Cari Blog Ini

Selasa, 21 Oktober 2014

Tentang MEMBANGUN MASJID, MEWARISKAN MUSHAF, DAN MENGGALI SUMUR

Membangun masjid, menggali sumur, dan mewariskan mushaf termasuk wakaf dan amalan yang tidak akan terputus pahalanya dengan kematian, selama manfaatnya masih dirasakan. Dan termasuk sedekah jariyah yang tersebut dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan banyak ahlul hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu:
ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺇِﻻَّ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ: ﺇِﻻَّ ﻣِﻦْ ﺻَﺪَﻗَﺔٍ ﺟَﺎﺭِﻳَﺔٍ، ﺃَﻭْ ﻋِﻠْﻢٍ ﻳُﻨْﺘَﻔَﻊُ ﺑِﻪِ، ﺃَﻭْ ﻭَﻟَﺪٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﻟَﻪُ
“Jika seorang mati, terputuslah amalannya selain tiga hal:
Sedekah jariyah,
Ilmu yang dimanfaatkan, atau
Anak saleh yang selalu mendoakannya.”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﺳَﺒْﻌَﺔٌ ﻳَﺠْﺮِﻱ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﺃَﺟْﺮُﻫُﻦَّ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﻮْﺗِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻓِﻲ ﻗَﺒْﺮِﻩِ : ﻣَﻦْ ﻋَﻠَّﻢَ ﻋِﻠْﻤًﺎ ، ﺃَﻭْ ﻛَﺮَﻯ ﻧَﻬْﺮًﺍ ، ﺃَﻭْ ﺣَﻔَﺮَ ﺑِﺌْﺮًﺍ ، ﺃَﻭْ ﻏَﺮَﺱَ ﻧَﺨْﻼ ، ﺃَﻭْ ﺑَﻨَﻰ ﻣَﺴْﺠِﺪًﺍ ، ﺃَﻭْ ﻭَﺭَّﺙَ ﻣُﺼْﺤَﻔًﺎ ، ﺃَﻭْ ﺗَﺮَﻙَ ﻭَﻟَﺪًﺍ ﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﻟَﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﻮْﺗِﻪِ
“Tujuh amalan yang pahalanya senantiasa mengalir bagi seorang hamba setelah wafat ketika berada di alam kubur, yaitu:
Barangsiapa yang mengajarkan ilmu,
Mengalirkan sungai,
Menggali sumur,
Menanam pohon kurma,
Membangun masjid,
Mewariskan mushaf, atau
Meninggalkan seorang anak yang memohonkan ampun untuknya setelah wafat.”
Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah (2/344), al-Baihaqi dalam al-Jami' li Syu'abul Iman (5/122-123) (3175), al-Mundiri menyebutkan dalam at-Targhib wa Tarhib (1/124) (113), (1/725) (1408) dan (3/356-357) dengan nukilan hadits (3828) dari hadits Anas radhiyallahu 'anhu.

Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (242) dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya (4/121) (2490) semisal hadits ini dari hadits Abu Hurairah, dan al-Baihaqi telah menyebutkannya dalam al-Jami’ li Syu’abul Iman dengan nomor (3174) sebelum hadits Anas radhiyallahu ‘anhu di atas. Dan lafadz Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﻠْﺤَﻖُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻠِﻪِ ﻭَﺣَﺴَﻨَﺎﺗِﻪِ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﻮْﺗِﻪِ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻋَﻠَّﻤَﻪُ ﻭَﻧَﺸَﺮَﻩُ ، ﺃَﻭْ ﻭَﻟَﺪًﺍ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﺗَﺮَﻛَﻪُ ، ﺃَﻭْ ﻣُﺼْﺤَﻔًﺎ ﻭَﺭَّﺛَﻪُ ، ﺃَﻭْ ﻣَﺴْﺠِﺪًﺍ ﺑَﻨَﺎﻩُ ، ﺃَﻭْ ﺑَﻴْﺘًﺎ ﻻﺑْﻦِ ﺍﻟﺴَّﺒِﻴﻞِ ﺑَﻨَﺎﻩُ ، ﺃَﻭْ ﻧَﻬْﺮًﺍ ﺃَﻛْﺮَﺍﻩُ ، ﺃَﻭْ ﺻَﺪَﻗَﺔً ﺃَﺧْﺮَﺟَﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﻓِﻲ ﺻِﺤَّﺘِﻪِ ﻭَﺣَﻴَﺎﺗِﻪِ ﺗَﻠْﺤَﻘُﻪُ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﻣَﻮْﺗِﻪِ
“Sesungguhnya yang akan mengikuti seorang mukmin dari amalan dan kebaikannya setelah wafat di antaranya adalah:
Ilmu yang dia ajarkan dan dia sebarkan,
Anak shalih yang dia tinggalkan,
Mushaf yang dia wariskan,
Masjid yang dia bangun,
Rumah yang dia bangun untuk ibnu sabil,
Sungai yang dia alirkan, atau
Shadaqah dari hartanya yang dia infakkan ketika sehat dan hidupnya yang akan mengikutinya setelah wafat.”

Dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﺑَﻨَﻰ ﻟِﻠﻪِ ﻣَﺴْﺠِﺪًﺍ ﻳَﺒْﺘَﻐِﻲ ﺑِﻪِ ﻭَﺟْﻪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑَﻨَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﺑَﻴْﺘًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
"Barang siapa membangun masjid dengan mengharapkan wajah Allah, sungguh Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di jannah/surga.” (HR. al-Bukhari 1/453 dan Muslim 1/378 no. 533)

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﺑَﻨَﻰ ﻟِﻠﻪِ ﻣَﺴْﺠِﺪًﺍ ﺻَﻐِﻴﺮًﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻭْ ﻛَﺒِﻴﺮًﺍ ﺑَﻨَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﺑَﻴْﺘًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Barang siapa membangun masjid, kecil atau besar, Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. at-Tirmidzi dalam as-Sunan no. 319 dan dinyatakan dha’if oleh asy-Syaikh al-Albani)

Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﺑَﻨَﻰ ﻟِﻠﻪِ ﻣَﺴْﺠِﺪًﺍ ﻭَﻟَﻮْ ﻣَﻔْﺤَﺺَ ﻗُﻄَﺎﺓٍ ﺑَﻨَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﺑَﻴْﺘًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Barang siapa membangun masjid walaupun seluas peraduan (tempat mengeram) burung, Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 1/310, Ahmad no. 2157, al-Bazzar, ath-Thabarani, dan Ibnu Hibban, dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’)

Asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah berkata, “Masjid, sebagaimana diketahui, tidak mungkin berukuran sebesar peraduan (tempat mengeram) burung. Namun, sabda ini sebagai bentuk mubalaghah (perumpamaan bahwa sekecil apa pun bangunan masjid, Allah tetap memberi pahala besar atas amalan tersebut). Sebagian ahlul ilmi mengatakan bahwa ukuran tersebut (yakni sekecil peraduan burung) mungkin saja terwujud. Hal itu terjadi manakala masjid dibangun dengan bergotong royong dengan andil yang sedikit dari setiap orang. Artinya, pembangunan masjid dilakukan oleh beberapa orang.” (Ceramah asy-Syaikh al-Abbad dalam Syarah Sunan Abi Dawud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar