Cari Blog Ini

Sabtu, 14 November 2015

SALAT WAJIB

Salat wajib tepat pada waktunya

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103)

Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Waktu salat zuhur dimulai ketika matahari telah tergelincir (waktu zawal) dan berakhir ketika bayangan benda sepanjang aslinya, dan waktu salat asar dimulai saat berakhirnya waktu zuhur, ketika bayangan seseorang seperti tingginya

“Waktu zhuhur adalah jika matahari telah tergelincir dan (berakhir ketika) bayangan seseorang seperti tingginya, selama belum tiba waktu shalat asar.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr)

Waktu asar berakhir ketika matahari telah menguning

“Dan waktu shalat asar selama matahari belum menguning.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr)

Waktu salat asar memiliki waktu darurat, yakni sampai matahari terbenam

“Barangsiapa mendapatkan satu rakaat dari shalat asar sebelum matahari terbenam, maka telah dianggap mendapatkan shalat asar.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Waktu salat magrib dimulai saat matahari telah terbenam

“…dan maghrib ketika matahari telah terbenam….” (HR. Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah)

Waktu salat magrib berakhir ketika mega merah di langit telah menghilang

“Dan waktu shalat maghrib hingga syafaq (mega merah) menghilang.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr)

Waktu salat isya dimulai ketika mega merah telah menghilang

“Kemudian beliau memerintahkannya (Bilal) untuk mengumandangkan shalat isya ketika mega merah telah menghilang.” (HR. Muslim)

Waktu salat isya berakhir ketika tengah malam

“Dan apabila kalian mengerjakan shalat isya, maka waktunya hingga tengah malam.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr)

Hendaknya menyegerakan salat isya jika jamaah sudah berkumpul, dan mengakhirkannya jika melihat jamaah belum berkumpul

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat zhuhur di pertengahan siang ketika hari sangat panas, dan asar ketika matahari masih bersih, dan maghrib ketika matahari telah terbenam, dan isya kadang beliau mengakhirkannya dan kadang beliau menyegerakannya. Jika beliau melihat para shahabat telah berkumpul, maka beliau menyegerakannya dan jika beliau melihat para shahabat kurang bergegas mendatanginya, maka beliau mengakhirkannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah)

Namun lebih disukai untuk mengakhirkan salat isya

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat zhuhur yang kalian sebut sebagai shalat pertama, saat matahari telah tergelincir, shalat asar ketika salah seorang dari kami kembali dengan kendaraannya di ujung kota, sementara matahari masih terasa panas sinarnya. Dan aku lupa apa yang dibaca beliau saat shalat maghrib. Beliau lebih suka mengakhirkan shalat isya yang kalian sebut dengan ‘Athamah….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Barzah Al-Aslami)

Tidak disukai tidur sebelum salat isya dan berbincang-bincang sesudahnya

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengakhirkan shalat isya` hingga sepertiga malam, dan beliau tidak menyukai tidur sebelum isya` dan berbincang-bincang sesudahnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Barzah Al-Aslami)

Berbincang-bincang dengan istri pada malam hari setelah salat isya

Aisyah berkata, “Rasulullah pernah melaksanakan salat dalam keadaan duduk, beliau membaca surat dalam keadaan duduk, maka apabila tersisa bacaan sekitar 30 atau 40 ayat beliau berdiri dan menyelesaikan sisa ayat dalam keadaan berdiri, kemudian ruku dan sujud. Beliau melakukan hal yang sama pada rakaat kedua. Tatkala beliau telah selesai dari shalatnya, beliau melihatku. Apabila aku tidak tidur maka beliau berbincang-bincang denganku dan apabila aku tidur maka beliau berbaring.” (HR. al-Bukhari no. 1119)

Shafiyyah berkata, “Suatu hari Rasulullah beri’tikaf kemudian aku mengunjunginya pada malam hari. Akupun berbincang-bincang dengannya. Tak berapa lama akupun bersiap untuk kembali ke rumah dan Rasulullah mengantarku pulang.” (HR. al-Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175)

Waktu salat subuh dimulai ketika terbit fajar dan berakhir ketika matahari terbit

“Dan shalat shubuh dikerjakan semenjak terbit fajar selama matahari belum terbit.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr)

Melaksanakan salat subuh ketika pagi masih gelap gulita

“Adapun shubuh, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukannya ketika pagi masih gelap gulita.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah)

Melaksanakan salat subuh ketika cukup terang yang seseorang dapat mengetahui siapa yang ada di sebelahnya

“Dan beliau melaksanakan shalat shubuh ketika seseorang dapat mengetahui siapa yang ada di sebelahnya….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Barzah Al-Aslami)

Membaca sekitar 60-100 ayat ketika salat subuh

“Dan beliau melaksanakan shalat shubuh ketika seseorang dapat mengetahui siapa yang ada di sebelahnya, beliau membaca enam puluh hingga seratus ayat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Barzah Al-Aslami)

Membaca surat ar-Rum ketika salat subuh

Dari Abu Rouh dari Dzil Kalaa’ dari seorang laki-laki (Sahabat Nabi) bahwasanya ia sholat Subuh bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau shallallahu alaihi wasallam membaca surat ar-Rum kemudian beliau mengulang-ulang satu ayat (karena ada yang terlupa, pent). Ketika selesai sholat beliau bersabda, “Sesungguhnya tersamarkan padaku (bacaan) al-Quran. Sesungguhnya kaum di antara kalian ada yang sholat bersama kami tidak menyempurnakan wudhu. Barangsiapa yang sholat bersama kami hendaknya memperbaiki wudhu’nya.” (HR. Ahmad, dihasankan Ibnu Katsir dan al-Albani)

Tidak beranjak dari tempat salat setelah salat subuh berjamaah di masjid kecuali setelah matahari terbit

Jabir bin Samurah ditanya, “Mungkin Anda pernah duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam?” Dia menjawab, “Ya, dan hal itu pada banyak kesempatan. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah beranjak dari tempat shalatnya ketika subuh atau pagi hari hingga matahari terbit. Jika matahari terbit, maka beliau beranjak pergi. Para sahabat seringkali bercerita-cerita dan berkisah-kisah semasa jahiliyahnya, lantas mereka pun tertawa, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Muslim)

Tidak melakukan qunut kecuali jika mendoakan kebaikan untuk suatu kaum atau mendoakan keburukan untuk suatu kaum

Nabi shallallahu alaihi wasallam tidaklah qunut kecuali jika mendoakan (kebaikan untuk) suatu kaum atau mendoakan (keburukan) bagi suatu kaum. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, dan dinyatakan shahih sesuai syarat Muslim oleh al-Albani)

Nabi shallallahu alaihi wasallam tidaklah qunut kecuali jika beliau mendoakan (kebaikan) untuk seseorang atau mendoakan (keburukan) untuk seseorang. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, dinyatakan shahih sesuai syarat Muslim oleh al-Albani)

Apabila seseorang tidak melaksanakan salat karena ketiduran atau lupa maka dia harus melaksanakannya kapanpun dia ingat/bangun

"Barangsiapa ketiduran atau lupa suatu shalat, maka hendaklah dia melaksanakannya ketika dia ingat. Karena tidak ada tebusannya kecuali itu.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Berzikir setelah salat wajib

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” (An-Nisa’: 103)

Cara menghitung tasbih, tahmid, takbir dan tahlil dengan jari ketika berzikir setelah sholat fardhu

Asy-Syaikh Badr hafizhohulloh menerangkan, “Dengan tangan kanan mulai cara menghitung dengan menekukkan jari kelingking (paling kecil) sampai jempol kemudian langsung dilanjutkan dengan membuka jempol sampai jari kelingking, begitu seterusnya.”

Menjamak salat zuhur dengan asar atau salat magrib dengan isya karena ketakutan, hujan, atau karena ada hal yang menyulitkan dan memberatkan

Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam telah menjamak antara Zuhur dan Asar, Magrib dan Isya di Madinah tanpa ada (sebab) takut dan hujan.” Mereka bertanya kepada Ibnu Abbas, “Apa yang diinginkan dengan hal itu?” Beliau menjawab, “Beliau tidak ingin memberatkan umatnya.” (HR. Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar