Mencicipi makanan/masakan tidaklah membatalkan puasa, akan tetapi tidak boleh menelannya, dan tidak melakukannya kecuali memang dibutuhkan.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dalam sebuah atsar, “Tidak apa-apa bagi seseorang untuk mencicipi cuka dan lainnya yang akan dia beli.” (Atsar ini dihasankan asy-Syaikh al-Albani di al-Irwa’ no. 937)
###
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz رحمه الله
Pertanyaan:
هل يجوز تذوق ملح الطعام وأنا صائمة، وهو لا يروح إلى الحلق بل في طرف اللسان؟
Apakah boleh mencicipi garam pada makanan di saat sedang berpuasa yaitu tidak sampai melewati kerongkongan bahkan hanya di ujung lidah saja?
Jawaban:
لا حرج في ذلك، لا حرج أن المرأة تذوق الطعام، أو الرجل الطباخ لا حرج، كونه يذوقه هل هو مالح هل هو طيب ثم يلفظه لا يبتلع شيء لكن يذوقه ثم يلقيه لا بأس في ذلك، لا في حق المرآة ولا في حق الرجل الطباخ، لا حرج في هذا بحمد لله
Tidak mengapa yang demikian. Tidak mengapa seorang wanita mencicipi makanan ataupun koki laki-laki. Yang demikian tidak mengapa. Keadaannya merasakan makanan, apakah asin atau sudah lezat, kemudian melepehnya kembali tanpa menelan apapun, akan tetapi hanya mencicipi kemudian melepehnya, maka yang demikian tidak mengapa. Sama apakah itu pada hak tukang masak laki-laki maupun perempuan. Hal itu tidak mengapa walhamdulillah.
Sumber:
www .binbaz .org .sa/node/18701
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
Forum Salafy Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar