adalah mencari-cari dan menghidupkan kembali peninggalan-peninggalan orang dahulu, walaupun peninggalan orang-orang kafir. Penelitian-penelitian dilakukan untuk menemukan peninggalan “bersejarah”, yang tentunya kebanyakannya adalah peninggalan orang-orang kafir, musyirikin, dan animisme. Bahkan, mereka mencari-cari dan membesar-besarkan peninggalan Fira’un. Innalillahi wainnailaihi raji’un.
Tidaklah kaum Nuh ‘Alaihissalam terjatuh kecuali melalui pintu ini. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺬَﺭُﻥَّ ﺁﻟِﻬَﺘَﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺬَﺭُﻥَّ ﻭَﺩًّﺍ ﻭَﻟَﺎ ﺳُﻮَﺍﻋًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻐُﻮﺙَ ﻭَﻳَﻌُﻮﻕَ ﻭَﻧَﺴْﺮًﺍ
Mereka berkata, “Janganlah kalian meninggalkan sesembahan-sesembahan kalian; Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.” (an-Nuh: 23)
Al-Imam Bukhari rahimahumallah membawakan ucapan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, “Ini adalah nama-nama orang saleh di kaum Nuh, ketika mereka meninggal maka setan pun memberikan wangsit kepada kaumnya, hendaknya kalian membuat gambar-gambar dan patung di majelis-majelis yang mereka bermajelis di sana dan berilah nama-nama mereka. Maka mereka pun membuatnya namun tidak menyembahnya. Hingga ketika mereka mati dan ilmu telah dilupakan, akhirnya gambar dan patung tersebut disembah.”
Ibnul Qayyim rahimahumallah berkata, “Berkata salaf: ketika orang-orang saleh tersebut meninggal maka kaum mereka beritikaf dikubur-kubur mereka kemudian membuat patung-patung mereka, hingga setelah berlangsung lama, patung-patung tadi pun kemudian disembah.”
Demikian juga kesyirikan di bangsa Arab adalah ketika setan memberikan wangsit kepada Amr bin Luhai untuk menggali dan membawa berhala-berhala tersebut ke Jazirah Arab.

###

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz  رحمه الله

Soal:
فضيلة الشيخ، بالنسبة لصحة مكان قبر يونس عليه السلام. هل هو فعلاً في العراق؟
Asy-Syaikh yang mulia, berkaitan dengan kebenaran posisi kubur Nabi Yunus alaihis salam, apakah benar terletak di Iraq?

Jawab:
أما نبي الله يونس عليه الصلاة والسلام فلا يعرف قبره، وليس لهذا صحة، بل جميع قبور الأنبياء لا تعرف ما عدا قبر نبينا عليه الصلاة والسلام فإنه معلوم في بيته في المدينة عليه الصلاة والسلام، وهكذا قبر الخليل إبراهيم معروف في المغارة هناك في الخليل في فلسطين، وأما سواهما فقد بين أهل العلم أنها لا تعلم قبورهم، ومن ادعى أن هذا قبر فلان أو قبر فلان فهو كذب لا أصل له ولا صحة له، ودعوى أن قبر يونس موجود في نينوى أو أنه في المحل المعين لا أصل له، فينبغي أن يعلم هذا، ولو علم لم يجز التبرك به ولا دعاؤه ولا النذر له ولا غير ذلك من أنواع العبادة؛ لأن العبادة حق الله وحده لا يجوز صرف شيء منها لغيره بإجماع المسلمين
Adapun Nabiyullah Yunus alaihis salaam maka tidak diketahui kuburnya, dan (berita) ini tidak benar. Bahkan seluruh kubur para Nabi itu tidak diketahui, selain kubur Nabi kita alaihish-shalaatu wassalam. Maka kubur beliau telah maklum ada di rumah beliau di Madinah alaihisha-shalaatu wassalam. Demikian juga kubur Al-Khalil Ibrahim juga sudah maklum berada di Gua di sana di kota Al-Khalil (Hebron) di Palestina.
Adapun selain keduanya, para Ulama telah menjelaskan kalau mereka (para Nabi) itu tidak diketahui kubur mereka. Dan barang siapa yang mengaku-ngaku kalau ini adalah kuburnya (nabi) fulan, atau kubur (nabi) fulan, maka itu adalah kedustaan yang tidak ada dalilnya dan tidak ada kebenarannya. Dan pengakuan kalau kubur Yunus itu ada di Nainawa atau di tempat tertentu, maka itu tidak ada dalilnya. Dan semestinya hal ini diketahui.
Seandainya diketahui posisinya, itupun tidak boleh menjadi tempat mencari barakah, berdoa atau nadzar untuknya dan yang lainnya dari macam-macam ibadah.  Karena ibadah itu adalah hak Allah semata, maka sedikitpun tidak boleh diselewengkan kepada selain Allah dengan kesepakatan kaum muslimin.

Sumber:
www .binbaz .org .sa/node/8608

Alih bahasa:
Ustadz Abu Hafs Umar al Atsary

Forum Salafy Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar