Cari Blog Ini

Kamis, 18 Desember 2014

Tentang DZIKIR SEBELUM TIDUR

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa duduk di sebuah tempat dan tidak berdzikir kepada Allah maka akan diberikan kekurangan oleh Allah. Dan barangsiapa mengambil tempat tidurnya dan tidak berdzikir kepada Allah maka dia tidak mendapatkan dari-Nya melainkan kekurangan.”
(Diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud dalam Sunan beliau no. 4805, 5059 dan An-Nasa`i dalam kitab ‘Amal Al-Yaum Wal Lailah no. 404, dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab As-Shahihah no. 78, dan Shahih Sunan Abu Dawud no. 4065)

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata:
“Tidur ketika berdzikir adalah dari setan dan jika kalian ingin (mengetahuinya) maka cobalah. Dan apabila seseorang dari kalian menuju pembaringannya dan dia ingin tidur, maka hendaklah dia berdzikir kepada Allah.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad no. 1208 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Adabul Mufrad no. 918)

1. Membaca takbir 34 kali, tahmid 33 kali, dan tasbih 33 kali

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma,
ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗَﺎﻝَ: ﺧَﺼْﻠَﺘَﺎﻥِ ﺃَﻭْ ﺧَﻠَّﺘَﺎﻥِ ﻻَ ﻳُﺤَﺎﻓِﻆُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻤَﺎ ﻋَﺒْﺪٌ ﻣُﺴْﻠِﻢٌ ﺇِﻻَّ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻫُﻤَﺎ ﻳَﺴِﻴﺮٌ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﻓِﻲ ﺩُﺑُﺮِ ﻛُﻞِّ ﺻَﻼَﺓٍ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﻭَﻳَﺤْﻤَﺪُ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﻭَﻳُﻜَﺒِّﺮُ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﺧَﻤْﺴُﻮﻥَ ﻭَﻣِﺎﺋَﺔٌ ﺑِﺎﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ ﻭَﺃَﻟْﻒٌ ﻭَﺧَﻤْﺴُﻤِﺎﺋَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤِﻴﺰَﺍﻥِ ﻭَﻳُﻜَﺒِّﺮُ ﺃَﺭْﺑَﻌًﺎ ﻭَﺛَﻼَﺛِﻴﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺧَﺬَ ﻣَﻀْﺠَﻌَﻪُ ﻭَﻳَﺤْﻤَﺪُ ﺛَﻼَﺛًﺎ ﻭَﺛَﻼَﺛِﻴﻦَ ﻭَﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﺛَﻼَﺛًﺎ ﻭَﺛَﻼَﺛِﻴﻦَ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﻣِﺎﺋَﺔٌ ﺑِﺎﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ ﻭَﺃَﻟْﻒٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤِﻴﺰَﺍﻥِ . ﻓَﻠَﻘَﺪْ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳَﻌْﻘِﺪُﻫَﺎ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﻴْﻒَ ﻫُﻤَﺎ ﻳَﺴِﻴﺮٌ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻗَﺎﻝَ : ﻳَﺄْﺗِﻲ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ - ﻳَﻌْﻨِﻲ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ - ﻓِﻲ ﻣَﻨَﺎﻣِﻪِ ﻓَﻴُﻨَﻮِّﻣُﻪُ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟَﻪُ ﻭَﻳَﺄْﺗِﻴﻪِ ﻓِﻲ ﺻَﻼَﺗِﻪِ ﻓَﻴُﺬَﻛِّﺮُﻩُ ﺣَﺎﺟَﺔً ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟَﻬَﺎ
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada dua sifat (amalan) yang tidaklah seorang muslim menjaga keduanya (senantiasa mengamalkannya) kecuali dia akan masuk jannah. Dua amalan itu (sebenarnya) ringan, akan tetapi yang mengamalkannya sedikit:
(1) bertasbih setelah selesai dari setiap shalat wajib sebanyak sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, dan bertakbir sepuluh kali. Maka itulah 150 kali (dalam lima kali shalat sehari semalam) yang diucapkan oleh lisan, dan 1500 dalam timbangan (di akhirat).
(2) bertakbir 34 kali ketika hendak tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali. Maka itulah 100 kali yang diucapkan oleh lisan dan 1000 dalam timbangan.”
Ibnu ‘Amr berkata, “Sungguh aku telah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menghitungnya (menghitung dzikir) dengan tangannya (yaitu jarinya).”
Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana bisa keduanya ringan namun sedikit yang mengamalkannya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian ketika hendak tidur, lalu menjadikannya tertidur sebelum mengucapkan dzikir-dzikir tersebut, dan syaithan pun mendatanginya setelah shalatnya, lalu mengingatkannya tentang kebutuhannya (lalu dia pun pergi) sebelum mengucapkannya.” (HR. Abu Dawud no.5065, dishahihkan oleh Al Albani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ali dan Fathimah radhiallahu anhuma ketika keduanya meminta budak kepada Nabi untuk dijadikan pembantu di rumahnya,
ﺃَﻻَ ﺃَﺩُﻟُّﻜُﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﻴْﺮِ ﻣِﻤَّﺎ ﺳَﺄَﻟْﺘُﻤَﺎﻧِﻲ؟ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺧَﺬْﺗُﻤَﺎ ﻣَﻀَﺎﺟِﻌَﻜُﻤَﺎ ﻓَﻜَﺒِّﺮَﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺃَﺭْﺑَﻌًﺎ ﻭَﺛَﻼﺛِﻴْﻦَ , ﻭَﺍﺣْﻤَﺪَﺍ ﺛَﻼﺛًﺎ ﻭَﺛَﻼﺛِﻴْﻦَ , ﻭَﺳَﺒِّﺤَﺎ ﺛَﻼﺛًﺎ ﻭَﺛﻼﺛِﻴْﻦَ , ﻓَﺈِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻜُﻤَﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﺳَﺄَﻟْﺘُﻤَﺎﻩُ
“Maukah aku tunjukkan yang lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu? Bila kalian berdua hendak berbaring di tempat tidur kalian, bertakbirlah 34 kali, bertahmidlah 33 kali dan bertasbihlah 33 kali. Maka yang demikian itu lebih baik bagi kalian daripada apa yang kalian minta.” (HR. Al-Bukhari no. 3113 dan Muslim no. 2727)

Berkenaan hadits ini, Al-Imam Ibnu Hajar Al-’Asqalani Rahimahullah menjelaskan, bahwa dengan membiasakan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Taala niscaya akan diberikan kekuatan yang lebih besar dibanding kekuatan yang mampu dikerjakan oleh seorang pembantu. Atau (dengan membiasakan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Taala) akan mempermudah urusan. Sekiranya terjadi seseorang diberi beragam urusan, dengan (dzikir) itu akan lebih memudahkan dibanding diberi seorang pembantu kepadanya. Yang jelas, kandungan hadits di atas memiliki maksud betapa manfaat tasbih (menyucikan Allah Subhanahu wa Taala) dikhususkan terhadap kampung akhirat, sedangkan manfaat adanya pembantu khusus menggapai (apa yang ada) di dunia saja. Padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal adanya. (Fathul Bari, Bab ‘Amalil Mar`ah fi Baiti Zaujiha, penjelasan hadits no. 5361, 9/484)

2. Membaca ayat Kursi

Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menugaskanku untuk menjaga zakat Ramadhan. Tiba-tiba seseorang datang. Mulailah ia mengutil makanan zakat tersebut. Aku pun menangkapnya seraya mengancamnya, “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau.”
Orang yang mencuri itu berkata, “Aku butuh makanan, sementara aku memiliki banyak tanggungan keluarga. Aku ditimpa kebutuhan yang sangat.”
Karena alasannya tersebut, aku melepaskannya.
Di pagi harinya, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat tawananmu semalam?”
“Wahai Rasulullah, ia mengeluh punya kebutuhan yang sangat dan punya tanggungan keluarga. Aku pun menaruh iba kepadanya hingga aku melepaskannya,” jawabku.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sungguh dia telah berdusta kepadamu dan dia akan kembali lagi.”
Aku yakin pencuri itu akan kembali lagi karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan, “Dia akan kembali.”
Aku pun mengintainya, ternyata benar ia datang lagi dan mulai menciduk makanan zakat. Kembali aku menangkapnya seraya mengancam, “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau.”
“Biarkan aku karena aku sangat butuh makanan sementara aku memiliki tanggungan keluarga. Aku tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi.”
Aku kasihan kepadanya hingga aku melepaskannya.
Di pagi harinya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat oleh tawananmu?”
“Wahai Rasulullah, ia mengeluh punya kebutuhan yang sangat dan punya tanggungan keluarga, aku pun iba kepadanya hingga aku pun melepaskannya,” jawabku.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sungguh dia telah berdusta kepadamu dan dia akan kembali lagi.”
Di malam yang ketiga, aku mengintai orang itu yang memang ternyata datang lagi. Mulailah ia menciduk makanan. Segera aku menangkapnya dengan mengancam, “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau. Ini untuk ketiga kalinya engkau mencuri, sebelumnya engkau berjanji tidak akan mengulangi perbuatanmu tetapi ternyata engkau mengulangi kembali.”
“Lepaskan aku, sebagai imbalannya aku akan mengajarimu beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadamu dengan kalimat-kalimat tersebut,” janji orang tersebut.
Aku berkata, “Kalimat apa itu?”
Orang itu mengajarkan, “Apabila engkau berbaring di tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi hingga engkau baca sampai akhir ayat. Bila engkau membacanya maka terus menerus engkau mendapatkan penjagaan dari Allah dan setan sekali-kali tidak akan mendekatimu sampai pagi hari.”
Aku pun melepaskan orang itu, hingga di pagi hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali bertanya kepadaku, “Apa yang diperbuat tawananmu semalam?”
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, ia berjanji akan mengajariku beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadaku dengan kalimat-kalimat tersebut, akhirnya aku membiarkannya pergi.”
“Kalimat apa itu?” tanya Rasulullah.
Aku berkata, “Orang itu berkata kepadaku: Apabila engkau berbaring di tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi dari awal hingga akhir ayat. Ia katakan kepadaku: Bila engkau membacanya maka terus menerus engkau mendapatkan penjagaan dari Allah dan setan sekali-kali tidak akan mendekatimu sampai pagi hari.”
Sementara mereka (para shahabat) merupakan orang-orang yang sangat bersemangat terhadap kebaikan.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, “Sungguh kali ini ia jujur kepadamu padahal ia banyak berdusta. Engkau tahu siapa orang yang engkau ajak bicara sejak tiga malam yang lalu, ya Abu Hurairah?”
“Tidak,” jawabku.
“Dia adalah setan,” kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
(Hadits di atas diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya)

Mengenai kalimat (( Sementara mereka (para shahabat) merupakan orang-orang yang sangat bersemangat terhadap kebaikan )), bisa jadi ucapan ini mudraj (selipan) dari ucapan sebagian perawinya. Perkataan ini dibawakan untuk meminta uzur kenapa Abu Hurairah melepaskan pencuri itu pada kali yang ketiga, yaitu karena ia –sebagaimana shahabat yang lain– begitu bersemangat mendapatkan pengajaran/pengetahuan yang bermanfaat. (Fathul Bari, 4/615-616)

Ayat Kursi adalah ayat 255 dari surat al-Baqarah yang lafadznya:
ﺍﻟﻠّﻪُ ﻻَ ﺇِﻟَـﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺤَﻲُّ ﺍﻟْﻘَﻴُّﻮﻡُ ﻻَ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻩُ ﺳِﻨَﺔٌ ﻭَﻻَ ﻧَﻮْﻡٌ ﻟَّﻪُ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﻣَﻦ ﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺸْﻔَﻊُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺇِﻻَّ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻳْﺪِﻳﻬِﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠْﻔَﻬُﻢْ ﻭَﻻَ ﻳُﺤِﻴﻄُﻮﻥَ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻣِّﻦْ ﻋِﻠْﻤِﻪِ ﺇِﻻَّ ﺑِﻤَﺎ ﺷَﺎﺀ ﻭَﺳِﻊَ ﻛُﺮْﺳِﻴُّﻪُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻷَﺭْﺽَ ﻭَﻻَ ﻳَﺆُﻭﺩُﻩُ ﺣِﻔْﻈُﻬُﻤَﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟْﻌَﻠِﻲُّ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢُ
Artinya: ”Allah, tidak ada Ilah melainkan Dia; Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

3. Membaca Dua Surat yaitu As-Sajdah dan Al-Mulk

Hal ini dijelaskan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam riwayat Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, beliau berkata:
“Adalah Rasulullah tidak tidur sehingga beliau membaca (surat) Alif Laam Mim Tanzil (as-Sajdah) dan Tabaarakalladzi biyadihi Al-Mulk (al-Mulk).” (HR. Al- Imam Al-Bukhari di dalam kitab Adabul Mufrad no. 1207 dan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 3066, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab beliau Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2316, Shahih Adabul Mufrad no. 917, Ash-Shahihah no. 585, Al-Misykat no. 2155 dan di dalam kitab Ar-Raudh no. 227)

4. Membaca Doa-doa di bawah ini:

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan beliau no. 5045 dari Hafshah radhiallahu anha, beliau berkata:
Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hendak tidur beliau meletakkan tangan kanannya di atas pipi beliau, dan berkata:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻗِﻨِﻲ ﻋَﺬَﺍﺑَﻚَ ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﺒْﻌَﺚُ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙ
“Ya Allah, lindungilah aku dari adzabmu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi no. 3638 dari shahabat Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhu dan dari shahabat Al-Bara` bin ‘Azib radhiallahu anhu no. 3639, dan Al-Imam Al-Bukhari dalam kitab Adab Al-Mufrad no. 1215.

Diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi no. 3636 dari shahabat Anas bin Malik radhiallahu anhu, beliau berkata:
Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila beranjak ke tempat pembaringan, beliau berdoa:
ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻃْﻌَﻤَﻨَﺎ ﻭَﺳَﻘَﺎﻧَﺎ ﻭَﻛَﻔَﺎﻧَﺎ ﻭَﺁﻭَﺍﻧَﺎ ﻓَﻜَﻢْ ﻣِﻤَّﻦْ ﻟَﺎ ﻛَﺎﻓِﻲَ ﻟَﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﻣُﺆْﻭِﻱَ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, minum, yang telah mencukupi dan melindungi kami. Betapa banyak orang yang tidak memiliki yang akan mencukupi dan melindunginya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih beliau no. 2715, dan Al-Imam Abu Dawud no. 5053.

Diriwayatkan Al-Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah no. 2714 bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Apabila salah seorang dari kalian menuju pembaringannya, hendaklah dia mengambil ujung sarungnya lalu mengibaskannya ke tempat tidurnya. Dan hendaklah dia menyebut nama Allah karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian. Dan bila dia akan berbaring, maka berbaringlah di atas lambung sebelah kanan dan mengucapkan:
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺑِّﻲ ﺑِﻚَ ﻭَﺿَﻌْﺖُ ﺟَﻨْﺒِﻲ ﻭَﺑِﻚَ ﺃَﺭْﻓَﻌُﻪُ ﺇِﻥْ ﺃَﻣْﺴَﻜْﺖَ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﻓَﺎﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺭْﺳَﻠْﺘَﻬَﺎ ﻓَﺎﺣْﻔَﻈْﻬَﺎ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﺤْﻔَﻆُ ﺑِﻪِ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦ
“Maha Suci Engkau ya Allah, wahai Rabbku. Karena Engkau aku meletakkan lambungku dan karena Engkau aku mengangkatnya. Dan jika Engkau menahan jiwaku, maka ampunilah ia. Dan jika Engkau melepaskannya kembali maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.”

Diriwayatkan Al-Imam Muslim dari Suhail dari Abu Shalih dan Abu Shalih mengatakan: Kami meriwayatkannya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu. Suhail mengatakan Abu Shalih memerintahkan kami, apabila salah seorang dari kami akan tidur hendaklah dia tidur di atas lambung sebelah kanan kemudian berkata:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺏَّ ﺍﻟﺴَّﻤَﻮَﺍﺕِ ﻭَﺭَﺏَّ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﻭَﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢِ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻭَﺭَﺏَّ ﻛُﻞِّ ﺷَﻰْﺀٍ ﻓَﺎﻟِﻖَ ﺍﻟْﺤَﺐِّ ﻭَﺍﻟﻨَّﻮَﻯ ﻭَﻣُﻨْﺰِﻝَ ﺍﻟﺘَّﻮْﺭَﺍﺓِ ﻭَﺍﻹِﻧْﺠِﻴﻞِ ﻭَﺍﻟْﻔُﺮْﻗَﺎﻥِ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺷَﺮِّ ﻛُﻞِّ ﺷَﻰْﺀٍ ﺃَﻧْﺖَ ﺁﺧِﺬٌ ﺑِﻨَﺎﺻِﻴَﺘِﻪِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻷَﻭَّﻝُ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻗَﺒْﻠَﻚَ ﺷَﻰْﺀٌ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺍﻵﺧِﺮُ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﺑَﻌْﺪَﻙَ ﺷَﻰْﺀٌ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮُ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻓَﻮْﻗَﻚَ ﺷَﻰْﺀٌ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﺒَﺎﻃِﻦُ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﺩُﻭﻧَﻚَ ﺷَﻰْﺀٌ ﺍﻗْﺾِ ﻋَﻨَّﺎ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦَ ﻭَﺃَﻏْﻨِﻨَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻔَﻘْﺮ
“Wahai Rabb kami, pemilik langit dan bumi serta pemilik ‘Arsy yang agung. Wahai Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Yang membelah biji-bijian, Yang menurunkan Taurat, Injil, dan Furqan. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu, Engkaulah yang memegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau yang Awwal dan tidak ada sesuatupun sebelum-Mu, Engkau yang Akhir dan tidak ada sesuatupun setelah-Mu, Engkau yang Zhahir tidak ada sesuatu di atas Engkau, dan Engkau yang Batin dan tidak ada sesuatu di bawah-Mu. Tunaikanlah hutang kami dan cukupkanlah kami dari kefakiran.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar