Mentauhidkan Allah
Nabi bersabda kepada Muadz, “Wahai Muadz, apakah engkau tahu hak Allah terhadap para hamba-Nya, dan apa hak para hamba terhadap Allah.“ Muadz berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Nabi bersabda, “Sesungguhnya hak Allah terhadap para hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mensekutukan-Nya dengan suatu apapun dan hak para hamba terhadap Allah adalah Allah tidak mengadzab orang yang tidak mensekutukan-Nya dengan suatu apapun.” Maka Muadz berkata, “Wahai Rasulullah, apakah tidak sebaiknya aku beritakan kabar gembira ini kepada manusia?” Nabi bersabda, “Jangan, dikhawatirkan mereka akan menganggap remeh dan bersandar (dengan hal yang tidak dipahaminya).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu (apapun), niscaya dia akan masuk jannah.” (HR. Muslim)
Mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dan jujur
“Iman itu ada enam puluh cabang lebih, paling tinggi adalah ucapan Laa Ilaaha Illallah dan paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan mengharap wajah Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
“Tidaklah seseorang yang bersaksi Laa Ilaaha Illallah wa anna Muhammadan Rasulullah dengan jujur dari hatinya kecuali Allah haramkan neraka baginya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Bertawakal kepada Allah, tidak ber-tathayyur, tidak minta di-ruqyah, dan tidak minta di-kay
Ketika para shahabat bertanya-tanya tentang 70.000 orang dari umat Muhammad yang masuk jannah tanpa hisab dan tanpa adzab, maka Rasulullah bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak minta dikay, dan tidak mengundi nasib dengan burung dan sejenisnya, dan mereka bertawakkal hanya kepada Allah.” (HR. At Tirmidzi)
Salat lima waktu, salat Jumat, dan puasa Ramadan
“Salat lima waktu, salat Jumat hingga salat Jumat berikutnya, dan puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa yang ada di antara semua itu, selama seseorang meninggal dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
Salat lima waktu tepat pada waktunya
Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menyambung hubungan kekerabatan (shilaturrahim)
“Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya, dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung hubungan rahimnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan berkata, “Tunjukilah aku suatu amalan yang akan aku amalkan, dengannya aku akan dekat kepada surga dan jauh dari api neraka!” Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Engkau menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak mempersekutukan apa pun dengan-Nya, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, dan menyambung silaturahmi.” Tatkala orang itu pergi, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Jika orang itu berpegang teguh dengan apa yang diperintahkan, niscaya ia masuk surga.” (HR. Muslim no. 4)
“Sesungguhnya kebaikan yang paling cepat disegerakan ganjarannya ialah menyambung hubungan silaturrahim, hingga meskipun penghuni rumahnya adalah orang-orang fajir, maka akan tumbuh berkembang harta-harta mereka dan bertambah banyak jumlah mereka apabila mereka menyambung silaturrahim. Tidak ada satu penghuni rumah pun yang menyambung hubungan silaturrahim lalu mereka akan kekurangan.” (Lihat: Shahihut Targhib, 2/239)
Mengurusi anak perempuan hingga dewasa/baligh dan berbuat baik kepada mereka
“Barangsiapa yg dia mengurusi dua anak perempuan hingga keduanya baligh, maka datang nanti di hari kiamat antara dia dengan aku seperti ini, beliau merapatkan jari jemarinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa yang memiliki tiga anak wanita, dia mencukupi kebutuhannya, mengasihinya, dan merawatnya, maka wajib baginya surga.” Ada yang bertanya, “Bagaimana jika dua anak wanita?” Beliau menjawab, “Meskipun dua.” Ada sebagian kaum menyangka, bahwa jika mereka bertanya, “Jika satu?” Niscaya beliau pun akan menjawabnya, “Meskipun satu.” (HR. Ahmad, Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, dan Abu Ya’la, disahihkan Al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah: 1027)
“Barangsiapa diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan ini lalu dia berbuat baik kepadanya, mereka akan menjadi penghalang dirinya dari neraka.” (Muttafaqun alaih)
Seorang wanita fakir bersama dua putrinya menemui Aisyah. Aisyah berkata, “Wanita itu meminta sesuatu dariku, namun dia tidak mendapatkan di sisiku selain sebutir kurma. Dia mengambilnya dan membagi dua untuk kedua putrinya, tanpa ikut memakannya sedikit pun. Dia lalu bangkit dan keluar bersama kedua putrinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian masuk dan aku menceritakan kisah wanita tersebut. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Sungguh, dengan perbuatan itu Allah telah mewajibkan untuknya surga dan membebaskannya dari api neraka.’” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Sedekah jariyah
“Jika seorang manusia telah meninggal, maka telah terputus amalannya, kecuali dalam tiga perkara: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk orang tuanya.” (HR. Muslim)
Mengeluarkan infak dan sedekah dengan ikhlas dan dari hasil usaha yang baik, dan termasuk infak adalah memberikan nafkah kepada keluarganya
“Sesungguhnya tidaklah engkau berinfak sesuatupun dengan berharap wajah Allah (ikhlash) kecuali engkau akan diberi ganjaran, bahkan sampai makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” (HR. Al-Bukhari no. 56 dan Muslim no. 1628)
“Barangsiapa bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil usaha yang baik, sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja, maka sungguh Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
“Perumpamaan orang yang menginfakkan di jalan Allah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai. Pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah: 261)
Mempelajari ilmu agama dan mengajarkannya
“Menuntut ilmu adalah fardhu (wajib) atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Albani dalam shahih Ibnu Majah)
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Apabila seseorang menuntut ilmu, segala sesuatu memohonkan ampunan baginya, sampai ikan di dalam lautan sekalipun.” (Lihat: Shahih Jami' ash-Shaghir 3914)
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari 4739)
“Barangsiapa yang masuk masjid kami ini untuk mempelajari kebaikan (ilmu) atau mengajarkannya maka ia bagaikan seorang mujahid di jalan Allah, dan barangsiapa memasukinya untuk tujuan lain maka ia seperti seseorang yang memandang sesuatu yang bukan miliknya.” (HR. Ibnu Hibban)
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan amalan-amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.” (HR. Tirmidzi 2322, Ibnu Majah 4112, dihasankan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1609)
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim 2699)
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah bersikap wara’.” (HR. Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, disahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4214)
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.” (HR. Abu Dawud 3641, Ibnu Majah 223)
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, namun mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut berarti ia telah mengambil bagian yang besar.” (HR. Abu Dawud no. 3641, at-Tirmidzi no. 2683 dan Ibnu Majah no. 223)
Mengajarkan ilmu yang bermanfaat
“Jika seorang manusia telah meninggal, maka telah terputus amalannya, kecuali dalam tiga perkara: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk orang tuanya.” (HR. Muslim)
Mendakwahkan kebaikan
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, dan mengerjakan amal yang saleh….” (Fushilat: 33)
“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala semisal dengan orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
“Demi Allah, apabila Allah menunjuki seorang saja melalui dakwahmu itu lebih baik bagimu daripada kamu memiliki onta-onta merah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berbuat baik kepada kedua orang tua
Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Celakalah, kemudian celakalah, kemudian celakalah.” Dikatakan kepada beliau, “Siapa wahai Rasulullah?” “Orang yang menjumpai orang tuanya dalam keadaan sudah tua salah satu atau kedua-duanya kemudian tidak menyebabkan dia masuk surga.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku masuk surga, aku mendengar seseorang membaca al-Qur’an, maka aku berkata, ‘Siapa ini?’” Mereka (para malaikat) menjawab, “Haritsah bin Nu’man. Demikianlah balasan bagi orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua, demikianlah balasan bagi orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua. Dahulu dia orang yang paling berbuat baik kepada ibunya.” (HR. Hakim dishahihkan olehnya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan dishahihkan juga oleh Al-Albani)
Jihad di jalan Allah
Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Kepala dari seluruh perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani dalam Al Irwa’ 2/138)
Mati syahid
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapat rezeki.” (Ali Imran: 169)
“Sesungguhnya arwah syuhada (orang-orang yang mati syahid) berada di dalam perut burung-burung yang berwarna hijau, yang memiliki pelita bergantung di bawah al-Arsy. Ia mengembara di taman al-Jannah bila pun ia inginkan, kemudian kembali pada pelita-pelita tersebut. Rabb mereka benar-benar akan mendatangi mereka dan bertanya, ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu?’ Mereka menjawab, ‘Apalagi yang kami inginkan, sementara kami bebas mengembara di taman al-Jannah bila pun yang kami inginkan.’ Allah mengulangi pertanyaan tersebut kepada mereka hingga tiga kali. Ketika mereka merasa tidak luput untuk ditanya dengan pertanyaan tersebut, mereka pun berkata, ‘Wahai Rabb, kami ingin Engkau mengembalikan ruh kami ke jasad kami, sehingga kami dapat kembali ke dunia, kemudian kembali terbunuh di jalan-Mu (mati syahid).’ Tatkala Allah melihat mereka tidak lagi mempunyai keperluan, mereka pun ditinggalkan.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas'ud, at-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas'ud dan Ka'ab bin Malik, Ibnu Majah dari Ummu Bisyr bin al-Bara' bin Ma'rur dan Ka'ab bin Malik)
Memohon derajat syahid dengan jujur kepada Allah
“Barangsiapa memohon kepada Allah derajat syahid dengan jujur niscaya Allah akan menyampaikannya ke derajat para syuhada, meskipun ia meninggal di atas ranjangnya.” (HR. Muslim 1909)
Bertaubat atas kesalahan-kesalahan
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8)
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai kaum mukminin, agar kalian beruntung.” (An-Nur: 31)
Berdoa setelah selesai mendengar azan
“Barangsiapa yang berkata setelah selesai mendengar adzan,
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
(Ya Allah Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini dan sholat yang akan ditegakkan ini. Berikanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah ia pada maqaman mahmudan yang Engkau janjikan)
Maka ia akan mendapat syafaatku pada hari kiamat.” (HR. al-Bukhari)
Membaguskan wudu kemudian berdoa setelah wudu
“Tidak ada seorang pun dari kalian berwudhu lalu ia membaguskan wudhunya, kemudian berdoa,
أَشْهَــدُ أَنْ لاَ إِلَــهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُـحَـمَّـدًا عَـبْـدُهُ وَرَسُـوْلُــهُ
(Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya)
Melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang lapan yang dapat dia masuki dari pintu mana saja yang dia inginkan.” (HR. Muslim 552)
Membaguskan wudu lalu salat dengan mengingat Allah dan khusyuk lalu memohon ampun kepada Allah
“Tidaklah seorang muslim, bila telah datang waktu shalat wajib lalu membaikkan wudhu’nya, khusyu’nya, dan ruku’nya, melainkan itu sebagai penghabus dosa-dosa sebelumnya selama tidak melakukan dosa besar.” (HR. Muslim no. 228)
“Barangsiapa yang berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian melaksanakan solat dua rakaat, dia tidak berbicara terhadap dirinya di dalam solat tersebut maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘Alaih)
“Barangsiapa yang berwudhu’ dengan dengan baik, kemudian berdiri shalat dua atau empat raka’at, dalam keadaan ia berdzikir dan khusyu’ lalu beristighfar kepada Allah, niscaya ia akan diampuni (dari dosa-dosanya).” (Shahih At Targhib wat Tarhib no. 225)
Mengerjakan salat sunah
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati sebuah kubur kemudian bertanya, “Siapa yang di kubur ini?” Para Sahabat menjawab, “Fulan.” Nabi bersabda, “Dua rakaat (yang bisa dikerjakan olehnya) lebih ia sukai dibandingkan (seluruh) yang tersisa dari dunia kalian.” (HR. at-Thabarani dari Abu Hurairah, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Mundziri dan dinyatakan hasan shahih oleh al-Albani)
“Dua rakaat ringan yang kalian remehkan dan yang berupa sholat nafilah, yang bisa menambah amalan bagi penghuni kubur ini (beliau menunjuk pada kuburan tersebut) lebih ia cintai dibandikan dunia kalian yang masih tersisa.” (HR. Ibnul Mubarak dalam az-Zuhud, dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah)
Duduk berzikir setelah melaksanakan salat subuh berjamaah hingga terbitnya matahari, kemudian salat dua rakaat
“Barangsiapa melaksanakan shalat shubuh berjama’ah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga terbitnya matahari, kemudian ia shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah. Sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. At-Tirmidzi)
Berzikir setelah salat subuh
“Barangsiapa yang mengucapkan usai shalat Shubuh dalam keadaan melipat kedua kakinya sebelum berbicara,
لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
10 kali, maka dituliskan baginya 10 kebajikan, dihapus darinya 10 keburukan, dan diangkat baginya 10 derajat, serta harinya itu berada dalam lindungan dari semua yang tidak disenangi dan dijaga dari setan, juga dosa tidak akan mencapai (timbangan)nya pada hari itu selain dosa menyekutukan Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 3474 dan Ahmad no. 16583, 16699)
Berzikir setelah salat wajib
“Barangsiapa bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir 33 kali, itu semua berjumlah 99, kemudian sempurnanya 100 dengan mengucapkan,
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Niscaya akan diampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR.Muslim no. 597)
Membaca Ayat Kursi setiap selesai menunaikan salat wajib
“Barangsiapa membaca Ayat Kursi setiap selesai menunaikan shalat lima waktu, maka tidaklah ada yang menghalanginya untuk masuk ke dalam Al-Jannah (Surga) kecuali kematian.” (HR. An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra no. 9928)
Berpuasa
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah maka Allah jauhkan darinya Jahannam sejarak perjalanan seratus tahun.” (As-silsilah As-Shahihah no. 2565)
Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa
“Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka kepada seseorang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. at-Tirmidzi dan yang lainnya)
Memandikan jenazah kemudian menyembunyikan aibnya, dan menggalikan kubur untuk jenazah kemudian menguburkannya, dan mengafani jenazah
“Barangsiapa yang memandikan seorang muslim kemudian menyembunyikan (aibnya), Allah akan ampuni untuknya 40 kali. Barangsiapa yang menggalikan kubur untuknya kemudian menguburkannya, akan dialirkan pahala seperti pahala memberikan tempat tinggal hingga hari kiamat. Barangsiapa yang mengkafaninya, Allah akan memberikan pakaian untuknya pada hari kiamat sutera halus dan sutera tebal dari surga.” (HR. al-Baihaqi, at-Thabarani, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albani)
Mengutamakan saudaranya sesama muslim dibanding diri sendiri
Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah dan mengatakan, “Sungguh saya ditimpa kesulitan hidup.” Maka Rasulullah menuju istri-istrinya, namun beliau tidak mendapatkan dari mereka sesuatu apapun (yang bisa diberikan kepadanya). Maka Rasulullah mengatakan, “Siapa yang mau menjamu orang ini pada malam ini?” Berkata seorang Anshar, “Saya, wahai Rasulullah.” Orang Anshar tersebut datang kepada istrinya lalu mengatakan, “(Ini adalah) tamu Rasulullah. Janganlah kamu menyimpan sesuatu (yang harus disuguhkan kepadanya).” Istrinya mengatakan, “Demi Allah, tidak ada padaku kecuali makanan untuk anak-anak.” Suaminya berkata, “Bila anak-anak ingin makan maka tidurkanlah mereka, dan kemarilah kamu (membawa hidangan) lalu matikan lampu. (Tidak mengapa) malam ini kita lapar.” Istrinya menjalankan perintah suaminya. Pada keesokan harinya orang Anshar itu pergi kepada Rasulullah maka beliau bersabda, “Sungguh Allah kagum/tertawa kepada fulan dan fulanah (seorang Anshar dan istrinya).” Lalu Allah menurunkan ayat-Nya, “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka dalam kesusahan.” (Al-Hasyr: 9) (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Menjenguk orang sakit
“Tidaklah seseorang menjenguk orang sakit pada sore (malam) hari kecuali 70 ribu Malaikat keluar beristighfar untuknya sampai pagi hari dan ia berada di taman surga. Barangsiapa yang menjenguknya di waktu pagi 70 ribu Malaikat akan keluar beristighfar untuknya sampai sore (malam) hari dan ia berada di taman surga.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi)
Menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat
“Sesungguhnya perkara yang halal dan haram itu jelas. Antara keduanya ada perkara-perkara syubhat (tidak jelas kehalalannya dan keharamannya) yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa menjaga diri dari perkara-perkara syubhat maka sungguh dia telah berhati-hati dengan agama dan kehormatannya. Barangsiapa terjatuh dalam perkara syubhat maka hal itu akan menyeretnya terjatuh dalam perkara haram, seperti halnya seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar daerah larangan, hampir saja dia terseret untuk menggembalakannya dalam daerah larangan. Ketahuilah bahwa setiap penguasa memiliki daerah larangan dan sesungguhnya daerah larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah perkara-perkara yang haram. Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam jasad seseorang ada sekerat daging, jika sekerat daging itu baik maka baik pulalah seluruh jasadnya. Namun jika sekerat daging itu rusak, maka rusak pulalah seluruh jasadnya, ketahuilah bahwa itu adalah qalbu.” (HR. Al-Bukhari, no. 52, 2051 dan Muslim no. 1599)
Berakhlak yang baik
“Aku menjamin dengan suatu rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia yang benar, dan suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang meninggalkan dusta walupun bercanda, dan suatu rumah di surga tertinggi bagi orang yang baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud, dihasankan Al Albani)
“Sungguh seseorang dengan kebaikan akhlaknya bisa mencapai derajat-derajatnya orang yang melakukan shalat malam dan berpuasa (sunnah) di siang harinya.” (Silsilah as-Shahihah 795)
“Tidak ada amalan seorang hamba yang beriman yang lebih berat timbangannya di hari kiamat dari akhlak yang baik.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dishahihkan al-Albani)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah di tanya tentang apa yang menjadi sebab kebanyakan orang masuk surga? Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan al-Albani)
Membaca Alquran
“Bacalah Al Quran! Karena sungguh ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa'at kepada para pembacanya.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan menjadi sepuluh kali semisal (kebaikan) itu. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, namun alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan yang lainnya, dishahihkan Al-Albani)
Menahan marah
“Barangsiapa yang menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka pada Hari Kiamat nanti Allah akan memanggilnya di hadapan semua makhluk hingga Allah memberinya pilihan bidadari yang dia inginkan sesukanya.” (Shahih Sunan Abu Dawud 4777)
Melakukan suatu amalan kebaikan secara terus menerus
“Apabila seseorang menderita sakit atau sedang bepergian, maka dicatat pahala untuknya amal yang biasa ia kerjakan di saat ia sehat dan tidak bepergian.” (HR. Al Bukhari)
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah ialah yang paling berkesinambungan meskipun sedikit.” (Lihat: Shahihul Jami' 163 dan As-Silsilah ash-Shahihah 904)
Menjadi pemimpin yang adil, menjadi pemuda yang sibuk ibadah, saling mencintai karena Allah, bersedekah secara sembunyi-sembunyi, berzikir di kala sendiri hingga menangis
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Pemimpin yang adil, Seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabbnya, Seorang yang hatinya selalu terikat pada masjid, Dua orang yang saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, berkumpul dan berpisah karena Allah pula, Seorang lelaki yang di ajak zina oleh wanita yang kaya dan cantik tapi ia menolaknya seraya berkata Aku takut kepada Allah, Seseorang yang bersedekah dengan menyembuyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dinfaqkan oleh tangan kanannya, serta Seorang yang berdzikir kepada Allah di kala sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Bukhari no. 620)
Menebarkan salam, memberi makan orang lain, menyambung hubungan kekerabatan, dan melakukan salat malam
“Tebarkanlah salam, berilah (orang) makanan, sambunglah karib kerabat (silaturahmi), berdirilah (shalat) di malam hari ketika manusia tidur, dan masuklah kamu ke dalam surga dengan selamat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim, disahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’)
Menjauhkan diri dari meminta sesuatu kepada manusia, merasa cukup dengan pemberian Allah, dan berusaha bersabar
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya ada sekelompok orang dari Anshar meminta sesuatu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan beliau pun memberinya. Kemudian mereka kembali meminta sesuatu, maka beliau pun memberinya. Hingga ketika habis apa yang ada pada beliau, maka beliau berkata, “Tidaklah ada sesuatu yang ada padaku berupa harta yang aku sembunyikan dari kalian. Akan tetapi barangsiapa menjauhkan diri dari meminta sesuatu kepada manusia, maka Allah akan beri kesucian diri padanya. Barangsiapa merasa cukup dengan pemberian Allah, maka Allah akan beri kecukupan padanya. Barangsiapa berusaha bersabar, maka Allah akan beri kesabaran padanya. Tidaklah seorang hamba diberi sesuatu yang itu lebih baik dan luas dibandingkan kesabaran.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Memuliakan tetangga, memuliakan tamu, dan menjaga lisan
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau ia diam. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. al-Bukhari 6018 dan Muslim 171, 172)
Meninggalkan perdebatan walaupun dia yang benar, meninggalkan dusta walaupun bercanda, dan berakhlak yang baik
“Aku menjamin dengan suatu rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia yang benar, dan suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang meninggalkan dusta walupun bercanda, dan suatu rumah di surga tertinggi bagi orang yang baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud, dihasankan Al Albani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar