Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ﻓَﻜُﻠًّﺎ ﺃَﺧَﺬْﻧَﺎ ﺑِﺬَﻧْﺒِﻪِ ﻓَﻤِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺣَﺎﺻِﺒًﺎ ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﺃَﺧَﺬَﺗْﻪُ ﺍﻟﺼَّﻴْﺤَﺔُ ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﺧَﺴَﻔْﻨَﺎ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﺃَﻏْﺮَﻗْﻨَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟِﻴَﻈْﻠِﻤَﻬُﻢْ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﻳَﻈْﻠِﻤُﻮﻥَ
“Maka masing-masing mereka itu Kami siksa disebabkan dosa-dosanya. Di antara mereka ada yang Kami timpakan hujan batu kerikil, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi dan di antara mereka ada-yang Kami tenggelamkan ke dalam lautan. Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-‘Ankabut: 40)
Hati-Hati dari Dosa Kecil
Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu:
ﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَ ﻣُﺤَﻘَّﺮَﺍﺕِ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮِﺏِ، ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻦَّ ﻳَﺠْﺘَﻤِﻌْﻦَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻬْﻠِﻜْﻨَﻪُ
“Hati-hati kalian dari dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bila berkumpul pada diri seseorang akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, 1/403, dishahihkan sanadnya oleh Asy-Syaikh Ahmad Syakir dalam catatan kakinya terhadap Musnad Al-Imam Ahmad)
Sahabat Nabi Anas bin Malik menyatakan:
لاَ صَغِيْرَةَ مَعَ اْلإِصْرَارِ
“Tidak ada dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus.” (Riwayat ad-Dailamy dan al-Iraqy menyatakan bahwa sanadnya jayyid (baik))
Sahl bin Sa’d radhiyallahu 'anhu berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤَﻘَّﺮَﺍﺕِ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮِﺏِ، ﻛَﻘَﻮْﻡٍ ﻧَﺰَﻟُﻮْﺍ ﻓﻲِ ﺑَﻄْﻦِ ﻭَﺍﺩٍ ﻓَﺠَﺎﺀَ ﺫَﺍ ﺑِﻌُﻮْﺩٍ ﻭَﺟَﺎﺀَ ﺫَﺍ ﺑِﻌُﻮْﺩٍ، ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻧْﻀَﺠُﻮﺍ ﺧُﺒْﺰَﺗَﻬُﻢْ، ﻭَﺇِﻥَّ ﻣُﺤَﻘَّﺮَﺍﺕِ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮِﺏِ ﻣَﺘَﻰ ﻳُﺆْﺧَﺬُ ﺑِﻬَﺎ ﺻَﺎﺣِﺒُﻬَﺎ ﺗُﻬْﻠِﻜْﻪُ
“Hati-hati kalian dari dosa-dosa kecil! Ibaratnya seperti satu kaum yang singgah di sebuah perut lembah. Masing-masing dari mereka pergi mencari ranting untuk menyalakan api, lalu datang seseorang membawa sebuah ranting. Seorang lagi juga datang membawa sebuah ranting. Demikian seterusnya hingga mereka dapat menyalakan api yang mematangkan roti-roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika pelakunya dihukum niscaya akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, 5/331, dishahihkan sanadnya di atas syarat Al-Bukhari dan Muslim oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 389)
Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﺇِﺫَﺍ ﺃََﺧْﻄَﺄَ ﺧَﻄِﻴْﺌَﺔً ﻧُﻜِﺘَﺖْ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻧُﻜْﺘَﺔٌ ﺳَﻮْﺩَﺍﺀُ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻫُﻮَ ﻧَﺰَﻉَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ ﻭَﺗَﺎﺏَ ﺳُﻘِﻞَ ﻗَﻠْﺒُﻪُ، ﻭَﺇِﻥْ ﻋَﺎﺩَ ﺯِﻳْﺪَ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻌْﻠُﻮَ ﻗَﻠْﺒَﻪُ، ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺮَّﺍﻥُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ: ﻛَﻼَّ ﺑَﻞْ ﺭَﺍﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻬِﻢْ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮْﻥَ
“Sesungguhnya jika seorang hamba berbuat kesalahan/dosa dititikkan pada hatinya satu titik hitam. Namun bila ia menarik diri/berhenti dari dosa tersebut, beristighfar dan bertaubat, dibersihkan hatinya dari titik hitam itu. Akan tetapi bila tidak bertaubat dan malah kembali berbuat dosa maka bertambah titik hitam tersebut, hingga mendominasi hatinya. Itulah ar-ran (tutupan) yang Allah sebutkan di dalam ayat: ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.’ (Al-Muthaffifin: 14)” (HR. Ahmad, 2/297, At-Tirmidzi no. 3334, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi dan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain no. 1430)
Dosa dan Maksiat Menjadi Sebab Dicabutnya Petunjuk dan Dipadamkannya Cahaya
Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu berkata:
“Sesungguhnya aku memandang bahwa seseorang yang dilupakan dari suatu ilmu yang sebelumnya telah diketahuinya adalah karena kesalahan yang telah dilakukannya.”
Al-Imam Waki’ rahimahullah berkata:
“Minta tolonglah (kepada Allah) untuk menjaga hafalanmu dengan cara meninggalkan maksiat.”
Al-Imam Malik rahimahullah berkata kepada Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah di awal perjumpaan beliau dengannya:
“Sesungguhnya aku melihat bahwasanya Allah telah memberikan cahaya ke dalam hatimu, maka janganlah engkau padamkan dengan kegelapan maksiat.”
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
“Barangsiapa yang ingin agar Allah membukakan pintu hati dan menyinari lubuk kalbunya, dia wajib meninggalkan perkataan yang tidak berguna, meninggalkan perkara-perkara dosa, serta menjauhi berbagai bentuk kemaksiatan. Seyogianya juga dia melakukan amalan-amalan shalih secara tersembunyi antara dirinya dengan Allah saja. Sungguh, apabila dia telah berbuat demikian niscaya Allah bukakan untuknya suatu ilmu yang membuatnya sibuk sehingga lupa terhadap selainnya. Dan sesungguhnya di dalam al-maut (kematian) itu terdapat kesibukan yang sangat banyak.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
“Allah telah menjadikan di antara cara-Nya dalam menghukum anak manusia lantaran dosa-dosa yang telah mereka lakukan adalah dengan mencabut hidayah (petunjuk)-Nya serta mencabut ilmu yang bermanfaat (dari mereka).”
(An-Nubadz fi Adabi Thalabil ‘Ilmi, hal. 14-15)
Sedikitnya rasa takut akan dosa-dosa, dan menganggap ringan dosa, menunjukkan rusaknya seseorang
Rasul Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﻳَﺮَﻯ ﺫُﻧُﻮﺑَﻪُ ﻛَﺄَﻧَّﻪُ ﺟَﺎﻟِﺲٌ ﻓِﻲ ﺃَﺻْﻞِ ﺟَﺒَﻞٍ ﻳَﺨَﺎﻑُ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘَﻠِﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻔَﺎﺟِﺮَ ﻳَﺮَﻯ ﺫُﻧُﻮﺑَﻪُ ﻛَﺬُﺑَﺎﺏٍ ﻣَﺮَّ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻧْﻔِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ: ﻫَﻜَﺬَﺍ ﻓَﺬَﻫَﺐَ، ﻭَﺃَﻣَﺮَّ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻧْﻔِﻪِ
“Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti dia berada di bawah gunung, dia takut apabila gunung tersebut menimpanya, dan seorang fasiq melihat dosa-dosanya seperti lalat yang terbang di atas hidungnya, maka dia singkirkan seperti ini, yaitu diusir dengan telapak tangannya.” (Dikeluarkan oleh Bukhori, nomor hadits: 6308)
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu menyatakan: “Kalian sekarang melakukan perbuatan dosa yang di mata kalian perbuatan itu lebih tipis daripada rambut (sangat remeh). Padahal dulu di masa Rasulullah shallallahu 'anhu wa sallam kami menganggapnya termasuk perkara yang akan membinasakan.” (HR. Al-Bukhari no. 6127)
Bilal bin Sa’d rahimahullah menasihatkan:
“Janganlah engkau memandang kepada kecilnya suatu maksiat, akan tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat.” (Diriwayatkan Al-Imam Ahmad dalam kitabnya Az-Zuhd hal. 460)
Ibnu Aun berkata:
لا تثقن بكثرة العمل فإنك لا تدري يقبل منك أم لا، ولا تأمن ذنوبك فإنك لا تدري هل كفرت عنك أم لا
“Jangan kamu terlalu yakin dengan banyaknya amalan, dikarenakan kamu tidak tahu, apakah Allah menerima (amal) darimu atau tidak.
Jangan pula kamu merasa aman dari dosa-dosamu, dikarenakan kamu juga tidak mengetahui, apakah dosamu telah diampuni darimu atau tidak.” [At Taubah karya Ibnu Abi Dunya: 73]
Berkata Imam Al-Baihaqi رحمه الله تعالى :
فلا ينبغي لمسلم أن يغرّ نفسه، فإن المعصية شؤم، وخلاف الجبار في أوامره ونواهيه عظيم، وأحدنا لا يصبر على حمى يوم، أو وجع ساعة، فكيف يصبر على عذاب أليم وعقاب شديد
“Maka tidak sepatutnya bagi seorang muslim tertipu oleh dirinya sendiri karena sejatinya kemaksiatan adalah kejelekan, dan menyelisihi Allah yang maha perkasa di dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Nya adalah (perkara yang) besar, sedangkan salah satu dari kita tidak bisa bersabar atas demam yang menimpa satu hari atau sakit sesaat, bagaimana dia bisa bersabar dari adzab (siksa) yang sangat menyakitkan atau hukuman yang sangat berat.” (Al-Ba'ts wa An-Nusyur, 296)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar