Cari Blog Ini

Sabtu, 14 November 2015

ADAB-ADAB MENCARI REZEKI

Meniatkan dalam mencari rezeki untuk mendapatkan akhirat

“Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-cita/harapannya, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya, Allah jadikan kefaqiran selalu di pelupuk kedua matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya. Dan barangsiapa akhirat sebagai niatnya, maka Allah akan kumpulkan urusannya, Allah jadikan kekayaan dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan dunia itu tidak suka.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad 1/263)

Bersungguh-sungguh dalam mencari rezeki dan meminta pertolongan dari Allah dalam mencari rezeki

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibandingkan mukmin yang lemah, dan masing-masing mempunyai kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk hal yang bermanfaat untukmu. Mohonlah pertolongan dari Allah dan jangan merasa lemah. Jika ada sesuatu menimpa dirimu, jangan ucapkan, ‘Andai saja saya melakukan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu.’ Namun ucapkanlah,
قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ
‘Telah ditakdirkan Allah, apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala kehendaki, Dia pasti melakukannya.’
Sesungguhnya ucapan ‘andai saja’, akan membuka amalan setan.” (HR. Muslim 4/2025)

Bersikap optimis dan berprasangka baik kepada Allah

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, “Demi Dzat yang tiada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia, tidaklah seorang hamba diberi sesuatu yang lebih baik dari pada prasangka yang baik kepada Allah. Demi Dzat yang tiada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia, tidaklah seseorang berprasangka baik kepada Allah kecuali Dia (Allah) akan memberi apa yang telah ia sangka. Yang demikian itu karena segala kebaikan ada di tangan-Nya.” (Husnudz Dzan billah hal 96)

Mencari rezeki dengan cara yang halal

“Setiap daging yang yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ahmad, Ath-Thabarani, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim serta yang lainnya, dishahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 2609)

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha berbuat baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana Dia memerintahkannya kepada para rasul-Nya dengan firmannya, “Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah.” Dan Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian.” Kemudian beliau menceritakan tentang seseorang yang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.” (HR. Muslim)

Mencari rezeki dari hasil usahanya sendiri

“Tidaklah ada seorang pun yang memakan suatu makanan yang lebih baik daripada apa yang dia makan dari hasil usahanya sendiri. Dan sungguh Nabiyullah Dawud makan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Al-Bukhari)

Menjauhi praktik riba

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.” (Al-Baqarah: 275)

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (Al-Baqarah: 276)

“Tidaklah ada seseorang yang memperbanyak riba melainkan akibat akhir urusannya adalah kekurangan.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad 2/16)

Tidak boleh mencari rezeki dengan berjual beli darah dan anjing

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memperjualbelikan darah dan anjing dan dari penghasilan budak perempuan. Beliau melaknat wanita yang membuat tato dan wanita yang minta ditato, demikian juga pemakan riba dan orang yang mengurusi riba. Sebagaimana beliau melaknat tukang gambar.” (HR. Al-Bukhari no. 2238)

Tidak boleh menjual barang yang belum dikuasainya

“Barangsiapa yang membeli suatu makanan maka jangan menjualnya hingga dia menguasainya.” (HR. Bukhari no. 2136 dan Muslim no. 1525)

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang untuk menjual barang di saat membeli, hingga dimilikinya barang tersebut ke rumah mereka.” (HR. Abu Dawud no. 3499, dishahihkan sanadnya oleh An-Nawawi. Lihat Al-Lu'lu' Al-Mashnu' no. 1691)

Tidak boleh jual beli buah yang belum tampak masak

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari menjual buah hingga tampak masak, melarang penjual dan pembeli.” (HR. Bukhari no. 2194 dan Muslim no. 1534)

Jujur dan amanah dalam berdagang

“Pedagang yang jujur lagi dapat dipercaya dan dia seorang muslim bersama para nabi, ash-shiddiqin dan asy-syuhada.” (HR. at-Tirmidzi 1130, Ibnu Majah 2139, lihat Shahih at-Targhib dan ash-Shahihah)

Tidak menjual barang dagangan dengan sumpah palsu

“Ada tiga golongan manusia pada hari kiamat nanti yang Allah Subhanahu wata’ala tidak berbicara kepada mereka, tidak memandang ke arah mereka, juga tidak menyucikan mereka. Untuk mereka azab yang pedih.” Kata-kata ini diulang sebanyak tiga kali oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sampai-sampai para sahabat bertanya, “Siapakah ketiga golongan tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang musbil (orang yang memakai pakaian yang menutupi mata kaki), orang yang selalu mengungkit-ungkit kebaikan, dan orang yang menjual barang dagangan dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim no. 106)

Bertakwa dan bertawakal kepada Allah

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar, dan memberikan ia rizki dari jalan yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (Ath-Thalaq: 2-3)

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan anugerahkan rezeki kepada kalian sebagaimana melimpahkan rezeki kepada burung, di pagi hari dalam keadaan lapar, (pulang) sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, dihasankan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad 2/110-111)

Memohon ampun kepada Allah

Nabi Nuh berkata kepada kaumnya, “Mohonlah ampun kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya dengan begitu Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan berturut-turut, memperbanyak harta dan anak-anak kalian dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun serta mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai untuk kalian.” (Nuh: 10-12)

Berbuat amal-amal kebaikan dan menjauhi amal-amal kejelekan

Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu berkata, “Sesungguhnya pada amal-amal kebaikan itu: sinar terang pada wajah, cahaya pada hati, kelapangan pada rizki, kekuatan pada badan, dan kecintaan di hati para makhluk. Sesungguhnya pada amal-amal kejelekan itu: hitam pada wajah, kegelapan pada hati, kelemahan pada badan, kekurangan pada rizki, dan kebencian di hati para makhluk.” (Lihat: ad-Daa' wa ad-Dawaa', hlm. 63)

Tidak meminta-minta kepada manusia dan merasa cukup dengan rezeki yang diberikan Allah serta berusaha untuk bersabar

Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya ada sekelompok orang dari Anshar meminta sesuatu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan beliau pun memberinya. Kemudian mereka kembali meminta sesuatu, maka beliau pun memberinya. Hingga ketika habis apa yang ada pada beliau, maka beliau berkata, “Tidaklah ada sesuatu yang ada padaku berupa harta yang aku sembunyikan dari kalian. Akan tetapi barangsiapa menjauhkan diri dari meminta sesuatu kepada manusia, maka Allah akan beri kesucian diri padanya. Barangsiapa merasa cukup dengan pemberian Allah, maka Allah akan beri kecukupan padanya. Barangsiapa berusaha bersabar, maka Allah akan beri kesabaran padanya. Tidaklah seorang hamba diberi sesuatu yang itu lebih baik dan luas dibandingkan kesabaran.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya materi (dunia). Namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan (yang ada) dalam hati.” (Muttafaqun ‘alaih)

“Sungguh bahagia seseorang yang masuk Islam, rezekinya cukup dan Allah jadikan dia merasa qana’ah dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya.” (HR. Muslim)

“Siapa saja di antara kalian yang berpagi hari dalam keadaan aman (tentram) jiwanya, diberi kesehatan pada jasadnya, memiliki makanan pada hari itu, maka seolah telah dianugerahkan untuknya dunia seisinya.” (HR. At-Tirmidzi dan beliau hasankan)

Menyambung hubungan kekerabatan (shilaturrahim)

“Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung hubungan rahimnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Memanfaatkan pagi hari sebaik-baiknya

Dari Shakhr bin Wada'ah Al-Ghamidi Radhiallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, “Ya Allah, berilah berkah kepada umatku di pagi harinya.”
Beliau Shallallahu alaihi wasallam apabila mengutus pasukan, beliau mengutusnya di pagi hari. (Perawi berkata,) Dan Shakhr adalah seorang pedagang, dia mengirim barang dagangannya di pagi hari, sehingga ia menjadi kaya dan melimpah hartanya.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan Al-Albani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar