Cari Blog Ini

Sabtu, 14 November 2015

BERMUAMALAH TERHADAP ANAK-ANAK

Memberi nama anak dan mentahniknya (menyuapinya dengan kunyahan kurma) dan mendoakannya dengan keberkahan ketika baru lahir, dan memberi nama anak dengan nama nabi

Abu Musa radhiyallahu ‘anhu berkata, “Anak laki-lakiku lahir, kemudian aku membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau lalu memberinya nama Ibrahim. Beliau menyuapinya dengan kunyahan kurma dan mendoakannya dengan keberkahan, setelah itu menyerahkannya kepadaku.” Ibrahim adalah anak tertua Abu Musa. (HR. al-Bukhari)

Menamai anaknya: Abdullah atau Abdurrahman

“Nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (Lihat: Mukhtashar Shahih Muslim no. 1398, Shahih al Jami' no. 161)

Bersemangat untuk menyusui anaknya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebutkan bahwa dalam mimpi beliau melihat azab sebagian pelaku maksiat. Di antara yang beliau lihat, “Kemudian aku dibawa pergi. Tiba-tiba aku melihat para wanita yang buah dadanya dilahap oleh ular-ular. Aku bertanya, ‘Ada apa dengan mereka itu?’ Dijawab, ‘Mereka adalah para wanita yang menghalangi anak-anak mereka dari air susu mereka’.” (HR. Ibnu Hibban, dan dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam Shahihul Mawarid no. 1509)

Memerintahkan anak untuk salat ketika sudah berumur 7 tahun dan memukul mereka jika sudah berumur 10 tahun namun tidak mau salat, memisahkan tempat tidur anak ketika sudah berumur 10 tahun

"Perintahkan anak-anak kalian untuk melaksanakan sholat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mau sholat) ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”(HR. Abu Dawud)

Memperlakukan dan menghukumi anak perempuan yang sudah berumur 9 tahun sebagai seorang wanita dewasa

Aisyah berkata, “Apabila anak wanita tersebut berusia sembilan tahun, maka dia telah berstatus sebagai wanita.” (Faedah dari Al-Allamah Ahmad Bin Yahya An-Najmi)

Memeluk dan mencium anak dan mendoakan kebaikan untuk anak

“Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam pernah keluar pada sebagian waktu siang. Beliau tidak mengajakku berbicara, demikian pula aku, tidak mengajak beliau berbicara. Tibalah kami di pasar Bani Qainuqa’. Beliau duduk di halaman rumah Fathimah kemudian bertanya, ‘Apakah ada si Kecil? Apakah ada si Kecil (Hasan, -ed.)?’ Fathimah pun menahan anak tersebut sebentar. Kami menyangka bahwa sang ibu memakaikan padanya sikhab (kalung dari cengkih, misk, gaharu, dan wewangian lainnya, -ed.) atau memandikannya. Kemudian, anak tersebut bergegas keluar. Beliau pun memeluk dan menciumnya, lalu berkata, ‘Ya Allah, cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya’.” (Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah)

“Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam masuk menemui Abu Saif al-Qain. Istrinya adalah ibu susu Ibrahim (putra Rasulullah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pun mengambil Ibrahim dan menciumnya.” (HR. al-Bukhari no. 1220 dari Anas bin Malik)

Ibnu ‘Abbas berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memelukku ke dada beliau seraya berkata,
اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الحِكْمَةَ وَعَلِّمْهُ الكِتَابَ
(Ya Allah, ajarkanlah anak ini hikmah dan ajarkanlah dia (tafsir) al-Quran).” (HR. Al-Bukhari)
Dalam riwayat lain,
اللَّهُمَّ فقهه فِي الدّين وَعلمه التَّأْوِيل
(Ya Allah, berikanlah anak ini kefaqihan dalam agamanya dan ajarkanlah dia ilmu tafsir).”

Membiarkan anak bermain bersama teman-temannya, dan membolehkan anak perempuan bermain boneka

Aisyah berkata, “Aku pernah bermain boneka di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam. Aku punya teman-teman yang biasa bermain bersamaku. Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam masuk rumah, mereka bersembunyi. Beliau lalu mengeluarkan mereka satu per satu sehingga mereka bermain bersamaku.” (HR. al-Bukhari no. 5665)

Memberi nafkah kepada anaknya sesuai kemampuannya

“Hendaklah orang yang mampu memberi menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan oleh Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya.”
(ath-Thalaq: 7)

Memberikan hadiah kepada anak berupa pakaian

Ummu Khalid berkata, “Aku datang dari negeri Habasyah saat masih kecil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam memberiku pakaian bergaris. Beliau menyentuh garis-garis tersebut dengan tangan beliau seraya mengatakan, ‘Bagus, bagus’.” (HR. al-Bukhari no. 3585)

Salat sambil membawa anak

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah shalat sambil menggendong Umamah, putri Zainab binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dari Abul ‘Ash bin ar-Rabi’ bin ‘Abdusyams. Apabila sujud, beliau meletakkannya. Ketika kembali berdiri, beliau pun kembali menggendongnya.” (Muttafaqun ‘alaih dari Abu Qatadah al-Anshari)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah shalat (dengan membawa al-Hasan dan al-Husain, –pen.). Apabila beliau sujud, kedua anak tersebut menaiki punggung beliau. Ketika para sahabat ingin mencegah keduanya, beliau memberi isyarat agar mereka membiarkan keduanya. Seusai shalat, beliau memangku keduanya dan berkata, ‘Barang siapa mencintaiku, hendaknya dia mencintai kedua anak ini’.” (HR. Abu Ya’la dari Abdullah bin Mas’ud, dihasankan al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no. 312)

Meringankan salat saat mendengar tangis anak

Anas bin Malik berkata, “Aku tidak pernah shalat di belakang imam yang lebih ringan dan sekaligus lebih sempurna shalatnya daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam. Pernah beliau mendengar tangisan anak kecil, maka beliau ringankan shalat karena khawatir tangisan itu akan mengganggu konsentrasi ibu si anak.” (HR. al-Bukhari no. 667)

Memberi nama kuniah kepada anak, membolehkan anak bermain dengan burung, menghibur anak ketika bersedih

Anas bin Malik berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam biasa menemui kami. Aku memiliki seorang adik laki-laki yang berkuniah Abu ‘Umair. Dia memiliki seekor burung kecil yang biasa ia mainkan. Suatu saat, burung itu mati. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam masuk ke tempat kami, beliau melihatnya sedang bersedih. Beliau bertanya kepada orang-orang, ‘Mengapa dia bersedih?’ Mereka menjawab, ‘Burung kecilnya mati.’ Mendengar jawaban itu, beliau pun menyapanya, ‘Hai Abu
‘Umair, ada apa dengan burung kecilmu?’.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 333)

Berbuat adil terhadap anak-anak

Dari an-Nu'man bin Basyir, bahwa ibunya, binti Rawahah, pernah meminta kepada ayahnya sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada anaknya, saat itu ayah menangguhkannya sampai setahun, sesudah itu barulah diberikan. Kata ibu, “Saya tidak suka sebelum pemberian itu disaksikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.” Lalu ayah menggandeng tanganku dan mengajakku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan waktu itu saya masih kanak-kanak. Ayah berkata kepada beliau, “Ibu anak ini, binti Rawahah, memandang perlu untuk minta persaksian kepada anda atas pemberian yang saya berikan kepada anaknya.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, “Wahai Basyir, apakah kamu memiliki anak selain anak ini?” Ayahku menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Apakah mereka semua kamu beri pemberian seperti itu?” Ayahku menjawab, “Tidak.” Sabda beliau, “Kalau begitu, saya tidak mau menjadi saksi atas pemberian yang kurang adil (zhalim) ini.“ (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

“Bertaqwalah kepada Allah dan berlaku adillah kalian di antara anak-anak kalian.” (HR. Al-Bukhari)

Mengajarkan ilmu dan adab kepada anak-anak

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Luqman: 18-19)

‘Ali bin Abi Thalib berkata, “Ajarkanlah kepada dirimu dan keluargamu kebaikan, dan ajarilah mereka adab.” (Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq, Sa’id bin Manshur, Ibnu Jarir, dan al-Hakim)

Al-Hasan al-Bashri mengatakan, “Ajarilah mereka adab dan berilah mereka pengajaran (ilmu).” (Lihat Tuhfatul Maulud 328)

'Abdullah bin ‘Umar berkata, “Perbaikilah adab putramu, sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya, dan dia (putramu) akan dimintai pertanggungjawaban tentang sikap baik/baktinya kepadamu.” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

Mengajarkan tauhid dan akidah yang benar kepada anak

Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata kepada Abdullah bin Abbas, “Sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya di hadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman: 13)

Menanamkan pemahaman kepada anak tentang pahala dan dosa

“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.“ (Luqman: 16)

Memberikan motivasi kepada anak untuk bersabar dalam melaksanakan syariat agama yang wajib

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman: 17)

Memberi salam kepada anak-anak kecil

Dari Sayyar, ia berkata, “Aku pernah berjalan bersama Tsabit al-Bunani, kemudian kami melewati anak-anak kecil. Maka dia (Tsabit) bercerita bahwa dia pernah berjalan bersama Anas, kemudian melewati anak-anak kecil dan dia mengucapkan salam kepada mereka. Demikian juga Anas bercerita bahwa dia pernah berjalan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian melewati anak-anak kecil, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam kepada mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Mengajari anak untuk meminta izin terlebih dahulu jika hendak masuk

“Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh (dewasa) di antara kamu, meminta izin kepada kamu pada tiga kali (kesempatan), yaitu sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan setelah shalat Isya'. (Itulah) tiga aurat (waktu) bagi kamu. Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi mereka selain dari (tiga waktu) itu; mereka keluar masuk melayani kamu, sebagian kamu atas sebahagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat itu kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An-Nur: 58)

Mengajari anak untuk mencintai sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam

Al-Imam Malik mengatakan, “Dahulu para salaf (pendahulu kita) mengajari anak-anak mereka untuk mencintai Abu Bakar dan Umar sebagaimana mereka mengajarkan salah satu surat al-Qur'an.” (Syarh Ushul I'tiqad Ahlis Sunah wal-Jama'ah no. 2320)

Menggantungkan cambuk/cemeti di dalam rumah

“Gantungkan cambuk di tempat yang bisa dilihat anggota keluarga, karena hal ini adalah pendidikan adab bagi mereka.” (Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, ath-Thabarani dalam al-Kabir, Ibnu 'Adi, dan Abu Nu'aim dalam al-Hilyah dari Abdullah bin Umar dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' 4021 dan ash-Shahihah 1446. Dikeluarkan pula oleh Abdurrazzaq, ath-Thabarani dalam al-Kabir, al-Khathib dalam Tarikh Baghdad, dan Ibnu 'Asakir dalam Tarikh Dimasyq dari Abdullah bin 'Abbas sebagaimana dalam Shahihul Jami' 4022 dan ash-Shahihah 1447)

Melarang anak dari perkara yang munkar meskipun belum berusia tujuh tahun

Al-Hasan bin ‘Ali radhiallahu 'anhuma memungut sebutir kurma dari kurma sedekah, lalu dia masukkan kurma itu ke mulutnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda, “Kikh, kikh! Buang kurma itu! Apa kau tidak tahu, kita ini tidak boleh makan sedekah?” (HR. Muslim no. 1069)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar