Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata:
ﻣَﺎ ﺣَﻖَّ ﺍﻣْﺮُﺅٌ ﻣُﺴْﻠِﻢٌ ﻳَﺒِﻴْﺖُ ﻟَﻴْﻠَﺘَﻴْﻦِ ﻭَﻟَﻪُ ﺷَﻲْﺀٌ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺃَﻥْ ﻳُﻮﺻِﻲَ ﻓِﻴﻪِ ﺇِﻻَّ ﻭَﻭَﺻَّﻴْﺘُﻪُ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺃْﺳِﻪِ . ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﻋُﻤَﺮَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ: ﻣَﺎ ﻣَﺮَّﺕْ ﻋَﻠَﻲَّ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﻣُﻨْﺬُ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺫَﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﻭَﻋِﻨْﺪِﻱ ﻭَﺻِﻴَّﺘِﻲ
“Tidak berhak seorang muslim melalui dua malam dalam keadaan dia memiliki sesuatu yang ingin dia wasiatkan kecuali wasiatnya berada di sisinya.”
Dan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Tidaklah berlalu atasku satu malam pun semenjak aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata demikian, kecuali di sisiku ada wasiatku.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
ﻟَﻤَّﺎ ﺣَﻀَﺮَ ﺃُﺣُﺪٌ ﺩَﻋَﺎﻧِﻲ ﺃَﺑِﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻣﺎَ ﺃُﺭَﺍﻧِﻲ ﺇِﻻَّ ﻣَﻘْﺘُﻮﻻً ﻓِﻲ ﺃَﻭَّﻝِ ﻣَﻦْ ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﻻَ ﺃَﺗْﺮُﻙُ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﺃَﻋَﺰَّ ﻋَﻠَﻲَّ ﻣِﻨْﻚَ ﻏَﻴْﺮَ ﻧَﻔْﺲِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺇِﻥَّ ﻋَﻠَﻲَّ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻓَﺎﻗْﺾِ ﻭَﺍﺳْﺘَﻮْﺹِ ﺑِﺈِﺧْﻮَﺗِﻚَ ﺧَﻴْﺮًﺍ. ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﻨَﺎ ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺃَﻭَّﻝَ ﻗَﺘِﻴﻞٍ
“Sebelum terjadi perang Uhud, ayahku memanggilku pada malam harinya. Dia berkata: ‘Tidak aku kira kecuali aku akan terbunuh pada golongan yang pertama terbunuh di antara para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sesungguhnya aku tidak meninggalkan setelahku orang yang lebih mulia darimu, kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya aku mempunyai hutang maka tunaikanlah. Nasihatilah saudara-saudaramu dengan baik.’ Tatkala masuk pagi hari, dia termasuk orang yang pertama terbunuh.” (HR. Al-Bukhari)
Ibnu Abdil Bar rahimahullahu berkata (At-Tamhid, 14/292):
“Para ulama bersepakat bahwa wasiat itu bukan wajib, kecuali bagi orang yang memiliki tanggungan-tanggungan yang tanpa bukti, atau dia memiliki amanah yang tanpa saksi. Apabila demikian, dia wajib berwasiat. Tidak boleh dia melalui dua malam pun kecuali sungguh telah mempersaksikan hal itu."
Disyariatkan untuk menulis wasiat dengan saksi dua orang lelaki muslim yang adil. Bila tidak didapatkan karena safar, boleh dengan saksi dua orang ahli kitab yang adil.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺷَﻬَﺎﺩَﺓُ ﺑَﻴْﻨِﻜُﻢْ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﻀَﺮَ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕُ ﺣِﻴﻦَ ﺍﻟْﻮَﺻِﻴَّﺔِ ﺍﺛْﻨَﺎﻥِ ﺫَﻭَﺍ ﻋَﺪْﻝٍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺃَﻭْ ﺀَﺍﺧَﺮَﺍﻥِ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِﻛُﻢْ ﺇِﻥْ ﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺿَﺮَﺑْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﺄَﺻَﺎﺑَﺘْﻜُﻢْ ﻣُﺼِﻴﺒَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian.” (Al-Ma`idah: 106)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar